Jumat, 17 Oktober 2008

Renungan Untuk Kami Kaum Buruh


SIKAP, INTEGRITAS DAN MENTALITAS
Muhammad Wirtsa Firdaus
Ketua Umum Ikatan Karyawan Timah

Ditengah berita krisis yang begitu gencar kemarin terselip sebuah sms pembaca di harian local Bangka Pos…rasanya kok sampai sekarang saya masih tidak percaya hal seperti itu terjadi dan mudah mudahan itu memang tidak terjadi… tentang hal hal seperti ini kiranya perlu kita renungkan ulang untuk kebaikan kita semua….selamat menikmati renungan ini .

“Apakah Benar KaryawanWasprod?
Yth. Ka. Wasprod Belinyu, ada orang yang mengaku karyawan yang mengatasnamakan kepala bagian yang sering pungli ke TI TIilegal dank e parit parit minta jatah dengan gaya pakai mobil hi-lux silver, kadang kepala bagian k2 kadang dia bilang asisten wasprod. Jika tidak di kasi duit bensin dia marah. Kami HArap ka wasprod belinyu bertindak.
085273576****

Demikianlah komentar masyarakat yang disampaikan kepada seluruh masyrakat Bangka Belitung melalui media SMS di harian loKal Bangka Pos tanggal 09 Oktober 2008. Harapannya trentu saja hal ini tidak terjadi di perusahaan kita. Sebuah perusahaan yang memiliki Budaya dan sikap kerja yang luar biasa sejak belasan tahun yang lalu, K3 PTPRS.

Seandainya berita itu benar, pertanyaannya mengapa hal ini dapat terjadi? Apakah budaya kerja Kebersihan, Keterbukaan dan Kebersamaan serta sikap kerja Percaya Terbuka Positif, Rasionil dan Sadar Biaya itu telah luntur dihati para pejuang timah saat ini?

Ada beberapa referensi yang bercerita tentang perilaku bangsa kita pada umumnya seperti kata Mochtar Lubis, budayawan dan wartaawan kondang era 70 an, “Salah satu ciri manusia Indonesia (dari enam ciri yang disebutkan) adalah HIPOKRIT alias munafik, suka berpura pura , lain di muka lain di belakang. Sikap munafik ini memungkinkan korupsi berlangsung begitu hebatdan terus menerus”

Kemudian Koentjaraningratseorang antropolog UI yang mengupas tentang mentalitas bangsa ini secara lebih sistematis dengan argument lebih akademis. Menurutnya “ perilaku malas dan korup yang mewabah dikalangan masyarakat kita ternyata memiliki akar sejak masa Kolonial yaitu MENTAL BURUK PRIYAI.

Dalam memaknai hubungan manusia, mental priyayi berpandangan bahwa segala tindakan harus diarahkan untuk pelayanandan penghoramatan kepada atasan, senior, dan pimpinan. Seorang bawahan akan merasa mulia bila mampu memberikan pelayanan terbaik kepada atasan, adalah sebuah kebanggaan bila bawahan memberi cindera mata bingkisan kepada atasan.

Mentalitas ini mendorong praktek korupsi, mula mula orang hanya menjalankan tradisi lama bahwa bawahan harus memberikan bingkisan kepada atasan untuk menjaga hubungan baik. Saat ini praktik demikian tentu tidak bisa dibenarkan dan masuk dalam katagori suap karena dalam system administrasi modern hak dan kewajiban atasn dan bawahan telah dirumuskan dengan jelas.

Perlukah Panutan?
Kalau sudah ada kesan setreotype yang buruk secara umum tentang sebuah komunitas seperti yang di gambarakan oleh dua orang diatas lalu bagaimana kita harus berprilaku?
Sepertinya untuk menjawab ini kita harus membaca Buku Laskar Pelangi, yang jelas kita tidak boleh menerima begitu saja dan pasrah terhadap kesan negative yang dilekatkan pada diri kita selama bertahun tahun entah oleh siapa. JAngan kita pasrah dan larut dalam urusan yang tidak konstruktif.

Panutan ? Ahhhhh sepertinya kita sudah kehilangan panutan… banyak opini bermunculan agar bangsa ini tidak usah menggantungkan pada figure tapi percayalah pada system. Penganut paham ini bilang sebaik baiknya(sesaleh salehnya) orang bila hidup di lingkungan system yang rusak maka mereka bisa jadi korup(Nurcholis Madjid).

Apakah benar demikian, bahwa kita tak perlu figure… yang jelas kita hidup dalam masyarakat yang komunal bukan individualistic sehingga tetap saja tokoh panutan tetap diperlukan. Idealnya Sistem yang baik dibentuk dan untuk menjalankan system tersebut kita butuh figure yang baik pula…. Agar kesan streotyp yang buruk tersebut dapat kita hilangkan.

Korupsi jelas bukan karena seseorang itu miskin tapi perkara mental, sikap dan integritas. BAnyak orang kaya jadi miskin, banyak yang kaya makin kaya yang miskin tambah miskin, ada pula yang miskin jadi kaya tapi yang paling mengerikan adalah ORANG KAYA YANG BERWAWASAN MISKIN. Sehingga mental korup itu terus menjamur….

Menrut Andre Hirata si IKAL pengarang Laskar Pelangi “Hubungan kaya miskin dan sukses adalah semata persolan “INTEGRITAS, SIKAP DAN MENTALITAS”
Sebagai manusia timah sudah jelas bahwa mental kita adalah mental, sikap dan integritas dalam K3PTPRS

Salam

Krisis Global Ikatan Karyawan Timah Panggil Pihak Asuransi

Krisis Finansial Global dan Dana Pensiun
IKT dan SDM PT Timah Sepakat Panggil Pengelola dana Pensiun

Krisis keuangan global yang melanda negara-negara maju rupanya telah berimbas kepada beberapa perusahaan asuransi dunia. Dua perusahaan asuransi yang telah terkena efeknya adalah asuransi AIG di Amerika dan yamato Life Insurance di Jepang. Di Indonesia sendiri, PT Jamsostek mengalami potensi kerugian sebesar Rp. 5,4 Triliun. Menyikapi perubahan tersebut, Ketua Ikatan Karyawan Timah M Wirtsa Firdaus menggelar rapat harian yang membahas situasi itu. Agenda yang dibicarakan tentunya tidak lain adalah nasib dana pensiun karyawan timah yang ada di beberapa perusahaan asuransi seperti di PT Jamsostek, PT Jiwasraya, dan BNI Life. “ IKT telah menyurati SDM PT Timah untuk segera memanggil ketiga perusahaan asuransi tersebut untuk menanyakan seberapa aman dana pensiun PT Timah yang ada pada mereka. Apa langkah yang akan mereka lakukan mengantisipasi krisis keuangan ini,” kata Wirtsa Firdaus.
Langkah ini dirasa perlu olehnya untuk menenteramkan hari para karyawan PT Timah baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun dan yang memasuki Masa Persiapan Pensiun (MPP). Rencananya ketiga institusi itu akan memaparkan keadaan keuangan mereka terkait dana pensiun PT Timah di hadapan manajemen PT Timah dan IKT. “ Yang kita khawatirkan lembaga asuransi tersebut banyak menempatkan dana mereka di berbagai instrument keuangan dalam bentuk saham, deposito, dan obligasi. Dana mereka itu ya dari berbagai dana yang disimpan kepada mereka dari berbagai perusahaan termasuk dana pensiun PT Timah,” katanya lagi. Harapan Ketua IKT ini adalah lembaga-lembaga asuransi dalam menempatkan dana dalam bentuk saham sudah menempuh prosedur yang benar seperti cut loss dalam kondisi tertentu. Cut Loss adalah tindakan professional seorang pialang saham dalam mengantisipasi kerugian dalam jumlah yang lebih besar. “ Mudah-mudahan pertemuan ini bisa dilakukan lebih cepat agar karyawan tahu nasib dana pensiun itu. Tujuannya agar motivasi kerja karyawan tetap terjaga dengan baik,”katanya tersenyum.

Bank Kolaps Dijamin PemerintahSementara itu, pemerintah pusat melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki dana sekitar Rp. 6 trilun diluar premi pinjaman sekitar Rp. 10 triliun yang bisa digunakan untuk menjamin dana nasabah pada bank yang kolaps atau jatuh. Pejabat Sementara Kepala Eksekutif LPS Firdaus Djaelani mengatakan jaminan LPS hanya bisa diberikan kepada bank yang kolaps. Jika tidak ada yang kolaps tentunya tidak ada kewajiban dari LPS untuk memberikan jaminan. Ia juga mengatakan jika uang di LPS tidak mencukupi maka pemerintah akan menyuntik dana segar. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2008, pemerintah memutuskan untuk menaikkan jaminan dana nasabah di bank hingga Rp. 2 miliar per nasabah dari sebelumnya Rp. 100 juta.

Selasa, 16 September 2008

Angkat Bendera Perang Terhadap Pengrusakan Lingkungan

Hari lingkungan dunia yang jatuh pada tanggal 5 juni 2008 bukan untuk diperingati dengan gembira. Sebaliknya kita harus banyak merenung karena kita telah kalah perang melawan pengrusakan lingkungan, pengrusakan telah dimulai berabad-abad yang lalu tapi kita baru giat memikirkan lingkungan menjelang akhir abad 20.

Perang tidak harus dengan senjata api atau senjata pemusnah lainnya, apalagi saat kita bicara tentang perang terhadap pengrusakan lingkungan yang terus-menerus, dari hari ke hari, tidak terkendali. Kerusakan yang mengakibatkan pemanasan global karena suhu dunia yang terus meningkat, gas emisi karbon, deforestasi baik untuk pemanfaatan kayu maupun dibuka sebagai daerah penghasil mineral tambang.

Seharusnya perang terhadap aktivitas pengrusakan lingkungan dimulai bersamaan dengan kegiatan pengrusakan itu sendiri yang dilakukan secara massal. Adalah revolusi industri di eropa pada abad 17 yang menandai pengrusakan tersebut. Eforia penemuan peralatan industri sangat luar biasa karena dianggap bisa meningkatkan efisiensi usaha dan pengakuan sebagai manusia yang hidup di abad modern bila menguasai atau menggunakan teknologi terkini. Sangat disayangkan hal ini telah melalaikan para pendahulu kita terhadap dampak yang diakibatkan dari revolusi industri.

Pada masa revolusi industri lahirlah para ekonom ekonom yang memunculkan berbagai teori ekonomi. Diantaranya Adam Smith dengan semangat kapitalismenya dan ekonom brilian lainnya. Sementara itu tidak ada nama yang cukup terkenal yang muncul dari kalangan penggiat lingkungan. Untung saja, pada waktu itu di tiap-tiap daerah di dunia ini hampir dipastikan memiliki menu-menu lingkungan yang sering kita sebut muatan lokal. Misalnya di negeri Chiko Mendez, seorang penggiat lingkungan yang memperjuangkan lingkungan di Brazil sampai mengorbankan nyawa dan hidup pada dekade 1900-an. Di sana, panen karet diberi batas kuota dan saat memanen pun harus dengan cara tertentu yang sangat memperhatikan kesehatan tanaman itu sendiri. Dengan demikian keberlangsungan lingkungan yang asri dapat tetap terjaga.

David versus Golliath

Melihat kondisi diatas saya ingin mengatakan bahwa para kaum borju dengan semangat kapitalisnya adalah pemusnah bernama Golliath. Kaum ini terus melakukan investasi secara besar-besaran. Sementara penggiat lingkungan dianggap sebagai batu krikil yang dapat disingkirkan ke kiri dan kanan serta sangat disepelekan.
Meski demikian, kaum Borju lupa bahwa sejarah telah mencatat kalau kerikil yang menjadi senjata David mampu menaklukan si pemusnah Golliath. Akan samakah keberuntungan para penggiat lingkungan dengan David?

Saat ini kemenangan David semakin menunjukkan tanda tandanya, isue global tentang lingkungan semakin marak ditandai dengan munculnya berbagai istilah lingkungan sebagai senjata perang. Mulai dari lubang hitam di ozon, efek rumah kaca, friday blue sky, bike to work, pemanasan global, save the earth, go green, say no to mining say yes to planting. Boleh dikatakan saat-saat ini seharusnya para kaum kapitalis yang semata-mata selalu mengejar keuntungan itu merasa malu kalau mereka mengaku sebagai kapitalis. Apalagi aturan-aturan tentang lingkungan sudah begitu banyak dikeluarkan. Jangan-jangan Bapaknya Kapitais pun "ADAM SMITH" malu mengaku dirinya sebagai seorang Dewanya kaum Borju Kapitalis itu.

Bangka Belitung Tidak Tanggap

Walau genderang perang terhadap pengrusak lingkungan semakin kencang ditabuh, apalagi ditandai bergulirnya Protokol Kyoto hingga ke Bali roadmap, Bangka Belitung tetap adem ayem. Mesin dongpeng terus menderu seperti naik turunnya iman seseorang. Manakala situasi tidak mungkin, mereka lenyap. Di saat lain bila aman mereka kembali berdatangan entah dari mana.

Apakah salah? tidak.....!!! Mereka adalah rakyat yang memang berhak menikmati manfaat yang terkandung didalam bumi seperti yang diamanahkan oleh Undang Undang dasar 45. Yang salah adalah orang-orang borju pengikut Mr Adam yang tidak tahu bahwa guru mereka akan sangat malu melihat tingkah mereka. Karakter masyarakat Bangka yang penuh toleransi mungkin harus dideskripsikan ulang khusus untuk menata persoalan lingkungan.
Sudah saatnya kita tidak memberikan toleransi kepada para perusak lingkungan yang hanya mengambil kepintingan pribadi dari kegiatan yang mereka lakukan.

Demikian juga dengan aparatur pemerintahan, penegak hukum maupun legislatif, mari kita buka hati nurani dan sama sama berkaca apa yang telah kita berikan kepada negeri Serumpun Sebalai. Mungkin ada baiknya jika kita mendaftarkan diri kepada Andrea Hirata sebagai anggota Laskar Pelangi untuk menyelamatkan negeri tercinta. Kita butuh keberanian, semangat, kebersamaan, kecerdikan dan kejujuran seperti Sepuluh Anak Biliton Dalam buku Tetralogi Laskar pelangi untuk melakukannya.

Lingkungan dan Perekonomian

Berbicara sedikit soal lingkungan dan perekonomian di bumi serumpun sebalai ini, salah seorang pelaku ekonomi mengaku bakal kerepotan kalau seandainya dilarang menambang timah. Menurutnya, satu-satunya sumber yang paling menarik saat ini adalah bijih timah yang telah di keruk oleh penjajah sejak ratusan tahun yg lalu. "Urusan lingkungan kan ada yang memikirkan," begitu katanya diujung perbincangan.

"Bung bukan seperti itu," sergah salah satu laskar pelangi. Mari kita sikapi eforia di Bangka Belitung ini dengan Bijak. Mari kita jadikan Timah sebagai sumber kekuatan ekonomi kita sekarang dan kedepan. Kita minta kepada pemerintah untuk menegakkan aturan dengan benar, tindak oknum yang bermain mata dengan pelaku kejahatan lingkungan lewat aktivitas penambangan.

"Hanya seperti itu?" tanyanya. Ya tidak. Dana yang diperoleh dari mengeksploitasi kekayaan mineral timah ini pemerintah harus menjadikanya sebagai modal untuk pembangunan infra struktur bisnis yang ramah lingkungan.

"Bukan urusan kita itu biarkan saja pemerintah yang memikirkan" timpal si Borju

Karena sudah letih memberi penjelasan akhirnya anggota Laskar Pelangi bilang, "Hei Borju singkatnya begini, silahkan mengeksploitasi bijih tapi harus seusai peraturan dan perundangan termasuk peraturan tentang lingkungan kalau ndak hati hati tangan dua bisa jadi satu(diborgol),"

"Mane kenek lah(Terserahlah) yang penting duit masuk, jangankan kita, yang di DPR pun mikirnya duit seperti lagu slank itu," ujar Borju sambil ngeloyor pergi.

OKNUM LINGKUNGAN

Namanya juga oknum, terjemahan bebas nya adalah seseoran atau sekelompok orang yang memanfaatkan kekuasaan yang diamanahkan negara kepadanya hanya untuk kepentingan pribadi semata tanpa menghiraukan dampak/akibat yang timbul baik secara langsung maupun dimasa yang akan datang.

Nah.. Oknum lingkungan adalah oknum yang memperoleh manfaat dari air, udara, tanah dan kekayaan yang terkandung didalamnya tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang terjadi. Mereka dapat berasal dari kalangan pengusaha yang borju kapitalis, penguasa beserta jajaran yang tidak amanah, penegak hukum yang tergoda hati nuraninya, legislatif yang membuat peraturan berdasarkan kepentingan fihak tertentu.

Jangan berikan toleransi kepada oknum, bukankah yang namanya oknum memiliki kecendrungan untuk melakukan perbuatan korupsi yang jelas akan merugikan rakyat dan negara. Mengambil manfaat dari alam tanpa peduli lingkungan adalah perbuatan ilegal, sungguh memalukan bila terjadi pada NEGERI LASKAR PELANGI DI BUMI SERUMPUN SEBALAI. Padahal kita sempat menghasilkan beberapa penegak hukum yang tak lagi diragukan integritasnya pertama Erry Riyana Harja Pamekas, mantan anggota KPK dan yang terakhir Antasari Azhar putra daerah yang Ketua KPK saat ini.

Tampaknya negeri ini perlu diaudit khusus lingkungan secara terintegrasi dan sistemik yang dilakukan oleh KPK sehingga oknum yang terlibat dapat segera di eksekusi dengan hukuman yang setimpal. Shock theraphy seperti ini perlu dilakukan sehingga seluruh masyarakat negeri ini dapat lebih menghargai pentingnya lingkungan hidup yang tiap kali membicarakannya tidak dapat lepas dari persoalan biostik, anbiostik dan cultur

Persoalan lingkungan telah menjadi masalah yang cukup kompleks perlu keseriusan untuk dapat menarik benang merahnya agar peraturan dapat ditegakkan dan dapat memberikan kepuasaan kepda semua pihak. Tapi apakah kebenaran harus di gugurkan untuk memuaskan hawa nafsu. Tentu saja TIDAK lalu bagai mana? MARI KITA BERTANYA PADA RUMPUT YANG BERGOYANG

Senin, 15 September 2008

PCC CARE FOR NEXT GENERATION


PANGKALPINANG CYCLING COMMUNITY
MEMASYARAKATKAN SEPEDA KE BELITONG
Global warming yang merupakan proses penghancuran bumi karena terjadinya pemanasan global diakibatkan oleh berbagai hal yang menyebabkan degradasi lingkungan seperti deforestaasi baik karena adanya eksploitasi mineral tambang maupun pemanffaatan kayu yang merupakan penyumbang o2.Selain itu gas buang yang dihasilkan kendaraan bermotor juga memberikan efek rumahkaca yang ujung ujungnya mempercepat pemanasan karena gas tersebut membetuk tabir di atmosfir sehingga panas yang terpantul dari bumi tidak langsung menyebar tapi tetap berputar didalam atmosfir bumi.
PCC sebuah club sepeda yang belum ggenap satu tahun berdiri di PAngkalpinang merasa terpanggil untuk ikut melakukan perlawanan terhadap pengrusakan lingkungan tersebut dengan melakukan tindakan preventif, yaitu usaha mengurangi gas buang CO2 dengan cara memasyarakatkan sepeda sebagai sebuah alat transportasi yang ramah lingkungan.
Sejalan dengan usaha tersebut PCC berencana akan memasyarakatkan sepeda ke Pulau belitung setelah melakukan berbagai kegiatan yang cukup berhasil di pangkalpinang untuk mensosialisasikan kendaraan ramah lingkungan tersebut. Rencana keberangkatan akan dilaksanakan dari tanggal 24 sampai dengan 26 Oktober 2008.
Melalui kegiatan ini diharapkan seluruh elemen masyarakat di Bangka Belitung segera menyadari proses degradasi lingkungan dan ikut berperan aktif dalam penyelamatan bumi dari pengrusakan tersebut.
Menurut Jimmy salah satu pelopor berdirinya PAngkalpinang Cycling Community, PCC sangat respek dengan program PENYELAMATAN LINGKUNGAN Oleh Gubernur Babel melalui program Green Babelnya. Sekali lagi Menurut Jimmy penyelamatan lingkungan bukan hanya menanam, mencegah deforestasi dan mengurangi gas emisi buang juga merupakan salah satu program yang dapat di lakukan green babel yang di KEtuai Oleh Ir. Syahidil tersebut.
Akhir Pers Release
Pangkalpinang 14 September 2008
Humas PCCAmin Haris PCC

Senin, 08 September 2008

GUBERNUR MENGGUGAT PT TIMAH

Apa Betul Gubernur Menggugat PT Timah (Persero) Tbk

Miris, menakutkan sekaligus menyedihkan bila Headline Bangka Pos Minggu 3 Agustus 2008 benar benar terjadi. Sebuah badan usaha milik negara digugat oleh kepala daerah yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mau jadi apa negeri ini bila hal itu terjadi.

Seorang kepala daerah, penguasa, yang bijak akan melindungi seluruh rakyat maupun institusi yang berada dibawahnya, apalagi mereka yang mampu memberikan kontribusi kepada negara termasuk daerah di mana mereka berada. Apalagi seperti PT Timah, saya yakin dan sangat percaya sebuah perusahaan Milik Negara alias PLAT MERAH yang satu satunya memiliki kantor pusat di Bangka Belitung ini adalah pemberi kontribusi yang sangat besar bagi daerah, baik langsung maupun tak langsung(multiplier efek). Pada tahun ini saja, tidak kurang dari angka 712 miliar rupiah telah di setorkan kepada negara.

Berdasarkan pemikiran sederhana diatas maka saya berpendapat Gubernur tentu tidak akan pernah menggugat BUMN yang sampai dengan saat ini telah berumur 32 tahun kecuali perusahaan ini telah merubah kapalnya menjadi kapal Bajak Laut maka wajib lah dia di perangi. Ini adalah sebuah keyakinan saya sebagai ketua Ikatan Karyawan Timah yang selalu menginginkan situasi bisnis dan kondisi sosial kondusif sehingga para anggota kami yang lebih dari 4.500 orang ini dapat bekerja dengan tenang, tanpa harus ada rasa khawatir akan melakukan perbuatan melawan hukum karena ketidak pastian hukum itu sendiri.

Judul berita yang Mengusik ketenangan
Terus terang pemberitaan ini sangat mengganggu ketentraman karyawan dan berikut keluarganya. Kami khawatir bila situasi seperti ini terus berkembang sehingga membuat perusahaan tempat kami bekerja yang tadinya prospek dan menguntungkan menjadi perusahaan yang merugikan sehingga berakibat buruk bagi putra putri negeri serumpun sebalai yang menjadi anggota "Serikat Pekerja Timah".

Menggugat sebuah kata yang berimplikasikan hukum dimana ada penggugat berarti ada yang tergugat dan biasanya penyelesaiannya melalui proses yang panjang berbelit belit dan melibatkan banyak pihak yang bertemu di "Pasar Keadilan" berupa sebuah lembaga hukum yang namanya PENGADILAN. Saya SECARA PRIBADI sampai dengan saat ini masih tidak percaya hal ini terjadi pada sebuah perusahaan seperti timah, sebuah perusahaan yang jelas-jelas menghasilkan devisa bagi negara dan tidak dapat dipungkiri telah terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negeri serumpun sebalai bahkan sejak dari jaman sebelum kemerdekaan. Walaupun spuluh tahun belakangan selalu di opinikan PT TImah tidak maksimal kontribusinya bagi daerah ini.

Jika terjadi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Menggugat PT TImah (Persero) Tbk yang merupakan tempat kami bekerja untuk menghidupi sanak keluarga maka tentu banyak hal yang menjadi penyebabnya. Faktor politis yang dikait kaitkan dengan ekonomi, faktor hubungan yang kurang harmonis, pemerintah daerah yang masih merasa kurang menerima kontribusi dari PT Timah, Internal perusahaan, oknum yaitu orang yang memiliki wewenang dan kuasa cukup besar tapi menyalahgunakan wewenangnya tersebut dan lain lain.

Satu lagi peran media, apapun isi pembicaraan baik itu seminar, pidato, kata sambutan, dialog akan menjadi tidak berarti apa apa bila tidak dikomuniksikan dengan baik melalui media, malah yang terjadi justru sebaliknya. Memang sepertinya kalau mau membangun negeri ini kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan dunia media masa. karena suka tidak suka kawan kawan inilah yang mampu memberikan pencitraan yang baik bagi negeri ini termasuk perusahaan sekelas PT Timah Tbk. kalau boleh saya ingin sampaikan " hai kawan2 bung media yoo same same bangun negeri ini bangun citra positif walau kadang memang tidak komersil untuk jadi bahan berita... Karena untuk membangun negeri ini kita memang butuh kerja sama semua pihak dengan menyingkirkan kepentingan pribadi"



Tahun 1977 SBY mendarat di Bangka
Ingatan saya mundur tiga puluh tahun kebelakang, saat itu di suatu sore terdengar raungan pesawat hercules milik AURI yang menerjunkan ratusan tentara ke Pulau Bangka dan kemarin dalam kunjungannya ke BAngka Belitung, di Parai Pak SBY mengatakan bahwa beliau termasuk salah satu penerjun pada waktu itu.Sehari setelah penerjunan itu tersiar kabar bahwa banyak penyelundup timah yang tertangkap baik hidup dan mati.

Dulu penyelundup tidak dikemas dengan rapi, sekarang penyelundup rapi berbungkus diri. Membuat perusahaan dengan spesifikasi penambangan sangatlah mudah. Undang undang yang dibuat setengah mati itu tidak lagi menjadi acuan karena begitu banyak orang yang sekolah hukum sampai setinggi langit dan hebatnya pekerjaan mereka sehari hari adalah membolak balikan fakta untuk mencari celah hukum agar dapat memberikan keuntungan bagi pribadi maupun kelompok yang dibelanya. Inilah sebuah indikasi penyelundup terkini yang telah berbungkus intelektual dan modal.


Bicara soal sakit yang paling menyakitkan adalah saat mendengar timah kita di tangkap 1 ton yang jumlahnya 1400 ton berarti ekuivalen dengan angka 100 lebih miliar bila harga belinya 72 jt per ton. Bukan hal yang main main, dunia memang selalu berubah, bibit pohon, anak hewan, anak manusia menjadi besar, tinggi, dewasa kemudian mati. Hukum yang di cerminkan melalui Pancasila, undang undang dasar, undang undang, peraturan pemerintah, juga terus berubah sehingga yang dulu pahlawan bisa saja tiba tiba bisa saja jadi bandit besar begitu pula sebaliknya.


Bijih timah juga memiliki perilaku yang berubah ubah, ingat dulu tahun 1975an saat masyarakat bangka sedang dilanda demam berkebun cengkeh, orang tua saya pun yang PNS Depag itu ikut ikutan berkebun cengkeh di sebuah daerah perbukitan dengan latar belakang di sebelah timur hamparan laut yang biru. Tanjung Gunung lebih kurang 18 kilometer dari Pangkalpinang kearah tenggara hampir tiap hari kemi tempuh dengan bersepeda, sekarang tepatnya adalah di belakang markas Brimob Polda Bangka itu…. Seingat saya di lokasi brimob itu sekarang dulunya adalah lahan cengkeh milik Pak Imron salah satu tokoh Muhammadiyah Pangkalpinang.

Orang tua ku tercinta yang waktu masih cukup muda mengayuh sepeda dengan penuh semangat namun di beberapa tempat kami harus memperlambat laju sepeda karena akan melawati sebuah bangunan yang didepannya teronggok sebuah senjata pemusnah yang memiliki sandaran kaki tiga seperti tripot kamera. Setelah menginjak usia SMP saya baru mengerti bangunan itu adalah tempat para tentara bumi pertiwi yang turut serta berperan aktif mengamankan bijih timah dari jarahan tangan tangan yang tak bertanggungjawab.

Kebun cengkeh itu berada di atas sebuah bukit yang dari puncaknya bisa melihat ke laut china selatan dan di kejauhan tampak beberapa mesin mesin pencari timah ditengah laut, kebun itu menuruni lembah dan naik lagi ke atas bukit sebelah. Dilembah itulah saya yang waktu itu masih 6 tahun bermain main bendungan bila hujan turun, pengetahuan pertama tentang timah kudapat ditempat itu,
“wirtsa hayo jangan buat yang macam macam” suara ayah terdengar nyaring
“ku dak macam macam hanya main air” jawabku
“ia air tapi nanti bisa ditangkap tentara yang tadi kita lihat di jalan tadi”
Jiwa kecilku ingin berontak kok kebebasan bermain seorang anak bisa demikian terpasung di negeri yang katanya Gemah ripah loh jinawi ini tapi ku tak mampu berkata apa apa saat tiba tiba terdengar suara derap langkah kaki yang berjalan cepat setengah berlari di tingkahi suara hujan dan gemericik aliran air.

Itulah gambaran timah di masa lalu yang selalu identitik dengan pengamanan super ketat jangankan bawa bawa timah hilir mudik seperti saat ini, bermain air sambil pegang tangguk(alat tangkap ikan) sudah di curigai mau nangguk(nagkap) timah yang hanyut bersama air hujan.

Timah memang tak lagi strategis secara nasional karena memang status itu telah sepuluh tahun yang lalu dicabut, yang jelas gara gara pengaturan timah yang morad marid ini Gubernur kita pun belum berani mendatangkan para turis mancanegara. Kalau saya sebagai gubernur sama saja keputusan yang saya ambil karena sangat tidak mungkin mengedepankan sektor pariwisata yang menurut Pak SBY dulu sangat indah dilihat dari atas waktu terjun payung namun sekarang telah hilang tergadaikan dengan biji timah.

Mungkin inilah pentingnya bijih timah harus dianggap sebagai bahan galian strategis. Sekali lagi melalui media ini tolong sampaikan kepada seluruh anggota saya di Serikat Pekerja Timah dan ribuan keluarga besarnya. Mari kita bekerja dengan tenang dan jangan mudah terprovokasi dengan pemberitaan yang simpang siur dan tak masuk akal. Sehingga kita tetap fokus dan lokus bekerja untuk memberikan kontribusi maksimal kepada BABEL KU BERGEMA

M. Wirtsa Firdaus
Ketua Serikat Pekerja PT Timah

Kamis, 17 April 2008

Eko Maulana Ali Speaking




Keynote Address
by
Mr. Eko Maulana Ali,
(Governor of the Provence of Bangka-Belitung, Indonesia)
at the 2008 International Tin Conference,
Hong Kong, April 14-17, 2008
_______________

Mr. Chairman,
Distinguished participants,
Ladies and gentlemen,

Allow me first of all, on behalf of my delegation of Bangka Belitung Provincial Government in Indonesia and myself to express my heartfelt gratitude for granting me at this important opportunity to speak before this eminent Conference about the current situation on the tin mining development in Bangka Belitung Archipelago.


Tin deposit in Bangka Belitung archipelago have been discovered firstly by Chinese Explorer since 1710 in the era of Sriwijaya Kingdom. During that period, tin mining had been the main economic activities of the people in Bangka Belitung. At that time, the method and technique of tin mining were still simple practices, namely by digging and washing the tin consentrate in a shallow river or by digging a 3-4 metre well on land area. A hundred year later, at the end of the 19th century, tin deposit had begun to sink deeper and the well was getting wider that it required more people with advanced technique to exploit it. Even though more people worked in the tin mining, yet, the number of tin produced was still very low.


For the first time, in 1920, the tin mining exploitation in Bangka Belitung started to introduce a more developed technique and efficient method, which was by using a dredger. The second dredger operated was in August 23, 1923. There were 21 dredgers operated in Bangka Belitung before the World War II.


In 1997, when Indonesia has faced the monetary and economic crisis, and then turned into multi-dimensional crises, the country entered a new era of “reformasi” (reforms) marked by “democratitation” and the “decentralitation” in political system. Afteward, the “reformasi” era allowed the local government to play a bigger role in making decision and developing their regions. This is in line with the spirit of the promotion of local autonomy. The authority of mining policy and activities started from prospection, exploration, exploitation, transportation, mineral dressing and smelting, as well as marketing, which was before always controlled by the central government in Jakarta, for the time being was transferred to local government (regents and municipal).


The people of Bangka Belitung welcome this new policy and count on their living from tin mining which previously had been the only exploited by of PT Timah and PT Koba Tin. At the of 1997, because of economic recession, so the people of Bangka Belitung started illegally to dig tin concentrate by using very simple equipment operating at the ex mining areas or former wells which are called “tailing” available at the areas of PT Timah and PT Koba Tin, as well as the vicinity of their village. As the spots were limited, the activity widen into outskirts of tailing areas. In two years, the tin deposits begun to depleted. At later stage, that illegal tin mining activities were stretched out to the old river-flow areas (Daerah Aliran SungaiTua) until coastal line areas.


Since 2002, the tin mining activities of the local communities was started to utilize heavy tools such as bulldozers and shovel known as “Caterpillar Production” (CP). In short period, there are approximately 3,000 CPs operated in the province.


So as to have a better understanding on how the tin mining explotation in Bangka Belitung developing, which has been going on for four centuries now, and the impact to the environment, I would like to approach the issue based on the questions on: How the tin mining could affect the local economy of the region and the environment? How much is the contribution of Bangka Belitung’s tin to the world? And, how much is the attention drawn to environmental damage caused by tin mining industry?

Ladies and Gentlemen,

In describing the affect of tin mining to the local economy of the regions, it can be seen from two sectors in Gross Regional Domestic Product (GRDP), namely mining sector and industry sector. In mining sector, tin is classified as non oil and gas mining. The contribution of this sector, in 2003-2006, reaches 15.80% per year, growing approximately 4.30% each year. According to the industry sector, tin is classified into non oil and gas industry which contributes 15.41% with approximate growth of 5.12% a year. In total, tin contributes 31.21% of total local region’s GRDP. The development of these two sub-sectors has major contribution to the local economic development and supports the growth of other development sectors as well.


Despite the economic advantage of tin mining development, over exploitation and irrational use of tin has caused environmental damage. According to the research study, tin mining have reduced the size of forest area and land which eventually generated erosion. They have also progressively created deforestation. The activities of tin mining have damaged water resources, greatly reduced the river-flow areas and degrading number of water reservoirs which affecting the water quality as a whole. Another identified damage caused by tin mining activities was the degradation of coastal bay areas and contaminated the sea water. The living cycle of coral reefs both in the shallow or deeper sea water, the home of many sea biota, were also dangerously affected. In the end, the degradation of water quality becomes a serious threat to people’s health that depend their lives from the sea.

The local government and PT Timah have put enormous efforts to rehabilitate the damaged area of former tin mining. The total number of recovered land reached 6.455 acres, 4.853 acres in Bangka Island and 1.602 acres in Belitung Island. However, 36.40% equivalent to 2.349.75 acres of the recovered land is re-exploited by PT Timah, which adds the total number of damaged land into 6.055,12 acres.


Besides PT Timah, other company such as PT Koba Tin, which is the largest private mining company in Bangka Belitung, is also responsible for the recovery of land mining. PT Koba Tin, whose mining exploration covers an area of 41.680 acres in Bangka Tengah Municipal and 13.945 acres in Bangka Selatan Municipal. The rest of 8.462 acres are recovered area but has been re-exploited as the area is still rich of tin reserves.


Based on the above-mentioned data, it can be expected that tin mining exploration have caused a big numbers of environmental damage (covering an area of 15.843,1 acres). The number is still increasing due to illegal mining in new reserves areas, the re-exploitation of recovered areas, other damage caused by other type of mining activities, and the incomplete previous reclamation programme. These damages have brought about an accumulated negative impact to environmental condition in Bangka Belitung.

Ladies and Gentlemen,

On the issue of contribution of tin from Bangka Belitung to world’s tin consumption, history has noted that the tin from Bangka Belitung are well-known for its good quality across Asia, Europe and America. In 1847, 83% of Bangka Belitung tin was exported to Amsterdam. The price of Bangka Belitung tin was also more expensive because of its purity. The purity was the main reason why Bangka Belitung tin was used for tinplate industry in Europe. It was also estimated that 25% of Europe’s tin supply was originated from Bangka Belitung. In 2006, the export of tin ingots reached 118.555,26 metric tons and it decreased into 86.304,52 metric tons in 2007.


In 2004 - 2006, the world’s tin industry is relatively stable with world’s tin demand of approximately 3.93% per year. Around 30% of world’s tin consumption is originated form Bangka Belitung. However, if we take a deeper look, the 30% figure is believed not really correct. Unfortunately, due to the illegal tin mining and existence of smuggling activities, it is assumed that a huge amount of raw tin commodity that was produced by some countries was also originated from Indonesia.


On the question of awareness to environmental damage caused by tin mining; firstly, we should recognize that Bangka Belitung Province covers the land area of ± 16,424.14 km2 equivalents to 1,642,414 acres. According to a decree of the Minister of Forest of 2004, as much as 657,510 acres or 40.03% of the area are forestry. Tin mining explorations have brought about ± 2.41% of the forest into damage. This data has not incorporated yet the damaged area caused by illegal tin mining activities.


Unfortunately, the damage of the land and forest is expected to increase if heavy equipments are used in illegal tin mining. Then it is estimated that the forest damage due to tin mining exploration have covered an area of ± 150,000 acres in 2002-2007, which lead to the increase of damaged land and forest into 165,843.12 acres or 25.22% from the total forest area. The damage area will be even worse if we take coastal mining into account.


The government’s spending to finance the recovery of the environmental damage caused by tin mining exploration is still very low compared to the earnings gained from its export. In 2007, revenue of tin export reached US$ 1,235,795,229.67 (Rp.11.122 trillion), and the Royalty alone (3% of the revenue) amounted at US$ 38,011,583.22 (Rp. 342,104 billion) which is 20% of the royalty belong to the Central Government and the rest belonging to the local government (Province, regents and municipal) amounted at about US$ 30,409,266 (Rp. 273.683 billion). Nevertheless, the appropriated fund to take care of the environmental damage is insufficient compared to the revenue the government benefited from the commodity.


Meanwhile, world’s tin consumption is increased to 3% per year and more than 30% of the tin was produced in Bangka Belitung. Although 80% of Bangka Belitung tin was designed to meet the world’s tin demand, however the environmental attention drawn to recover the former mining is still very low.

Ladies and Gentlemen,

In concluding, you would agree with me that tin is one of most important commodities of Bangka Belitung Province. However, the environmental damage caused by the development of mining and its exploration activities has brought about a dilemma for the local government. On one hand, Bangka Belitung’s economic development very much depends from its tin mining exploration, which is about 30%, but on the other hand, the people of Bangka Belitung must inevitably bear severe problem of environmental consequences due to, among others, the improper application of technology that damaging land and forest and its wide-range of negative impact to the environment.



The rehabilitation of the former tin mining areas is not the responsibility of the government alone, nor PT Timah or PT Koba Tin only. It is the responsibility of all stakeholders and the people of Bangka Belitung. The local government of Bangka Belitung Province has adopted a firm commitment to rehabilitate the former tin mining land through a programme called “Green Babel”. In order to make the programme successful, however, it requires a great deal of supports from the central government and international community in the form of funding, technical assistance, or expertise.


I believe this very important Conference could share the environmental concern felt by the majority of the people of Bangka Belitung. Tin industry is the back-bone of our economic development. And we, in Bangka Belitung, believe and determine to make our development sustainable. Tin is un-renewable natural resources. But we have vision to make tin as sustainable resources for our economic development and prosperity for all people. For centuries, tin from Bangka Belitung has contributed positively to supply world’s demand on tin industry. And we will continue to do so. At the same time, however, I think it is very high time for world’s tin industries, in any suitable-way or mechanism that will be their preference, to help and support our effort to create harmony between the interests of tin industry and environment in Bangka Belitung. This is a kind of corporate social responsibility, if you like. People in Bangka Belitung are looking for the right ways and means to develop tin mining industry that friendly to nature. In short, this is what we mean “Green Bangka Belitung” or “Green Babel”. The Green Babel Fondation was established on July 26, 2006 which is initiated focusing in the efforts of land rehabilitation, reclamation and empowering the idle-land for farming activities along with stackholders. The motto is Green Babel for green world.

I understand this forum is the world’s foremost authority on tin. Through this distinguished forum, especially the ITRI, as the only organisation dedicated to supporting the tin industry, I invite you to jointly work with people of Bangka Belitung to bring our “Green Babel” into reality. Your primary goal to develop innovative, competitive and sustainable tin based technology is also our goal.


Finally, I wish to express my deep appreciation to the ITRI, for generously inviting me to this Conference and wish you all success with your deliberations. Also I would like to invite all of you to visit Bangka Belitung as an Amazing Granite Paradise Harmony with white sandy beach and beautiful granite landscape. .




I thank you


SEKILAS MUTIARA HITAM DARI TIMUR


Ingat legenda mutiara hitam di era enampuluhan sampai dengan tujuh puluhan ? Pada masa itu hampir seiap orang mengenal dengan baik PELE legenda bola dari Brazilia, kecermelangannya dalam mengolah si kulit bunadr dan tepatnya polesan pelatih memberikan sang legenda sebuah gelar yang sepadan dengan kecemerlangannya “Mutiara Hitam”.

Pada masa itu di Indonesia setiap anak yang mengecap sekolahan di Sekolah Dasar atau Sekolah Rakyat selain mengenal Legenda Pele juga mengenal mutiara hitam lain yaitu Pulau Buton yang terkenal sebagai daerah penghasil Aspal terbesar di Dunia setara atau bahkan melibihi Trinidad. Populernya aspal yang berasal dari buton membuatnya layak bila diberi label sebagai “Mutiara Hitam Dari Timur”.

Awalnya (mirip dengan PT TIMAH Tbk) pengelolaan aspal dilakukan oleh perusahaan belanda dan akhirnya diambil alih pemerintah RI, pada akhirnya dipercayakan kepada sebuah BUMN “PT Sarana Karya (Persero)”.

PT Sarana Karya (Persero)popular dengan sebutan PT SAKA harus terkubur sekian lama dalam gelapnya kubangan resesi yang melanda Indonesia pada akhir delapan puluhan yang juga berdampak pada sektor penambangan aspal. Masa krisis aspal sebetulnya bersamaan dengan krisis timah namun pengelolaan pasca krisislah yang membedakan keduanya. PT Tambang Timah (Persero) mampu bangit di awal tahun 90 an dengan masuknya seorang Seniman Manajemen yang berbasis teknik “Kuntoro Mangkusubroto”, tidak demikian halnya dengan PT Sarana Karya (Persero) mereka tidak seberuntung PT Tambang Timah (Persero) sehingga harus melangkah dengan terseok-seok sampai dengan awal tahun 2000 an.

Keterlambatan dalam mengantisipasi kebutuhan pasar aspal dengan spesifikasi tertentu membawa mereka pada satu masalah mendasar “Kesulitan Cashflow” hal ini diperburuk lagi dengan penetrasi dari bagian pemasaran yang kurang mengigit, negosiasi harga, baik untuk harga pengadaan barang penunjang operasi yang ketinggian maupun harga jual aspal yang rendah, marketing fee yang selalu dikenakan dalam penjualan partai besar karena selalu menggunakan eksternal marketer, proses produksi/Flow of Production yang efisiensinya tidak maksimal dan lain lain semakin memperpanjang waktu keterpurukannya.

Dengan jumlah konsumen yang selalu antri untuk membeli, cadangan aspal yang cukup, plus keberadaannya sebagai pemain tunggal “PT SAKA” dalam penambangan aspal, semakin membuat kita tidak percaya bila ”Mutiara Hitam Dari Timur” kilaunya harus meredup dan semakin redup berkepanjangan hanya karena kesalahan dalam “polesan pelatihan” bila mau di analogiskan dengan kisah Sang Mutiara Hitam “PELE”. Namun mutiara tetaplah mutiara, bukankah PELE juga menghilang karena faktor umur? Namun di awal tahun 2000an dia muncul lagi sebagai mutiara baru dengan predikat pemain terbaik abad 2000.

Dalam Kasus “Mutiara Hitam Dari Timur”, kedatangan investor untuk memberikan polesan dan sentuhan diharapkan dapat mengembalikan kecemerlangannya.

INVESTOR ASPAL

Selain PT SAKA pengelolaan aspal juga pernah dilakukan oleh investor lain, baik local maupun asing. Namun entah apa alasannya satu persatu mereka meninggalkan bisnis aspal di Pulau Buton. Sampai dengan saat ini satu satunya perusahaan yang masih mengelola aspal dengan aktif adalah PT SAKA.

Pihak pemerintah daerah Kabupaten Buton terus aktif mencari investor yang berminat untuk menginvestasikan dananya dalam bisnis penambangan dan pengelolaan aspal. Merupakan satu hal yang sangat wajar, dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerahnya, jajaran pemerintah daerah setempat sangat menanti pihak Investor segera mewujudkan/merealisasikan rencana investasinya. Walaupun saat ini sudah terdapat dua perusahaan lain yang memiliki lahan KP di daerah cadangan aspal Lawele Buton “PT SAKA dan PT OBE” tetap saja kehadiran investor lain masih diharapkan.

Investor sebagai sebuah perusahaan yang ingin berinvestasi tentunya memiliki beberapa opsi Investasi yang akan dilakukan, bisa saja dilakukan dengan investasi penuh(sendiri),Join venture, atapun kerjasama operasi dengan cara membangun dari awal atapun akuisisi perusahaan yang sudah ada. Tentunya hal hal seperti itu harus diperhitungkan dengan seksama oleh sebuah perusahaan yang akan mengembangkan bisnis melalui investasi lain.

Saat ini pola yang dilakaukan bermacam macam salah satunya adalah melakukan kerjasama operasi dengan perusahaan yang telah melakukan kegiatan penambangan dan pengolahan aspal yaitu PT. SAKA. Keuntungan dengan melakukan KSO antara lain: Disamping menghasilkan keuntungan, sebagai pemain baru dibidang penambangan dan produksi aspal, KSO merupakan media belajar yang sangat efektif untuk mengetahui proses pengolahan aspal sejak penambangan hingga eksport aspal. Walaupun teknologi penambangannya tidak lebih sulit bila di bandingkan dengan penambangan bijih mineral tambang lain namun setiap industri yang berbeda pastilah memiliki karakteristik bisnis yang tersendiri dan unik, termasuk dalam detail proses didalamnya.


“Sekali Layar Terkembang Surut Kita Berpantang”

Kamis, 03 April 2008

Konferensi Internasional Pertambangan 2008

JAKARTA, BANGKA POS - Empat instansi pemerintah pusat mendukung rencana penyelenggaraan konferensi internasional pertambangan bertajuk Green Babel for Green World pada Juli mendatang.Ajang internasional yang bakal diisi dengan seminar, diskusi, dan pameran itu diharapkan bisa membuahkan hasil positif bagi kelangsungan lingkungan hidup di Indonesia dan di Babel khususnya. Demikian dikatakan Ketua Yayasan Babel Hijau Syahidil, melalui Sekretaris M Wirtsa Firdaus dan Humas Marwan, saat ditemui Bangka Pos Group di Hotel Borobudur, Jakarta, akhir pekan lalu. Dukungan diberikan setelah Yayasan Babel Hijau melakukan presentasi di empat instansi pemerintah pada 13-15 Februari lalu. “Selain memberikan dukungan, mereka juga memberikan saran dan kritik yang berkenaan dengan tema yang akan kita angkat dalam konferensi nanti. Salah satunya diharapkan konferensi ini dapat menunjukkan bahwa timah itu adalah sebuah kekuatan bukan kelemahan,” ujar Wirtsa.Instansi yang memberikan dukungan yakni, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Kementerian Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM), Departemen Kehutanan, dan Departemen Pertanian. Masing-masing perwakilan sepakat membantu upaya penyuksesan acara yang rencananya bakal melibatkan pihak internasional tersebut.Wirtsa menjelaskan, penyelenggaraan konferensi internasional ini bermula dari perbincangan sejumlah pengurus Yayasan Babel Hijau dengan CEO PT Freeport Indonesia (FI) belum lama ini. Di sela-sela acara jamuan makan malam yang diselenggarakan FI di Jayapura, Irian Jaya, tercetuslah ide yang dimaksudkan bakal menghasilkan solusi terbaik dalam rangka penyelamatan lingkungan hidup di Babel.“Dan seperti kita ketahui, lingkungan hidup di Babel itu telah banyak yang rusak karena pertambangan. Karena itu lewat konferensi nanti diharapkan muncul kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Baik untuk memperbaikinya maupun mencegah pengrusakan,” kata Wirtsa.


Dunia Ikut MenikmatiWirtsa mengatakan kerusakan lingkungan di Babel tidak terlepas dari keterkaitannya dengan pihak internasional. Selama ini, Babel telah memberikan sumbangan kepada dunia lewat timah yang dihasilkannya. Oleh karena itu, wajar saja jika kemudian Babel meminta dunia ikut memperhatikan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas penambangan.“Setidaknya lewat konferensi nanti, kita akan memperlihatkan kepada dunia internasional bahwa begini loh kondisi Babel saat ini setelah menyumbang timah ke dunia. Karena sudah ikut menikmati hasil tambang itu, sudah sepatutnya pula dunia ikut memberikan perhatiannya kepada lingkungan di Babel,” tuturnya.Yayasan Babel Hijau juga mengharapkan peran aktif beberapa perusahaan tambang di Babel dalam konferensi internasional mendatang. Bukan hanya sebagai wujud sumbangsihnya sebagai perusahaan tambang di Babel, tapi ikut serta dengan menghadirkan rekanan-rekanan dari luar negeri untuk hadir di konferensi. Dengan demikian, salah satu tujuan dari konferensi tersebut dapat dicapai dengan mudah.


Penambangan BerkesinambunganBerkaitan dengan kritik dan saran yang diberikan empat instansi pemerintah, Yayasan Babel Hijau sepakat untuk mewujudkan timah sebagai kekuatan di Babel. Hal itu bisa diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan penambangan yang ramah lingkungan. Dan guna mencapainya, Yayasan Babel Hijau bertekad untuk terus melakukan sosialisasi ke masyarakat dan juga perusahaan-perusahaan tambang di Babel. Sosialisasi ini bertujuan memantapkan kegiatan penambangan yang ramah lingkungan atau disebut sustainable minning atau penambangan berkesinambungan. “Timah itu adalah bahan tambang yang tidak bisa diperbaharui. Karenanya kita harus bisa memanfaatkannya dengan baik. Salah satunya dengan melakukan penambangan yang ramah lingkungan,” ujar Marwan, Humas Yayasan Babel Hijau yang mendampingi Wirtsa saat ditemui harian ini.Marwan menambahkan, demi menjaga kelangsungan hidup, para pelaku penambangan juga harus meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Sesuai salah satu program kerjanya, Yayasan babel Hijau akan melakukan advokasi ke sejumlah pihak terkait sehubungan dengan pemeliharaan lingkungan. (mun) Sumber : Bangka Pos

Cupak Gantang Negeri Serumpun Sebalai

Alkisah disatu masa tertentu “Zaman Akek Awek Becawat Lu’e” disatu tempat tanah melayu yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan/gelar negeri serumpun sebalai hidup sekelompok masyarakat yang tinggal dengan damai, rukun, makmur dan bersahaja. Tidak pernah terdengar diantara mereka saling melecehkan satu sama yang lain, apa lagi sampai sampai memburuk burukkan pemimpin mereka, hanya karena diperkirakan salah mengambil keputusan, sang pemimpin pun begitu mengayomi dan menyayangi rakyatnya.

Rakyat dimasa itu bila mengetahui Raja yang disayanginya berbuat salah, mereka lebih senang memberitahu dengan santun melalui punggawa kerajaan yang dapat di percaya karena sangat memegang amanah,. Tidak dengan cara berteriak menggunakan terompet dan menabuh genderang perang sambil memanjat pagar kerajaan. Seluruh penduduk beranggapan bila mereka memperolok raja maka hal tersebut bak kata pepatah “Memukul air di dulang memercik kemuka sendiri”.

Dimasa itu hiduplah “KRIOPANTING” seorang patih kerajaan yang amat di disayangi rakyat dan sangat disengani lawan karena beliau memiliki kedigdayaan tinggi yang selalu di pergunakan untuk menghancurkan lawan dan melindungi rakyatnya.

Apa hendak dikata kedamaian itu terusik, penjajah mulai menabur mesiu menebar perpecahan dengan ‘De Vide Et Impera” yang menghasilkan benih pertikaian dimana mana. Raja semakin terdesak dan akhirnya tertangkap berkat tipu muslihat yang jitu dan terkenal di seantero melayu “Bujuk Melayu Tipu Palembang” alhasil rakyat hidup penuh dengan ketakutan dan ketidakadilan. Namun Kriopanting sang patih terus mengadakan perlawanan walaupun akhirnya tertangkap dan dihukum pancung.

Saat dihukum pancung, kepalapun telah terlepas dari badan namun dari bibirnya sanggup mengeluarkan sebuah sumpah dengan lantang “KRIOPANTING JADI PUTUS BEDENTING TAPI CUPAK KEK GANTANG DAK KAN BERUBAH” betapa agungnya sebuah makna keadilan bagi sang patih. Sebuah semangat patriotik yang patuh dicontoh dari seorang pemegang amanah pemerintahan yang lebih mementingkan orang banyak dari pada diri sendiri, berani, rela berkorban adil dan jujur.


Negeri Akek Awek Kini

Jaman telah berganti Akek Awek pun tak pernah tahu kalau cucunya tak lagi menggunakkan cawet kemana mana. Seandainya dia tahu, tak taulah kita entah sedih atau bahagia Akek kita ini. Mungkin secara fisik Akek Awek akan senang namun kalaulah beliau tahu dari mana asal pengganti Cawet itu, hampir bisa dipastikan beliau lebih memilih pakek cawet seumur hidup.

Wajarlah bila Akek Awek berprilaku seperti itu, bila melihat kondisi negeri yang saat ini lebih dikenal dengan Negeri Serumpun Sebalai. Negeri yang bagaikan siang dan malam bila di bandingkan dengan negeri di zaman Akek Awek Becawat Lu’e.

Tak kan terdengar lagi santunnya rakyat memberitahukan sebuah kesalahan kepada pimpinan, Tak terlihat lagi pimpinan yang lebih mengutamakan orang banyak, berani, jujur dan adil, Tak terasa lagi adanya rakyat yang mempercayai, menyayangi pimpinannya, Yang tampak hanya rasa saling curiga, rasa saling tidak percaya. Situasi benang kusut yang begitu sulit di cari ujungnya untuk melepaskan simpul yang kusut.

Setiap pejabat pemerintahan selalu di identifikasi sebagai seorang opportunis yang selalu memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya walaupun belum tentu hal itu benar. Korupsi, Kolusi, Nepotisme selalu menjadi “Buah Bibir” yang tak enak di dengar, entah kapan bisa jadi “Sebuah Bubur” yang enak dimakan.

Sejak negeri ini memiliki sebuah pemerintahan yang namanya Kegubernuran hampir setiap saat terdapat berita miring di Koran yang menyangkut kebijakan pemerintah. Dimulai dari Mekanisme Pemilihan Gubernur, Penerimaan CPNS Pemda, CPNS Kehakiman, Proses Tender proyek, Pelaksanaan Proyek, eforia timah dan lain lain.

Saat penyidik kerajaan menemukan ketidak sesuaian dalam pelaksanaan pekerjaan, maka para abdi masyarakat itu akan memberikan berbagai macam dalih alibi. Misalnya “Lho saya kan gak minta mereka merasa berterimakasih terus mereka memberi kami, syah syah saja kan ?”

Pernyataan atau pertanyaan yang jelas si pembuat setatement seperti itu dia akan terbebas dari dosa… karena bisa jadi dia tidak tau apa apa tentang korupsi, suap dan penyakit sejenis lainnya.

Pertanyaan selanjutnya apakah yang bersangkutan benar benar iklas memberikan hadiah hadiah seperti itu ? Kepada siapakah hadiah itu di tujukan ? Apakah secara etika pemberian seperti ini dapat dibenarkan ? Bukankah pemberian pemberian seperti itu mengarah kita pada aktivitas yang berbau unsure korupsi, Kolusi dan Nepotisme melalui proses pemberian hadiah yang hampir mirip dengan penyuapan(bribery)

Secara teoritis yang dimaksud dengan Penyuapan/Briberry Adalah menawarkan, menjanjikan dan memberi sesuatu untuk mempengaruhi tindakan pejabat. Apabila penyuapan tersebut ditujukan kepada seorang/beberapa orang pejabat pemerintahan dikenal dengan istilah Official Briberry.

Dengan demikian apakah masih relevan bila kita tetep mengatakan bahwa memberikan hadiah itu sah sah saja?

Sebetulnya ada sedikit harapan saat negeri ini menjadi negeri terpisah dari negeri saudara tua didaratan Sumatera untuk menjadi sebuah negeri dengan pemimpin yang tak mengenal budaya “lokak” budaya “basah & kering” Karena budaya yang telah ada dan mengakar sebetulnya adalah budaya “Cupak Gantang”. Segantang tetaplah empat cupak bila berubah berarti ada yang salah, ada yang tak jujur alias pelico. Maknanya adalah bahwa kejujuran, kebersihan, keadilan haruslah ditegakkan dengan penuh keberanian di Negeri Serumpun Sebalai

Entah mana yang benar, entah siapa yang salah, entah ada benar atau malah salah semua, yang jelas tak ka nada asap jikalaulah tak ada api.

Tak bisa bila penulis harus mencari tahu siapa penyulut api untuk tahu apa betul ada korupsi, kolusi dan lain lain yang bisa dilakukan hanyalah adalah mendeteksi datangnya penyakit penyakit kronis tersebut, melalui tanda tanda (signal) yang dikeluarkan oleh penyakit itu sendiri.

Pertanda Penyakit Korupsi

Sebagan besar penyakit datang sedikit demi sedikit dan memiliki ciri ciri tertentu demikian pula dengan korupsi, ciri ciri tersebut bila dikaitkan dengan proses tender pembelian antara lain :
· Adanya permintaan terhadap tingkat persedian lebih tinggi dari biasanya, menyebabkan perlunya pengadaan persedian dari supplier tertentu.
· Kesulitan untuk mendapatkan alternative sumber/supplier lain.
· Pembuatan spesifikasi kontrak sedemikian rupa sehingga cocok dengan barang atau jasa yang dapat disediakan oleh vendor/kontraktor tertentu.
· Pembuatan spesifikasi yang membingungkan, menyebabkan penjual yang dapat menyediakan secara tepat kebutuhan pembeli walaupun dengan harga lebih tinggi dari harga peserta lelang yang lainnya dapat dimenangkan.
· Pemecahan kontrak pekerjaan/pengadaan menjadi proyek kecil-kecil yang menyebabkan wewenang atas lelang tersebut turun kebawah sehingga dapat dimenangkan oleh penjual yang mau bekerjasama dengan pegawai tersebut.
· Pemberian spesifikasi lebih dahulu dari vendor lainnya sehingga dia punya waktu lebih dahulu untuk mempersiapkan penawarannya.

Korupsi (Corruption) sebagian besar bersamaan dengan penyuapan (Briberry) karena dengan memberikan uang suap kepada seseorang, penyuap akan meninggikan harga yang akan diberikan kepada perusahaan dimana sang koruptor tadi bekerja.
Lebih celaka lagi bila sekelompok masyarakat satu negeri sudah tidak sungkan dan tidak tabu lagi untuk mengatakan bahwa sebuah pekerjaan itu ada “lokak” sedang yang lain tidak, ini tempat kering disana tempat basah. Kalau sampai pada tarap seperti itu, menandakan bahwa pada kelompok tersebut melakukan suap dan korupsi merupakan satu hal yang biasa dilakukan. Bisa jadi Segantang tak lagi empat cupak mungkin tinggal tiga cupak. Negeri pun jauh dari rasa aman karena sudah tak ada lagi kejujuran, Keadilan dan keberanian untuk menegakkannya.

Sudah saatnya pemerintahan saat ini mencari Punggawa dan Patih seperti layaknya di jaman Akek Awek Masih Becawet. Supaya Cupak dan Gantang Tetap dan Tidak Berubah di Bumi Serumpun Sebalai. SEGANTANG EMPAT CUPAK.

Senin, 25 Februari 2008

GREEN BABEL SEBUAH YAYASAN ATAU SEBUAH GERAKAN PENGHIJAUAN



”...jadikan sungai tersebut sebagai etalase atau ikon Green Babel. Sehingga saat orang orang bertanya apa itu Green Babel maka setiap orang di Bangka Belitung bisa menunjuk Sungai ini sebagai bukti nyata Gerakan Hijau..”


Pemanasan global yang berakibat kepada perubahan iklim dunia saat ini menjadi kajian serius masyarakat internasional. Selain produksi emisi karbon sebagai akibat laju pertumbuhan industri yang berdampak efek rumah kaca, deforestasi yang terjadi karena kebutuhan bahan baku kayu, ladang berpindah dan pertambangan juga merupakan salah satu penyebab utamanya.

Khusus untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung penyebab utama adalah deforestasi dari kegiatan eksploitasi bahan galian tambang timah oleh para pelaku penambangan baik perusahaan maupun masyarakat. Memang setiap permasalahan lingkungan yang terjadi acapkali bersinggungan dengan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di atas permukaan tanah maupun di bawahnya.

Seyogyanya setiap perusahaan yang mengeksploitasi kekayaan alam haruslah berfikir tentang eksploitasi alam yang berkelanjutan (sustainabel exploitation dan sustainable mining) dengan mempertimbangkan kepentingan lingkungan dan masyarakat sekitar, dalam wujud bekerja sesuai aturan yang berlaku dan dalam wujud tanggungjawab sosial perusahaan (community social responsibility).

Ditengah tengah pesisimisme perbaikan kerusakan lingkungan tiba tiba masyarakat Bangka Belitung begitu familiar dengan kata kata Green Babel, dua buah kata asing yang saat ini seakan melekat disetiap benak masyarakat Babel. Apa dan bagaimana Green Babel kami sempat berbincang bincang dengan Sekretaris Yayasan Babel Hijau, sebuah yayasan di Bangka Belitung dengan trade mark lingkungan sebagi lahan garapannya.

Selamat malam Bung Wirtsa, saat ini masyarakat Bangka Belitung sudah sangat familiar dengan Green Babel, sebetulnya apa, siapa dan Bagaimana Green Babel.

Green Babel adalah sebuah gerakan penghijauan di Provinsi Bangka Belitung yang di canangkan oleh Gubernur Provinsi Bangka Belitung pada pertengahan tahun 2007, yah di awal awal beliau menjabat lah. Hal ini patut kita syukuri, ternyata pada pemerintahan provinsi periode 2007 - 2012 penghijauan masuk dalam prioritas pembangunan negeri serumpun sebalai. Terbukti dari pencanangan gerakan penghijauan yang dilakukan tersebut.

Soal Green Babel itu siapa, menurut saya Green Babel bukan siapa siapa karena sifatnya gerakan maka Green Babel ini adalah milik masyarakat Babel dan saya pribadi mengharapkan keikutsertaan seluruh komponen masyarakat yang memiliki rasa peduli terhadap penyelamatan lingkungan negeri serumpun sebalai untuk melakukan gerakan ini. Mereka bisa pengusaha, aparat hukum, aparat Pemda, masyarakat. Semakin banyak keterlibatan masyarakat maka semakin besar pula peluang keberhasilan Gerakan Hijau tersebut.

Gerakan ini menurut saya harus digerakkan dengan cara cara sistemik dan menyeluruh, hal ini dapat kita lihat setelah pencanangan oleh Gubernur maka hampir setiap instansi melakukan gerakan hijau termasuk juga perusahaan dan ormas ormas.

Berkenaan dengan Yayasan Babel Hijau sepertinya sangat identik dengan Gerakan Green Babel, bagaimana hubungan istimewa antara keduanya.

(Tertawa) Tidak ada yang istimewa, pertama, semuanya saya fikir berjalan wajar wajar saja. Setelah pencanangan oleh Gubernur, kami berlima Syahidil, Sendy Pranatha, Tunggul Pakpahan, Imam Kambali dan saya sendiri terpanggil untuk membentuk sebuah yayasan yang bergerak sebagai penggiat lingkungan. Itu saja.

Kedua, Hal ini kan bisa dilakukan oleh siapa saja, kemudian dalam gaungnya Yayasan ini sangat identik dengan gerakan Green Babel sebetulnya itu hanya masalah sosialisasi saja dan kebetulan Yayasan Babel Hijau ini kalau kami inggriskan menjadi Green Babel Foundation jadi sama sama Green Babel hanya saja yang satunya berupa Gerakan dan yang lain adalah nama sebuah Yayasan.

Lucunya saat ini tidak banyak yang kenal dengan Yayasan Babel Hijau, mereka lebih kenal dengan Green Babel mungkin seperti kasus seorang Eropa yang bertanya ”Indonesia itu dan sebelah mananya Bali?”.
Itulah sebabnya kita aktif menyuarakan gerakan penghijauan ini melalui Yayasan bahkan kita sudah buka website http://www.greenbabel.org/

Apa yang seharusnya menjadi Tolok ukur Keberhasilan dari Gerakan Green Babel.

Ada beberapa yang bisa dijadikan tolok ukur antara lain bila masyarakat sudah merasa sayang untuk memperlakukan hutan secara semena mena, masyarakat menjadi gemar menanam, pengusaha selalu berpihak kepada lingkungan, aparat menjadi hobi menuntaskan masalah hukum yang berkaitan dengan lingkungan dan lain lain.

Namun pada akhirnya gambaran fisik tentunya menjadi sangat diperlukan, yang saya maksud adalah : ”bahwa daerah terbuka pada saat pencanangan pada akhir periode tertentu, misalnya lima tahun, tidak lagi menjadi terbuka tapi telah berubah menjadi daerah tutupan yang hijau”.

Tentu tidak mudah membuat semua kriteria tersebut diatas dapat dipenuhi melalui gerakan Green babel.

Tentu saja tidak mudah tapi satu hal yang harus sama kita yakini bahwa ”dibalik sebuah kesulitan pasti ada kemudahan” untuk itu perlu kerja keras seluruh fihak terkait. Pihak pihak dan hal hal yang saling terkait dalam penanganan lingkungan adalah Mahluk hidup (biostik) seperti tumbuhan, hewan dan manusia kemudian barang berharga (anbiostik) seperti bahan galian tambang dan terakhir adalah Budaya(cultur).

Pemerintah daerah dalam menetapkan sebuah peraturan, misalkan pertambangan, maka mereka harus mempertimbangkan manfaat dari galian yang diambil(anbiostik) dibandingkan dengan kerusakan yang di timbulkan terhadap makhluk hidup(biostik). Kearifan lokal yang terdapat didaerah tersebut (culture) tentusaja harus masuk dalam poin yang harus dipertimbangkan sama dengan dua hal yang lain.

Konkritnya Apa yang harus dilakukan oleh para pihak terkait selain contoh diatas

Pertama, Para pelaku industri penambangan mereka harus menjalankan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagai sebuah perusahaan tambang maka perusahaan tersebut wajib memiliki Kuasa Penambangan (KP) yang terdiri dari KP Penelitian, KP Eksplorasi, KP Pemurnian seperti yang disyaratkan undang undang.

Untuk menjamin kesesuaian bukaan lahan yang di eksploitasi dengan hasil yang di peroleh maka seluruh perusahaan industri penambangan wajib memberikan laporan hasil produksinya secara lengkap termasuk di dalamnya asal usul KP dari produksinya dan laporan tersebut di sampaikan kepada masayarakat, pemerintah dan pihak terkait lainnya.

Setiap perusahaan industri penambangan wajib melakukan kegiatan reklamasi sesuai ketentuan yang berlaku dan di sampaikan (dalam bentuk laporan) kepada Masyarakat, Pemerintah dan pihak pihak yang berkepentingan

Khusus kepada masyarakat pelaku penambangan (Tambang Inkonvensional) lokasi penambangan harus memiliki izin dari pemilik KP dalam hal ini bisa dari perusahaan penambangan maupun pemerintah setempat. Kepada pemberi izin lokasi penambangan kepada masyarakat, wajib memberikan pembinaan dalam hal penambangan berwawasan lingkungan atau penambangan berkelanjutan. .

Kedua, Penegak Hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman) wajib bersinergi untuk mengusut tuntas setiap kegiatan eksploitasi ilegal (penambangan ataupun pemanfaatan kayu ilegal), sebagai contoh penangkapan ilegal logging dan bijih timah.

Memberikan hukuman maksimal baik hukuman badan maupun berupa penggantian kerugian terhadap pelaku kejahatan lingkungan yaitu setiap pelaku pelanggaran dari setiap kegiatan eksploitasi hasil alam yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mempublikasikan setiap kegiatan usaha penyelamatan lingkungan melalui mekanisme penegakkan hukum, hal ini menjadi penting selain mensosialisasikan ancaman kepada para pelaku kejahatan lingkungan juga merupakan pembelajaran hukum yang sangat berarti bagi masyarakat.

Ketiga, Eksekutif dan Legislatif Setiap kali membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam wajib disertakan pula kepentingan penyelamatan lingkungan di dalamnya.
Pelaksanaan dari aturan yang telah di buat harus sistemik dan holistik dengan demikian peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan aturan di atasnya (misalnya Peraturan Pemerintah dan Undang Undang) dan perlu keseragaman pemahaman dan keseragaman pembuatan peraturan di setiap tingkatan pemerintahan yang setara.
Instansi terkait aktif memberikan sosialisasi pentingnya penyelamatan lingkungan kepada masyarakat.

Kembali ke Yayasan Babel Hijau, dari sekian banyak kegiatan yang dilakukan oleh gerakan Green Babel Hijau, Yayasan Babe Hijau ambil peran dimana ?

Sebetulnya dari seluruh kegiatan gerakan Green Babel tersebut yayasan kita bisa ambil peran di semua kegiatan, namun sekali lagi kita ingin kegiatan kita seluruhnya itu harus terencana dan terprogram secara sistemik.

Green Mapping(semacam pemetaan hijau), Green Zona Layout(seperti tataruang hijau), Green Seeding Act(lebih kepada pembibitan masal), Green Community Construction(pembinaan masyarakat) dan Green Model Area(seperti Lahan Percontohan Hijau) merupakan beberapa wilayah wilayah garapan yang akan di lakukan di tahun 2008. Selain itu juga terdapat sebuah momen penting yang rencananya akan dilaksanakan pada pertengahan 2008 yaitu Internaational Confrence on Mining yang bertajuk ”Green Babel for Green World”.

Tentunya kegiatan tersebut memerlukan dana yang cukup besar, bagaimana Green Babel Foundation mendapatkannya apakah tidak sebaiknya transparan saja ?

Setiap bicara dana memang merupakan hal yang sangat menarik dan sensitive, pada saat menjalankan Yayasanpun hal tersebut menjadi sensitive mungkin karena sifatnya yang sulit untuk di dapat tapi sangat mudah untuk di habiskan kalau tidak hati hati. Yang jelas yayasan ini relatif sangat baru didirikan dan belum memiliki sumber dana sendiri sehingga kita harus bersinergi dengan berbagai kalangan untuk mewujudkan seluruh kegiatan tersebut.

Transparansi saat ini menurut saya tidak lagi menjadi sebuah kewajiban tapi lebih kepada kebutuhan bagi setiap organisasi apapun bentuknya baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis. Dengan transparansi itulah akan membuktikan kinerja yayasan berjalan dengan baik atau tidak jadi saya sepakat dengan anda soal transparansi tersebut.

Terakhir sebetulnya apa yang melatarbelakangi anda aktif sebagai penggiat lingkungan melalui Yayasan Babel Hijau

Pertama Sungai Rangkui, sederhanakan ? Timah telah ratusan tahun tahun di eksploitasi tapi tidak pernah membuat sungai kebanggan masyarakat Pangkalpinang itu menjadi seperti kubangan kerbau. Namun sejak 1998 sungai tersebut berangsur keruh dan akhirnya seperti yang kita lihat sekarang ini.

Kedua, Chiko mendez seorang Petani Karet sejak kecil yang kemudian menjadi pejuang lingkungan Brazil yang sangat gigih memperjuangkan keasrian hutan di daerah komunitas mereka tinggal. Akhirnya walaupun dengan pengorbanan nyawa, daerah tersebut dijadikan pemerintahan Brazil sebagai daerah hutan yang harus di jaga kelestariannya.

Tentu saja itu alasan yang sangat pribadi sekali (poin pertama) dan emosional karena pada tahun 1970an saya bisa berenang disungai itu, menangkap ikan, udang dan bermain main tanpa rasa jijik, beda dengan saat ini. Mudah mudahan kita bisa mengembalikan sungai tersebut seperti sedia kala

Kegundahan pribadi tersebut ternyata sejalan dengan VISI MISI yayasan Babel Hijau itulah yang membuat saya secara pribadi tertarik untuk pertamakali terjun sebagai penggiat lingkungan melalui yayasan ini.

Oh ya mungkin kembalinya sungai rangkui seperti sediakala dapat juga dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan Gerakan Penghijauan Babel. Bila perlu jadikan sungai tersebut sebagai etalase atau ikon Green Babel. Sehingga saat orang orang bertanya apa itu Green Babel maka setiap orang di Bangka Belitung bisa menunjuk Sungai ini sebagai bukti nyata Gerakan Hijau Negeri Serumpun Sebalai.

Kamis, 17 Januari 2008

NAPOLEON, ALEXANDER DAN MC ARTHUR

JAnuari 2008 disana ada hari hari yang orang orang sibuk sering bilang "Loong Week End" karena di sana ada "HOLY DAY" umat muslim yang bertepatan dengan hari kamis tanggal 10 Januari 2007, itulah 1 Muharram 1429 H. Mungkin karena besoknya hari Jum'at dan sabtu orang orang kebanyakan libur kerja maka pemerintah memutuskan hari tersebut sebagai hari untuk cuti bersama, kalau kami sering bilang Harpitnas "HAri Kejepit Nasional" jadi dari pada para karyawan meliburkan diri masing masing lebih baik diliburkan saja sekalian oleh pemerintah, mungkin sederhananya begitu.



Empat hari libur, aku harus buat skedul kegiatan kalau tidak mau mati berdiri karena kebingungan. Untungnya hari minggu sudah harus disibukkan dengan gawean sebagai ketua panitia sedekahan(walimahan/perayaan) sunatan dan akikah anak laki lakinya Pak Syahidil Ketua Yayasan Green Babel itu, terus sabtu mendingan ke Kebun saja, masih ada sisa dua hari. Keputusan akhir adalah nonton film, MC Arthur, Alexander dan Napoleon menjadi film pilihan.

Ahhh.... ternyata tepat pilihanku melihat film film tersebut, bukan kah saat ini hari libur karena memperingati the greatest man in the world yang juga the holly man "Muhammad SAW" yang karena satu sebab harus hijrah ke kota MAdinah untuk melakukan dakwah, menyusun strategy, menggalang pengikut serta menyusun kekuatan. Untuk kemudian memulai perjalanan panjang penaklukan JAzirah Arab.


Ketiga tokoh yang terdapat pada film tersebut tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan seorang "Muhammad SAW" karena mereka adalah manusia biasa yang berfikir, berbicara dan bertindak atas kemauan sendiri dan paling tidak setelah mendapat pertimbangan dari rekan rekan seperjuangannya. Lain halnya dengan Sang Holly Man yang setiap pemikiran, kata dan perbuatannya selalu dijaga oleh sang Halik Allah SWT pencipta alam semesta. NAmun untuk bahan perbandingan bolehkan kalau saya memabndingkan ketiga orang itu saja, karena tentu saja saya harus aple to aple kalau ingin membanding bandingkan sesuatu.



Persamaan Karakter

MEnghabiskan tiga buah piringan video compact disc dengan film yang seru tentu pekerjaan yang menyenangkan, lupa makan, minum, lupa rumah sampai sampai isteri pun harus teriak teriak kalau mau suruh makan apalagi bersihkan halaman belakang rumah yang memang selalu kotor oleh sisa sisa produksi rumah tangga itu. Tapi tidak sia sia perjuangan ku kali ini menghabiskan tiga film itu, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin/penguasa/komandan seorang harus memiliki kelebihan kelebihan.

Dari ketiga lakon tersebut memiliki persamaan karakter yaitu cerdas, berani, tauladan, mau berkorban untuk orang banyak, tegas, Cepat mengambil keputusan, negosiator ulung dan sedikit kelicikan kalau tidak mau disebut taktis. Tentu saja faktor keberuntungan kenyataannya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari keberhasilan orang orang tersebut.

NApoleon, Jenderal yang saat itu tak punya kerja alias bangku panjang itu sangat cerdas membaca situasi yang kebetulan tak kan mungkin datang dua kali yaitu saat kerajaan ingin menumpas kaum demokrat proletar yang tidak puas dengan kerjaannya si LOUIS penguasa perancis waktu itu. Saat jenderal lain bingung untuk ambil keputusan akhirnya napoleon dengan cepat mengusulkan strategy penumpasan, namun para jenderal kembali bingung siapa yang akan melaksanakan akhirnya pihak kerajaan meminta Napoleon untuk melakukannya. Dengan dengan penuh ketegasan dan keberanian Jenderal BAngku Panjang tersebut menerima pekerjaan tersebut namun tanpa ada kesan untuk mengambil alih kekuasaan di ketentaraaan Perancis Sang Napoleon Bernegosiasi.

NApoleon hanya mengatakan sambil lalu dan sedikit kata, karena mungkin dia tahu berada di posisi yang menguntungkan, "Saya tidak dapat melaksanakan ini walaupun saya jenderal karena saya tidak memiliki wewenang terhadap tentara kerajaan". Dalam hitungan detik pihak kerjaan memberikan jabatan strategis dan tinggi kepada Napoleon, yah mungkin kalau sekarang dinegeri BBM ini adalah Kepala Staf Angkatan Darat (mungkin). Dengan kepercayaan penuh yang di perolehnya Napoleon dengan Berani, cerdik, tegas langsung beraksi menumpas para musuh kerajaan tersebut.

HAl yang sama juga dilakukan oleh Alexander diawal karier militernya, walaupun untuk menjadi seorang kaisar Alexander Agung memiliki faktor keturunan dan dalam usia sangat muda telah menjadi kaisar sesaat setelah orang tuanya di bunuh oleh musuh musuhnya. Lalu Mc Arthur yang menjadi Panglima tertinggi di Asia PAcific dan akhirnya memperoleh penghargaan Bintang Lima dari negerinya tersebut juga memiliki persamaan karakter tersebut.

Bersambung.......

JEJAK PERISTIWA

EMISION FREE TRANSPORTATION

BUMI SEMAKIN PANAS


THANKSFULLY YA ALLAH

NOW IS GOOD HOW ABOUT NEXT?


GREEN YOUNG GENERATION

WITH PKS PRESIDENT



THE THREE MUSKETEER





CHIKAL BAKAL




ARMANDO DINNER INVITATION AT LUPA LELAH CAFE 2500M DPL





GRABION GROUNDSEAL DISCUSSION






GREEN GUARD ON THE TOP OF JAYA WIJAYA HIGH LAND





SAFETY TALK IN THE MORNING AT TEMBAGAPURA



BERSAMA ALUMNI SMA NEGERI I PANGKALPINANG



SIAP LAKSANAKAN TUGAS





UCAPAN SELAMAT PEMBINA








BINTANG TAMU BALI ROAD MAPS




PENYERAHAN BIBIT KEPADA FKUB





BERTEDUH DI PULAU NANGKA





SIAP MENANAM BARENG PEMBINA




LAPORAN GREEN BABEL SIAP TAKE OFF





SOSIALISASI DISETIAP KESEMPATAN