Jakarta, Seruu.com – Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk, Sukrisno,
mengaku tidak tahu menahu seputar pentargetan produksi timah nasional
tahun ini yaitu sebesar 100 ribu ton yang pernah dilontarkan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam rapat dengar
pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu. Ia memperjelas
bahwa korporasinya tahun ini hanya mematok target 30 ribu ton saja, dia
justru kembali mempertanyakan darimana kekurangan 70 ribu ton dari
target tersebut bisa dipenuhi.
“Terus terang ya, saya nggak tau
target itu darimana, tetapi dari PT Timah hanya 30 ribu ton. Artinya 70
ribu-nya itu saya nggak tahu dapat dari mana perhitungannya?” kata
Sukrisno ketika ditemui di Komisi VII seusai RDP beberapa saat lalu,
Senin (18/3/13).
Sukrisno menyadari jika kinerja perusahaan pelat
merah tersebut menurun pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 dengan
dalih turunnya harga timah, bahkan penurunan tersebut hingga 6 ribu ton.
Maka dengan dengan kondisi ini, sekalipun jumlah penjualan logam
bertambah tapi tidak bisa mengkompensir penurunan harga.
“Turunnya
itu kan cukup besar, sampe rata-ratanya sekitar 6 ribu-lah turun. Jadi
meskipun jumlah penjualan logam itu bertambah, tapi tidak bisa
mengkompensir penurunan harga, sehingga pendapatannya juga turun,”
terangnya.
Ia menambahkan, dengan turunnya pendapatan bisa
dipastikan laba usaha dan laba bersih PT Timah anjlok hingga hanya
tercapai sekitar 49 persen. “Mudah-mudahan di tahun berikutnya itu akan
lebih bagus dengan harga yang sudah mulai naik. Sekarang harga sudah
mulai naik diatas R 23 ribu. Nah itulah yang diharapkan,” pungkasnya.
Pernyataan berbeda justru dilontarkan Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral KESDM, Dede Ida Suhendra ketika dihubungi Seruu.com
pada Jumat (15/3/13), ia berkata mungkin saja pemerintah mentargetkan
100 ribu ton. Mengingat ada sekitar 20 perusahaan smelter swasta di
Bangka, apalagi seumpama masa kontrak perusahaan KK PT Koba Tin tidak
diperpanjang masih bisa berproduksi.
“Mungkin segitu targetnya,
banyak smelter-smelter kita ada 20-an, Koba Tin juga nggak langsung mati
masih berproduksi. Tentu kalau tidak tercapai ada alasan teknis, tapi
kalau kalau DPR tidak setuju dengan perpanjangan kontrak Koba Tin tentu
akan terkendala dalam produksi, ada stagnasi”, tuturnya kepada Seruu.com
di Jakarta, Jumat (15/3/13).
Berdasarkan laporan produksi PT
timah di tahun lalu, penurunan produksi bijih timah memang 14% lebih
rendah dibanding tahun 2011 yaitu 28.156 ton, menjadi 24.357 ton pada
tahun 2012 karena membanjirnya bijih timah ilegal di pasaran. Tak ayal
jika banyak yang menilai target 100 ribu ton dari Jero wacik sangat
mustahil untuk dipenuhi. Wirsta Firdaus sebagai Ketua IKT (Ikatan
Karyawan Timah) tak segan menyebut menteri ESDM itu ngelindur lantaran
sudah mengetahui kondisi sebenarnya pertimahan Babel namun mematok angka
100 ribu ton.
Ia menangkap adanya indikasi 70 ribu ton targetnya
akan didapat dari perusahaan lain yang notabene jauh lebih kecil
produksinya bahkan dipastikan banyak tambang illegal yang meramaikan,
dalam arti lain Jero Wacik membuat massive pergerakan ilegal mining
Babel untuk tahun ini
.
“Bagaimana mungkin gabungan perusahaan
swasta dan PT Koba Tin bisa menghasilkan timah melebihi produksi PT
Timah sendiri jika bukan dari praktik ilegal mining. Jangan-jangan Jero
Wacik saat ini, sudah merestui timah ilegal, ini yang membingungkan,
masa seorang menteri ESDM tidak mengetahui persoalan timah yang ada di
Bangka Belitung. Padahal jelas sudah dilaporkan ke Minerba. Ngelindur
sepertinya Pak Wacik ini,"tegas Wirsta. [Ain]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar