Jumat, 18 November 2011

SATU PINTU BARU JITU

Usulan untuk membuat ekspor timah menjadi satu pintu, disinyalir oleh sejumlah pengusaha smelter sebagai upaya akal-akalan PT Timah (Persero) Tbk untuk mempermainkan harga timah.
Tudingan tersebut membuat Kahumas PT Timah (Persero) Tbk Wirtsa Firdaus
gusar. Selain menyebut tudingan tersebut tidak berdasar, Wirtsa juga mempertanyakan mengapa harus mencurigai PT Timah (Persero) Tbk, bukannya mencurigai negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang terus membanjiri pasar timah dunia dengan merk dagang mereka. Padahal mereka efektif tidak lagi melakukan penambangan Timah lalu darimana datang bahan baku bijih timah mereka?

Karena gagasan untuk melakukan eksport timah satu pintu, merupakan gagasan yang berkembang setelah para produsen timah di Bangka Belitung sepakat untuk melakukan moratorium eksport timah.

Dalam kesepakatan moratorium tersebut juga disepakati, bahwa PT Timah (Persero) Tbk yang terikat dengan sejumlah pembeli di luar negeri sebelum adanya moratorium tetap diperkenankan melakukan eksport.

Karena selain menyangkut hajat hidup puluhan ribu orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan juga dianggap menyangkut harkat dan martabat bangsa jika sampai terjadi pembatalan sefihak oleh PT Timah yang merupakan BUMN di bidang pertambangan timah.

Moratorium sendiri telah terbukti mampu mengerek kembali harga timah hingga berada pada kisaran yang lebih ekonomis.
Sehingga muncul gagasan untuk membuat sebuah system yang permanen guna mengatur suplai timah.
Selain mengendalikan suplai, kehadiran system eksport satu pintu ini pun bisa menjadi alternative untuk
mengikis penyelundupan dan eksport balok timah yang berkadar rendah.
Karena selama ini, balok timah berkadar rendah yang di eksport ke Negara tetangga seperti Malaysia dan Thailan di jual kembali dengan merek dagang mereka setelah dilaukan pemurnian ulang.
Hal ini jelas sangat merugikan, selain rendahnya royalty yang diperoleh negara karena balok timah berkadar rendah dan tak bermerk dihargai rendah.
Juga membuat pasar kelebihan suplai timah. Sehingga melalui ekport satu pintu ini, Indonesia yang tercatat sebagai produsen sekaligus ekportir timah terbesar di dunia, bisa mengendalikan harga timah di pasar timah dunia (London Metal Exchange).
“Ini adalah ide bersama, dari sesama produsen timah. Tinggal di bahas bagaimana mekanisme untuk melaksanakannya. Jadi!, jangan asal tuding. Kan dengan satu pintu kita bisa mengendalikan suplai yang selama ini jadi biang kerok melorotnya harga timah” tegas wirtsa.