Rabu, 30 Mei 2012

SPUR PRUIS

Situasi Jelang SPUR PRUIS 2011 Awal April 2011 Hari ini Jumat, awal April 2011, dalam perjalanan kembali dari Jakarta menuju Pangkalpinang, berjumpa dengan seorang sahabat. Perjalanan menjadi terhambat tapi tak apa, karena ngobrol dengan mahluk ciptaan tuhan yang satu ini selalu saja mengasyikkan teman yang di ajak bicara, sehingga saya pun merasa rugi jika harus kehilangan momen dengan sahabat yang satu ini. Bagaimana situasi perusahaan katanya sambil melahap bakso malang di terminal 1B Cengkareng, kata yang terlihat iseng tapi dalam sekejap mampu membuat pikiran sehat didalam tubuh yang kuat ini mendadak seperti tertusuk tusuk angin duduk yang sering di sebut masyarakat melayu bangka sebagai penyebab sekujur badan menjadi biru biru lalu terjadilah kematian mendadak itu. Begini sohib, pembiaraan dan pembiasaan yang terlalu lama di dunia pertimahan telah berbuah pembenaran oleh masyarakat penambang yang tidak tahu apa apa, hal ini kemudian di manfaatkan oleh pengusaha pengusaha yang tidak bertanggungjawab untuk kepentingan pribadi mereka. Mereka tanamkan semangat kedaerahan berlebihan sampai masyarakat lupa bahwa di atas itu ada kepentingan negara yang harus kita junjung tinggi bersama. Mewacanakan kebobrokan perusahaan negara padahal merekalah penyebabnya menjadi hal yang wajar dan biasa tidak ada rasaa malu karena situasi seolah telah membenarkan pekerjaan pekerjaan tidak wajar itu. Sohib demikian selalu dia memanggilku, dalam situasi seperti ini perusahaan butuh soliditas yang tinggi, artinya kita butuh pemahaman yang benar tentang perusahaan dari tingkat terbawah sampai tingkat tertinggi. Bahwa dalam siklusnya perusahaan ini pernah beberapa kali hendak karam dihantam ombak dan badai, saat ini ombak dan badai ini sudah menampakkan diri walaupun sumbernya berbeda dengan badai yang lalu lalu. Dalam kaca mata saya saat ini ada empat perspektif yang berbeda dengan kesimpulan yang sama, bahwa perusahaan dalam kondisi genting.  Sohib perusahaan ini bisa berdiri sampai dengan saat ini karena pengorbanan ribuan orang yang di tahun 1990 sampai dengan 1995 tidak lagi bersama kita dalam program reorganisasi dan realokasi serta restrukturisasi perusahaan. Gedung tua yang bertajuk Kantor Pusat yang terus menerus memperczntik diri ini adalah saksi sejarah perjalanan Panjang Restrukturisasi. Pengorbanan yang demikian tentu menjadi bagian dari perjalanan kita saat ini, bukankah sejarah tidak boleh dilupakan?  Perjalanan panjang restrukturisasi tentu bukanlah sesuatu yang dapat kita lepaskan begitu saja tanpa bertsnggungjawab, dia harus terbebas dari pencemaran dan penghianatan oleh ulah ulah yang tidak terpuji. Paling tidak inilah semangat yang tertinggal dibatu peresmian Gedung Kantor Timah tertanda 2 Agustus 1997, satu masa masa indah sebelum era reformasi terjdi dan otonomi daerah yang menjadikan aura bisnis pertimahan mengalami perubahan yg demikian besar. Empat kali perkataan sohib keluar telah memberikan banyak pandangan dan ide ide apa yang akan dilakukan dalam beberapa hari kedepan, banyak hal yang harus dijawab banyak hal yang telah tertangkap, banyak hal yang telah tersirat.  Pertama, perusahaan masih membutuhkan pemimpin yang mapan dan handal yang betul betul mengerti arti sebuah perjalanan.  Kedua, situasi SPUR PRUIS memang selalu panas dengan berbagai isue tentang perusahaan namun kali ini tampaknya lebih panas.  Ketiga, pembiaraan yang berbuah pembenaran menjadi ajang pemanfaatan oleh orang orang yang berkehendak, entah siapa yang memanfaatkan dan siapa yang dimanfaatkan. Satu hal yang pasti banyak pepatah yang menggambarkan situasi ini, "air beriak tanda tak dalam" "diam diam menghanyutkan" "bagai memelihara anak harimau" "peluru habis palembang dak kalah".  Keempat, Sabusan  telah merusak tatanan kehidupan perusahaan karena untuk kepentingan peredarannya menjadi pengguna terbesar dia menggunakan bermacam macam cara dari membuat jaringan internal hingga jaringan eksternal tanpa lagi mengindahkan hal hal yang normatif hrs di penuhi. Hal ini di pantau oleh Krakatau Steel yang kemudian memutuskan untuk melakukan sebuah gerakan. Anehnya tak lagi tampak siaran radio pada gelombang SW yang tahun lalu masih beredar dan sempat terdengar ada dimana mana walaupun akhirnya tak tahan terhadap sweeping komunitas radio legal. Dengan kondisi seperti itu Wiro Sableng, Dedi Dukun dan Yan Sancin tokoh tiga zaman berbeda harus turun gunung untuk berembuk kemudian menyampaikan hasil rembukan kepada Ki Langitan yang sampai masa masa INJURY TIME masih tampak rileks walau kadang kadang masih bisa memberi marah yang murah meriah. Tokoh tiga zaman menyatakan harus ada gerakan penyatuan yang berdasarkan kepada kepentingan penyelamatan aset negara, kepentingan daerah dan  daerah, kepentingan masyarakat dan kepentingan. UTUSAN DAERAH DI BETAWI Mereka ini pada dasarnya selain wakil masyarakat babel yang berada di Betawi adalah manusia manusia juga yang punya bergam kepentingan dan di satukan dalam sebuah kepentingan yang namanya Kepentingnan Pribadi. Kepentingan Pribadilah yang kemudian menyatukan para wakil daerah ini yang kemudian berkirim kabar tidak baik kepada Datuk Penguasa Negeri Rayuan Pulau Kelapa melalui pejabat  negeri yang terkait. Kabar tidak baik tersebut berkisar dengan kepemimpinan sebuah peusahaan milik negara di Bangka Belitung, mereka menginginkan pemimpin perusahaan yang ada saat ini tidak usah dipertshankan dan bila perlu segera dilakukan penggantian dalam RApat tertinggi perusahaan yang akan datang.