Kamis, 29 Januari 2009

LASKAR PELANGI BIKE TO PAGARALAM

LASKAR PELANGI BIKE TO PAGARALAM(Sebuah kisah dibalik perjalanan tour de dempo mountain dari tanggal 25 s.d 29 Desember 2009)



HARI PERTAMA Diawali dengan pemantapan terakhir Kamis malam PCC dengan tim sepeda laskar pelanginya mulai melakukan persiapan keberangkatan. Setelah kamis pagi salah satu media lokal memberitakan rencana keberangkatan ke Gunung dempo pagaralam sumatera selatan, malam harinya sepeda sepeda mulai loading ke dalam kendaraan. Loading dilaksanakan malam hari di Bukit Baru - Perumahan PT Timah dengan pertimbangan agar keesokan harinya harus berangkat saat fajar datang, mengingat perjalanan selanjutnya akan di tempuh menggunakan jetfoil ke kota Ampera Palembang dari Muntok.



Satu jam dari Pangkalpinang menuju mentok berjeda waktu istirahat sarapan pagi di kampung kelapa. Di salah satu kota kecamatan Kabupaten Bangka Barat, tempat kelahiran Gubernur Bangka Belitung, mengingatkan kami pada sebuah pantun lama yang acapkali kami dendangkan diwaktu kecil dulu :"Dari mentok ke banjar masin Singgah sebentar kampung kelapa. Liat baye batuk tebasin Kucing didapuk nginggel kepala"


Setiap orang yang tahu kami akan bersepeda ke pagar alam 90% nginggel kepala (geleng geleng), kurang kerjaan mungkin itu yang ada di batin mereka. Namun inilah pertama kali sebuah tim sepeda dari Babel yang melakukan touring ke luar Babel. Dengan Misi ingin mengenalkan Babel dan mempelajari pengelolaan daerah perkebunan menjadi tujuan wisata seperti di Pagaralam. Disamping tujuan utama mensosialisasikan sepeda sebagai kendaraan ramah lingkungan keseluruh nusantara.


Kami beruntung memiliki teman teman dari berbagai kalangan, karyawan PT Timah Tbk, Telkomsel, Perbankan, atlit,pedagang ayam dan lain lain yang sangat konsen dalam menyemangati tim agar jangan bosan bosan "memasyaraktkan sepeda dan mensepedakan masyarakat" toh ini untk kesehatan dan salah satu bentuk perlawanan kita pada pemanasan global sebagai dampak efek rumah kaca yang sampai detik ini masih terus terjadi.


Kembali pada perjalanan, tiba di Pelabuhan Bom Baru Palembang pukul 14.30, setelah bongkar muat - sepeda dan tim naik ke bus - tim langsung menuju ke Palembang Indah Plaza, sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Palembang untuk melengkapi peralatan sepeda yang tidak bisa didapat di Pangkalpinang. Pukul 18.30 setelah Maghrib tim berangkat ke Pagaralam... Wuih... Mmelelahkan sekaligus menyenangkan 00.30 tiba di lahat, 01.15 pecah ban di kota agung pertengahan lahat dan pagaralam.... Dingin, untungnya crue bus yang kita tumpangi sangat cekatan.. sepertinya tiap berangkat bus ini mungkin mengalami kejadian yang di sebut dengan pecah ban(sssst cukup kita kita saja yang tahu jangan sampai pak supir tahu, bisa berabe nanti). Maklum bus tua tanpa ac, ada hikmahnya juga sih, hari gini memang nggak perlu ac, hanya akan mempercepat terbentuknya tabir emisi gas buang yang disebut efek rumah kaca itu.


Dinginnya PagaralamBrrrr dinginnya saat meemasuki pagar alam sebuah kota lama di punggung pegunungan Bukit Barisan, mungkin disinilah dulu para datuk dan jawara pernah berkelana mencari ilmu kedigdayaan. Tercatat dalam kisah fiksi ada wirosableng, situa gila, bu kek siansu, sibuta dari gua hantu dan lain lain. Tentunya waktu itu bukit barisan ini masih bertabur hutan tropis lebat dan bersaranakan pedati sebagai alat transportnya...


Ahhh khayalanku sampai kemana mana, mungkin sangking segarnya otak ku karena terserang hawa dempo yang dingin dan menyejukkan (fresh cool), sehingga ku tak sanggup menahan laju kreativitas otakku yang terus melayang ke negeri bu kek siansu yang manusia setengah dewa itu-apa mungkin dia pernah kesini...ahh terlalu jauh dempoku.


Hari semakin larut dan pagi, saat ini pada jam tangan dengan cap QQ yang katanya special outdoor dan baru dibeli sehaga Rp. 475.000 dari Fathoel alias Toing, seorang pakar outdoor yang hidup terpisah jauh dari species aslinya dan sekarang menetap di Bangka Belitung, telah menunjukkan pukul 02.09. Getar getar lembut maghma yang terdapat pada perut bukit barisan menjadi penghantar tidur yang menyenyakkan. . .Lanjut.... Khhrrrrr


HARI KEDUA

Setelah tidur lebih kurang 4 jam, pukul 08.00 wib tim sepeda melakukan tune up seluruh sepeda. Dilanjutkan dengan trial sekaligus mengenali kota pagaralam. Sungguh pantas di kenal dengan sebutan pagaralam ternyata kota ini betul betul berpagarkan bukit dan gunung di sekelilingnya.
Setelah sholat jum'at para laskar sepeda bersiap siap menuju daerah pegunungan yang berpermadanikan kebun teh di puncak, lembah dan lerengnya. Perjalanan 10 km yang biasanya dpat ditempuh dalam watu 45 menit, kali ini laskar sepeda babel harus mengakui beratnya medan tanjakan yang harus ditempuh. Tercatat jarak tersebut ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit... Wuhh melelahkan namun seluruh tim merasa lega karena seluruhnya mampu tiba diatas. Hanya saja salim rais peserta termuda yang baru berusia 10 tahun itu, kali ini harus beristirahat karena kelelahan fisik setelah menempuh perjalanan dari pangkalpinang ke pagaralam yang membutuhkan waktu lebih dari 20 jam itu.
Lereng Dempo
Mencapai tempat peristirahatan di lereng dempo tidak membuat para laskar merasa puas, lokasi perkebunan teh yang memang menjaditempat pelaksanaan perlombaan sepeda gunung(mountain bike) saat PON 2004 sumsel memicu adrenalin para laskar sepeda babel. Laskar pelangi bersepeda ini kembali mengayuh sepedanya menuju tempat yang lebih tinggi 1700an dpl.
Hembusan angin begitu dingin, 15 derajat celcius disiang hari di bulan penghujan ini sepertinya mengharuskan kami mempersiapkan perlengkapan lebih lengkap seperti jaket dan celana yang tahan air untuk mengayuh sepeda di areal perkebunan teh ini. Suhu ini menghantarkan ingatan ku ke daerah lembang pada tahun 1980an.
Wisata PerkebunanNamun yang paling menarik ternyata perkebunan teh pagaralam telah menarik wisatawan baik lokal maupun asing. Lingkungan asri hijau menghampar dimana mana, wisatawan datang, ekonomi rakyat pun ikut tumbuh.
Sebuah pembelajaran yang menarik bagi kita di bangka belitung, kekayaan bahan tambang yang telah melambungkan nama bangka belitung lebih dari 3 abad ini bila tidak di sertai dengan pengembalian fungsi lingkungan setelah era tambang tentu akan sangat mengkhawatirkan kita.
Mudah mudahan lahan eks tambang kita juga bisa difungsikan sebagai penarik wisatawan.... Maaf bila ini adalah sebuah mimpi dari kami komunitas sepeda laskar pelangi. Namun tidak ada yang tak mungkin bila ada kemauan lagi pula lingkungan babel adalah tanggungjawab kita semua.

Hari semakin dingin para laskar masih belum kembali ke posko mereka sedang survey untuk trek sepeda besok pagi. Pukul 17.45 suhu turun terus alat pengukur menunjukan angka 12 derajat celsius... Uhhh mudah mudahan mereka tidak apa-apa dan kembali dengan selamat. Karena malam ini tim laskar pelangi rencananya akan kedatangan asisten 1 kota pagaralam, panggilannya pak kusui, namanya kami peroleh dari sahabat kami yang pecinta sepeda juga, Yan Megawandi yang kebetulan saat ini menjabat sebagai ka dinas pariwisata Babel, Terimakasih Bang Yan....... Tapi tolong nama lengkapnya pak kusui ini apa ya
HARI KE TIGA
Semalam Pak Asisten 1 Pagaralam berhalangan hadir, memang malam tadi kabut cukup tebal disekitar pegunungan dempo. Pagi ini sebagian laskar mengulangi rute sore kemarin dan sebagian mempersiapkan tim untuk menuju obyek wisata air terjun, churug mangkok, churug tujuh kenangan dan churug embun.
Hampir seluruh peserta mengalami trouble dengan track yang di tempuh, tanah naik turun dan hujan yang semakin membuat berat track yang di lalui. Ricky, wirtsa, fani, khaidir, rofik, hikmat, tiyo, amin.. Bahkan sampai mengalami putus rantai seperti yang di alami mas fathoel saat mencapai tanjakan terakhir.
Tentang churug dan gunung dempo serta perkebunan teh, itulah kelebihan pagaralam dibanding daerah lain. hanya sedkit daerah di indonesia yang dianugerahi daerah se eksotik pagaralam. Demikian pula bangka belitung juga memiliki kelebihan yang berbeda dengan daerah lain, apalagi dengan promosi dan pengelolaan profesional tentu saja Bangka Belitung akan lebih siap menjual daerah wisatanya.
Night riding around Pagaralam
Ternyata medan berat yang telah menguras banyak tenaga laskar sepeda tidak membuat semangat menurun. Tiba diposko pukul 16.00 malam ini akan dilanjutkan dengan night riding.night riding adalah kegiatan bersepeda malam yang sangat meriah bila dilihat dari jauh. Karena seluruh peserta akan dipenuhi pernak pernik lampu yang kegunaannya adalah untuk pengamanan pengendara agar terlihat dari kejauhan.
Apalagi night riding ini di anggap bonus oleh rekan rekan PCC, bonus maksudnya perjalanan akan ditempuh dengan jalan 90% menurun. Ditempuh dari lereng gunung dempo turun menuju pagaralam, sejauh lebih dari 10 km. Memang benar benar bonus tapi sayangnya malam hari, kalau siang hari maka akanlebih nikmat. Seperti pesen orang orang tua dulu di Bangka, "gawe paling nyamen tu adalah tengah ari panas terus naik sepeda turun tebing".
Orang bilang duren bangka itu nyaman, lemak, harum tapi tak ada salahnya kalau kita mencoba durian dari tempat lain. Tapi bisa dipastikan memang duren bangka lebih enak. Rangkaian kegiatan hari ketiga ini ditutup dengan menikmati duren di keramaian pasar pagar alam.
Rencananya kegiatan pcc akan berakhir besok siang di sungai lematang yang mengalir diantara lahat dan pagar alam.
HARI KE EMPAT
Perjalanan hari minggu di track tanah dan berbatu menuju tiga churug(air terjun) dan Night Riding tadi malam membuat fisik banyak berkurang. Pengembalian fisik membutuhkan istirahat yang cukup, wajar saja bila hari ini para laskar bangun agak lambat dari biasanya.
Night riding yang dipenuhi pernak pernik lampu sepeda membuat masyarakat kota pagaralam bertanya tanya ingin tahu ada acara apa lagi ini. Karena memang tanggal 1 Januari 2009 di bumi besemah akan diadakan pemecahan rekor muri untuk permainan rebana sebanyak 7000 orang. Sebuah upaya promosi daerah yang cukup kreative sebagai sebuah tempat agrobisnis dan tujuan wisata.
Lematang Hari ke empat, laskar sepeda bangka belitung yang sementara ini terdiri dari dua komunitas sepeda, Pangkalpinang cycling community dan Komunitas Sepeda Muntok cek out dari Vila Dempo besema pukul 10.00 wib.
Acara dilanjutkan dengan bersepeda menuju lahat yang berjarak 70 km. Jalan berkelok dengan kiri kanan berhiaskan jurang cukup dalam cukup membuat bulu kuduk berediri. Namun perjalanan tetap berlanjut, disiplin dan hati hati adalah kunci keselamatan selama dalam perjalanan.
Rasa letih bercampur kengerian tersebut langsung terobati manakala dihadapan kami terpampang dengan gagah berdiri tegak menjulang sebuah air terjun yang menjadi hulunya sungai lematang. Air terjun lematang, jeme lahat dan pagaralam menamakan tempat tersebut. Mendingnkan badan dengan menceburkan diri ke dangau di bawah air terjun tersebut telah menyegarkan kembali tubuh yang telah mengeluarkan demikian banyak ion tubuh.
Sampai dengan hari terakhir, pesona bukit barisan di pulau sumatera yang dikenal juga dengan sebutan pulau Andalas dan Pulau Perca seakan tak ada habis habisnya. Sebuah pulau diwilayah RI hasil pertukaran dengan semenanjung malaya antara pemerintahan belanda dan Inggris lebih kurang 300 tahun yang lalu.

Wilayah Pagaralam sungguh eksotik, memiliki tiga sungai besar, Sungai selangis di kota Pagaralam, Sungai Lematang di pertengahan kota menuju lahat dan sungai Indikat yang menjadi pembatas Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Ketiga sungai tersebut menjadi satu sungai Lematang besar yang mengalir di kota lahat menambah keindahan pesona bukit Jempol yang populer di sumatera selatan.

Selamat Tinggal Pagaralam Bercengkrama selama tiga hari tiga malam di bumi besema negerinya "jeme kele kudai" menjadi pengalaman dan kenangan yang tak kan terlupakan. Sebelum mengucapkan selamat tinggal padamu kami ingin menyampaikan undangan pada jeme pagaralam untuk menjenguk kami di bumi serumpun sebalai negerinya Laskar Pelangi.
SALAM SEJUTA SEPEDA BIRU LANGITKU HIJAU BUMIKU
KETUA PANITIA BIKE TO PAGARALAM MUHAMMAD WIRTSA FIRDAUS
DISAMPAIKAN
OLEH Humas PCCAmin Haris Sugiarto 0811717247