Kamis, 03 April 2008

Cupak Gantang Negeri Serumpun Sebalai

Alkisah disatu masa tertentu “Zaman Akek Awek Becawat Lu’e” disatu tempat tanah melayu yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan/gelar negeri serumpun sebalai hidup sekelompok masyarakat yang tinggal dengan damai, rukun, makmur dan bersahaja. Tidak pernah terdengar diantara mereka saling melecehkan satu sama yang lain, apa lagi sampai sampai memburuk burukkan pemimpin mereka, hanya karena diperkirakan salah mengambil keputusan, sang pemimpin pun begitu mengayomi dan menyayangi rakyatnya.

Rakyat dimasa itu bila mengetahui Raja yang disayanginya berbuat salah, mereka lebih senang memberitahu dengan santun melalui punggawa kerajaan yang dapat di percaya karena sangat memegang amanah,. Tidak dengan cara berteriak menggunakan terompet dan menabuh genderang perang sambil memanjat pagar kerajaan. Seluruh penduduk beranggapan bila mereka memperolok raja maka hal tersebut bak kata pepatah “Memukul air di dulang memercik kemuka sendiri”.

Dimasa itu hiduplah “KRIOPANTING” seorang patih kerajaan yang amat di disayangi rakyat dan sangat disengani lawan karena beliau memiliki kedigdayaan tinggi yang selalu di pergunakan untuk menghancurkan lawan dan melindungi rakyatnya.

Apa hendak dikata kedamaian itu terusik, penjajah mulai menabur mesiu menebar perpecahan dengan ‘De Vide Et Impera” yang menghasilkan benih pertikaian dimana mana. Raja semakin terdesak dan akhirnya tertangkap berkat tipu muslihat yang jitu dan terkenal di seantero melayu “Bujuk Melayu Tipu Palembang” alhasil rakyat hidup penuh dengan ketakutan dan ketidakadilan. Namun Kriopanting sang patih terus mengadakan perlawanan walaupun akhirnya tertangkap dan dihukum pancung.

Saat dihukum pancung, kepalapun telah terlepas dari badan namun dari bibirnya sanggup mengeluarkan sebuah sumpah dengan lantang “KRIOPANTING JADI PUTUS BEDENTING TAPI CUPAK KEK GANTANG DAK KAN BERUBAH” betapa agungnya sebuah makna keadilan bagi sang patih. Sebuah semangat patriotik yang patuh dicontoh dari seorang pemegang amanah pemerintahan yang lebih mementingkan orang banyak dari pada diri sendiri, berani, rela berkorban adil dan jujur.


Negeri Akek Awek Kini

Jaman telah berganti Akek Awek pun tak pernah tahu kalau cucunya tak lagi menggunakkan cawet kemana mana. Seandainya dia tahu, tak taulah kita entah sedih atau bahagia Akek kita ini. Mungkin secara fisik Akek Awek akan senang namun kalaulah beliau tahu dari mana asal pengganti Cawet itu, hampir bisa dipastikan beliau lebih memilih pakek cawet seumur hidup.

Wajarlah bila Akek Awek berprilaku seperti itu, bila melihat kondisi negeri yang saat ini lebih dikenal dengan Negeri Serumpun Sebalai. Negeri yang bagaikan siang dan malam bila di bandingkan dengan negeri di zaman Akek Awek Becawat Lu’e.

Tak kan terdengar lagi santunnya rakyat memberitahukan sebuah kesalahan kepada pimpinan, Tak terlihat lagi pimpinan yang lebih mengutamakan orang banyak, berani, jujur dan adil, Tak terasa lagi adanya rakyat yang mempercayai, menyayangi pimpinannya, Yang tampak hanya rasa saling curiga, rasa saling tidak percaya. Situasi benang kusut yang begitu sulit di cari ujungnya untuk melepaskan simpul yang kusut.

Setiap pejabat pemerintahan selalu di identifikasi sebagai seorang opportunis yang selalu memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya walaupun belum tentu hal itu benar. Korupsi, Kolusi, Nepotisme selalu menjadi “Buah Bibir” yang tak enak di dengar, entah kapan bisa jadi “Sebuah Bubur” yang enak dimakan.

Sejak negeri ini memiliki sebuah pemerintahan yang namanya Kegubernuran hampir setiap saat terdapat berita miring di Koran yang menyangkut kebijakan pemerintah. Dimulai dari Mekanisme Pemilihan Gubernur, Penerimaan CPNS Pemda, CPNS Kehakiman, Proses Tender proyek, Pelaksanaan Proyek, eforia timah dan lain lain.

Saat penyidik kerajaan menemukan ketidak sesuaian dalam pelaksanaan pekerjaan, maka para abdi masyarakat itu akan memberikan berbagai macam dalih alibi. Misalnya “Lho saya kan gak minta mereka merasa berterimakasih terus mereka memberi kami, syah syah saja kan ?”

Pernyataan atau pertanyaan yang jelas si pembuat setatement seperti itu dia akan terbebas dari dosa… karena bisa jadi dia tidak tau apa apa tentang korupsi, suap dan penyakit sejenis lainnya.

Pertanyaan selanjutnya apakah yang bersangkutan benar benar iklas memberikan hadiah hadiah seperti itu ? Kepada siapakah hadiah itu di tujukan ? Apakah secara etika pemberian seperti ini dapat dibenarkan ? Bukankah pemberian pemberian seperti itu mengarah kita pada aktivitas yang berbau unsure korupsi, Kolusi dan Nepotisme melalui proses pemberian hadiah yang hampir mirip dengan penyuapan(bribery)

Secara teoritis yang dimaksud dengan Penyuapan/Briberry Adalah menawarkan, menjanjikan dan memberi sesuatu untuk mempengaruhi tindakan pejabat. Apabila penyuapan tersebut ditujukan kepada seorang/beberapa orang pejabat pemerintahan dikenal dengan istilah Official Briberry.

Dengan demikian apakah masih relevan bila kita tetep mengatakan bahwa memberikan hadiah itu sah sah saja?

Sebetulnya ada sedikit harapan saat negeri ini menjadi negeri terpisah dari negeri saudara tua didaratan Sumatera untuk menjadi sebuah negeri dengan pemimpin yang tak mengenal budaya “lokak” budaya “basah & kering” Karena budaya yang telah ada dan mengakar sebetulnya adalah budaya “Cupak Gantang”. Segantang tetaplah empat cupak bila berubah berarti ada yang salah, ada yang tak jujur alias pelico. Maknanya adalah bahwa kejujuran, kebersihan, keadilan haruslah ditegakkan dengan penuh keberanian di Negeri Serumpun Sebalai

Entah mana yang benar, entah siapa yang salah, entah ada benar atau malah salah semua, yang jelas tak ka nada asap jikalaulah tak ada api.

Tak bisa bila penulis harus mencari tahu siapa penyulut api untuk tahu apa betul ada korupsi, kolusi dan lain lain yang bisa dilakukan hanyalah adalah mendeteksi datangnya penyakit penyakit kronis tersebut, melalui tanda tanda (signal) yang dikeluarkan oleh penyakit itu sendiri.

Pertanda Penyakit Korupsi

Sebagan besar penyakit datang sedikit demi sedikit dan memiliki ciri ciri tertentu demikian pula dengan korupsi, ciri ciri tersebut bila dikaitkan dengan proses tender pembelian antara lain :
· Adanya permintaan terhadap tingkat persedian lebih tinggi dari biasanya, menyebabkan perlunya pengadaan persedian dari supplier tertentu.
· Kesulitan untuk mendapatkan alternative sumber/supplier lain.
· Pembuatan spesifikasi kontrak sedemikian rupa sehingga cocok dengan barang atau jasa yang dapat disediakan oleh vendor/kontraktor tertentu.
· Pembuatan spesifikasi yang membingungkan, menyebabkan penjual yang dapat menyediakan secara tepat kebutuhan pembeli walaupun dengan harga lebih tinggi dari harga peserta lelang yang lainnya dapat dimenangkan.
· Pemecahan kontrak pekerjaan/pengadaan menjadi proyek kecil-kecil yang menyebabkan wewenang atas lelang tersebut turun kebawah sehingga dapat dimenangkan oleh penjual yang mau bekerjasama dengan pegawai tersebut.
· Pemberian spesifikasi lebih dahulu dari vendor lainnya sehingga dia punya waktu lebih dahulu untuk mempersiapkan penawarannya.

Korupsi (Corruption) sebagian besar bersamaan dengan penyuapan (Briberry) karena dengan memberikan uang suap kepada seseorang, penyuap akan meninggikan harga yang akan diberikan kepada perusahaan dimana sang koruptor tadi bekerja.
Lebih celaka lagi bila sekelompok masyarakat satu negeri sudah tidak sungkan dan tidak tabu lagi untuk mengatakan bahwa sebuah pekerjaan itu ada “lokak” sedang yang lain tidak, ini tempat kering disana tempat basah. Kalau sampai pada tarap seperti itu, menandakan bahwa pada kelompok tersebut melakukan suap dan korupsi merupakan satu hal yang biasa dilakukan. Bisa jadi Segantang tak lagi empat cupak mungkin tinggal tiga cupak. Negeri pun jauh dari rasa aman karena sudah tak ada lagi kejujuran, Keadilan dan keberanian untuk menegakkannya.

Sudah saatnya pemerintahan saat ini mencari Punggawa dan Patih seperti layaknya di jaman Akek Awek Masih Becawet. Supaya Cupak dan Gantang Tetap dan Tidak Berubah di Bumi Serumpun Sebalai. SEGANTANG EMPAT CUPAK.

Tidak ada komentar: