I. Gambaran Industri Bangka Belitung
Perkembangan ekonomi di wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak akan pernah terlepas dari peranan biji Timah, sejak zaman kolonial sampai dengan saat ini telah lebih dari 300 tahun bahan galian timah ini di eksploitasi. Pada kurun waktu tersebut bahkan sampai dengan saat ini Biji Timah masih menjadi primadona dalam mendulang dollar baik bagi pemerintah, pengusaha maupun masyarkat. Lada yang harganya selalu mengalami kenaikan dan penurunan tajam sesuai dengan trend 10 tahunannya merupakan primadona lain bagi masyarakat, hanya saja sejak tahun 1998 saat reformasi melanda negeri ini tatanan perkebunan lada yang ada menjadi kacau balau. Para Petani beralih profesi menjadi penggali penggali bijih timah, lahan perkebunan berubah menjadi danau danau kecil(kolong) peninggalan para penambang. Akhirnya lada tidak lagi menjadi primadona karena para petani tidak lagi berkebun dan petani yang ingin berkebun kesulitan mencari lahan. Bangka Belitung Pasca Timah Sejak era reformasi tersebut terjadi percepatan penggalian bijih timah dengan kata lain cadangan bijih timah semakin cepat habis. Hampir bisa di pastikan sepuluh tahun kedepan bijih timah merupakan barang langka di propinsi ini. Habisnya cadangan dengan sendirinya akan mematikan industri pertimahan (sang primadona). Hilangnya industri timah merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan jika tidak di antisipasi dengan baik oleh seluruh lapisan pelaku ekonomi. Contoh yang nyata adalah Dabo singkep Propinsi, daerah ini pada masa kejayaan industri timah cukup dikenal namun setelah era timah usai, Dabo Singkep bagaikan ditelan bumi. Sektor Kelautan Pemanfaatan potensi perikanan laut walaupun telah mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan dan peran yang lebih kuat terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan.
Mengingat hal tersebut di atas, negeri ini dapat menjadikan sektor kelautan sebagai industri pengganti yang harus disiapkan sejak jauh jauh hari, potensi laut yang kaya merupakan salah satu alternatif pengganti industri pertimahan. Bangka Belitung merupakan bagian dari Potensi perikanan laut Indonesia yang terdiri atas potensi perikanan pelagis dan perikanan demersal tersebar pada hampir semua bagian perairan laut yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Selain eksploitasi perikanan, Kekayaan wisata pantai dan alam laut di Pulau Bangka pun patut dikembangkan. Biasanya dari bibir pantai di pulua Bangka para wisatawan bisa melihat pulau-pulau kecil di tengah laut yang di sekitarnya banyak nelayan mencari ikan dengan sampannya. Selain itu, ada pula rumah-rumah bagan tempat menangkap ikan teri di tengah laut. Rumah-rumah bagan itu terbuat dari kayu pantai dengan atap rumbia. Wisatawan yang ingin melihat dari dekat rumah-rumah bagan itu dapat menyewa perahu milik nelayan.
Masyarakat Pesisir
Tidak dapat disangkal lagi bahwa masyarakat pesisir merupakan segmen anak bangsa yang paling tertinggal tingkat kesejahteraannya dibandingkan dengan anak bangsa lainnya yang bergelut di sektor non perikanan. Memang sungguh ironis, padahal wilayah pesisir sangat kaya sumberdaya kelautan dan perikanan serta jasa kelautan lainnya.
"Untuk mencapai sukses, tak usah meniru sukses masa lalu. Sebagian pebisnis menerapkan jurus-jurus bisnis yang tak lazim dan bertentangan dengan teori. Mereka sukses karena menerapkan jurus-jurus bisnis yang menentang arus"
II. PULAU BANGKA
Pulau Bangka terletak disebelah pesisir Timur Sumatera Bagian Selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180 km. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai batas wilayah :
a. sebelah utara dengan Laut Natuna;
b. sebelah timur dengan Selat Karimata;
c. sebelah selatan dengan Laut Jawa; dan
d. sebelah barat dengan Selat Bangka.
Secara geografis Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kota Pangkal Pinang dengan luas wilayah 16.334 km2 sangat strategis baik dari aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, keamanan, maupun pertahanan karena berada pada posisi poros tengah jalur lalu lintas Pulau Sumatera dan Selat Karimata yang merupakan jalur pelayaran internasional.
Iklim Pulau Bangka adalah tropis Type A dan musin hujan terjadi pada bulan Juni – Desember. Rata-rata curah hujan dalam satu tahun = 220 hari atau 343,7 mm perbulan. Suhu udara rata-rata 26°C – 28,1°C dengan kelembaban udara sekitar 76-88.
Menurut data Meteorologi Pangkalpinang pada tahun 1998, iklim di Kabupaten
Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara
Suhu rata-rata di Kabupaten Bangka menunjukkan variasi antara 25,9 hingga 27,3° Celcius. Menurut stasiun Meteorologi Pangkalpinang tahun 1999, suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus, dan suhu terendah terjadi pada bulan Desember dan januari. Sementara, besarnya intensitas penyinaran rat-rata bervariasi antara 18,5 % hingga 70 %, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi, yaitu antara 77 % pada bulan Agustus hingga 89 % pada bulan Januari. Sedangkan tekana udara memiliki pola yang cukup stabil dengan kisaran variasi yang sempit antara 1006,3
Prakiraan arah dan kecepatan angin setiap bulannya dapt diketahui dari hasil pengamatan cuaca di Bandara Depati Amir, Pangkalan Baru. Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh kecepatan angin berkisar rata-rata antara 1 hingga 16 knot, dengan asal arah angin dominan setiap bulannya sebagai berikut :
| Januari | : | Barat Laut (29%), Utara (25,4%) dan Barat (11,2%) |
- | Februari | : | Utara (47,8%), Timur Laut (15,1%) dan Barat Laut (10,2%) |
- | Maret | : | : Utara (20,4%) dan Barat (14,1%) |
- | April | : | Tenggara (16,6%), Selatan (13,8%), Timur (12,4%), Utara (10,9%) dan Timur Laut (10%) |
- | Mei | : | Selatan (18,5%) dan Tenggara (16,8%) |
- | Juni | : | Tenggara (19,2%), Selatan (16,6%) dan Timur (13,8%) |
- | Juli | : | Tenggara (32%), Selatan (21,1%) dan TImur (13,9%) |
- | Agustus | : | Tenggara (28,5%), Selatan (23,4%) dan Timur (14,7%) |
- | September | : | Tenggara (20,8%), Selatan (17%) dan Barat Laut (14,6%) |
- | Oktober | : | Tenggara (27,7%), Selatan (19,4%) dan Timur (14,7 %) |
- | Nopember | : | Utara (14,5%), Barat (12,8%) dan Selatan (10,4%) |
- | Desember | : | Barat (20,7%), Barat Laut (20,2%) dan Utara (18,1%). |
III. PROSPEK INDUSTRI KELAUTAN
Dalam dunia dengan persaingan yang makin keras peningkatan hasil perikanan di Bangka Belitung dapat dikembangkan dengan menciptakan Iklim usaha yang kondusif. Hal ini harus mendapat dukungan dari segenap pelaku ekonomi termasuk pemerintah dan legislatif melalui deregulasi dan regulasi yang terkait dengan pengembangan agribisnis perikanan.
Industri Kelautan
Potensi laut yang sungguh luar biasa dapat di jadikan kemungkinan peluang, dan tantangan dalam upaya mereposisikan potensi kelautan dan perikanan sebagai salah satu fundamen sekaligus pilar ekonomi
Saat ini telah banyak bermunculan organisasi organisasi olah raga yang berhubungan langsung dengan sektor kelautan seperti Pancing, Snorkling dan Diving. Penggemar olah raga ini merupakan pasar yang baik bagi kegiatan pariwisata di daerah.
Penggabungan antara kegiatan industri kelautan dan kegiatan pariwisata dapat segera di aplikasikan. Artinya mereka akan bersinergi sehingga akan menghasilkan sebuah nilai lebih bagi para konsumen. Sementara bagi pengelola bisnis, hal ini dapat mengefisiensikan biaya dengan mengoptimalkan penggunaan asset yang di miliki.
Kedua, para wisatawan disamping bisa menikmati keindahan tinggal di atas bagan pada malam hari, melihat proses penangkapan ikan, melakukan aktivitas memancing, mereka juga bisa menikmati/membawa pulang hasil tangkapan dari bagan.
IV. EKONOMI KERAKYATAN
"Apabila kita membuka UUD 45 dan membaca serta menghayati isi pasal 38, maka nampaklah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuan ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Makmur koperasinya, makmurlah hidup mereka bersama,
rusak koperasinya, rusaklah hidup mereka bersama."
Co-operatives are voluntary organisations, open to all persons able to use their services and willing to accept the responsibilities of membership, without gender, social, racial, political or religious discrimination.
Prinsip ke-2 : Democratic Member Control - Kontrol oleh anggota secara demokratis
Co-operatives are democratic organisations controlled by their members, who actively participate in setting their policies and making decisions.
Prinsip ke-3 : Member Economic Participation - Partisipasi ekomoni anggota
Members contribute equitably to, and democratically control, the capital of their co-operative.
Anggota berkontribusi secara adil dan pengawasan secara demokrasi atas modal koperasi.
Prinsip ke-4 : Autonomy and
Co-operatives are autonomous, self-help organisations controlled by their members. If they enter into agreements with other organisations, including governments, or raise capital from external sources, they do so on terms that ensure democratic control by their members and maintain their co-operative autonomy.
Prinsip ke-5 : Education, Training and Information - Pendidikan, pelatihan, dan informasi
Co-operatives provide education and training for their members, elected representatives, managers, and employees so they can contribute effectively to the development of their co-operatives.
Koperasi menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk anggota, wakil-wakil yang dipilih, manager, dan karyawan sehingga mereka dapat berkontribusi secara efektif untuk perkembangan koperasi.
Prinsip ke-6 : Co-operation among Co-operatives - Kerja sama antar koperasi
Co-operatives serve their members most effectively and strengthen the co-operative movement by working together through local, national, regional and international structures.
Koperasi melayani anggota-anggotanya dan memperkuat gerakan koperasi melalui kerja sama dengan struktur koperasi lokal, nasional, dan internasional.
Prinsip ke-7 : Concern for Community - Perhatian terhadap komunitas
Co-operatives work for the sustainable development of their communities through policies approved by their members.
Koperasi bekerja untuk pengembangan komunitasnya secara berkesinambungan melalui kebijakan yang dibuat oleh anggota
V. KAJIAN TEKNIS
Bagan permanen secara umum bentuknya sama dengan bagan konvensional yang terdapat di perairan Bangka Belitung yang membedakan keduanya adalah dari sisi kekuatan, ketahanan dan kelayakan. Bagan konvensional yang ada saat ini dibangun pada kedalaman air 20 meter dengan bahan bangunan terbuat dari kayu atau bambu, alhasil dengan konstruksi seperti ini bagan rata rata berumur tidak cukup satu tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar