Kamis, 17 April 2008

SEKILAS MUTIARA HITAM DARI TIMUR


Ingat legenda mutiara hitam di era enampuluhan sampai dengan tujuh puluhan ? Pada masa itu hampir seiap orang mengenal dengan baik PELE legenda bola dari Brazilia, kecermelangannya dalam mengolah si kulit bunadr dan tepatnya polesan pelatih memberikan sang legenda sebuah gelar yang sepadan dengan kecemerlangannya “Mutiara Hitam”.

Pada masa itu di Indonesia setiap anak yang mengecap sekolahan di Sekolah Dasar atau Sekolah Rakyat selain mengenal Legenda Pele juga mengenal mutiara hitam lain yaitu Pulau Buton yang terkenal sebagai daerah penghasil Aspal terbesar di Dunia setara atau bahkan melibihi Trinidad. Populernya aspal yang berasal dari buton membuatnya layak bila diberi label sebagai “Mutiara Hitam Dari Timur”.

Awalnya (mirip dengan PT TIMAH Tbk) pengelolaan aspal dilakukan oleh perusahaan belanda dan akhirnya diambil alih pemerintah RI, pada akhirnya dipercayakan kepada sebuah BUMN “PT Sarana Karya (Persero)”.

PT Sarana Karya (Persero)popular dengan sebutan PT SAKA harus terkubur sekian lama dalam gelapnya kubangan resesi yang melanda Indonesia pada akhir delapan puluhan yang juga berdampak pada sektor penambangan aspal. Masa krisis aspal sebetulnya bersamaan dengan krisis timah namun pengelolaan pasca krisislah yang membedakan keduanya. PT Tambang Timah (Persero) mampu bangit di awal tahun 90 an dengan masuknya seorang Seniman Manajemen yang berbasis teknik “Kuntoro Mangkusubroto”, tidak demikian halnya dengan PT Sarana Karya (Persero) mereka tidak seberuntung PT Tambang Timah (Persero) sehingga harus melangkah dengan terseok-seok sampai dengan awal tahun 2000 an.

Keterlambatan dalam mengantisipasi kebutuhan pasar aspal dengan spesifikasi tertentu membawa mereka pada satu masalah mendasar “Kesulitan Cashflow” hal ini diperburuk lagi dengan penetrasi dari bagian pemasaran yang kurang mengigit, negosiasi harga, baik untuk harga pengadaan barang penunjang operasi yang ketinggian maupun harga jual aspal yang rendah, marketing fee yang selalu dikenakan dalam penjualan partai besar karena selalu menggunakan eksternal marketer, proses produksi/Flow of Production yang efisiensinya tidak maksimal dan lain lain semakin memperpanjang waktu keterpurukannya.

Dengan jumlah konsumen yang selalu antri untuk membeli, cadangan aspal yang cukup, plus keberadaannya sebagai pemain tunggal “PT SAKA” dalam penambangan aspal, semakin membuat kita tidak percaya bila ”Mutiara Hitam Dari Timur” kilaunya harus meredup dan semakin redup berkepanjangan hanya karena kesalahan dalam “polesan pelatihan” bila mau di analogiskan dengan kisah Sang Mutiara Hitam “PELE”. Namun mutiara tetaplah mutiara, bukankah PELE juga menghilang karena faktor umur? Namun di awal tahun 2000an dia muncul lagi sebagai mutiara baru dengan predikat pemain terbaik abad 2000.

Dalam Kasus “Mutiara Hitam Dari Timur”, kedatangan investor untuk memberikan polesan dan sentuhan diharapkan dapat mengembalikan kecemerlangannya.

INVESTOR ASPAL

Selain PT SAKA pengelolaan aspal juga pernah dilakukan oleh investor lain, baik local maupun asing. Namun entah apa alasannya satu persatu mereka meninggalkan bisnis aspal di Pulau Buton. Sampai dengan saat ini satu satunya perusahaan yang masih mengelola aspal dengan aktif adalah PT SAKA.

Pihak pemerintah daerah Kabupaten Buton terus aktif mencari investor yang berminat untuk menginvestasikan dananya dalam bisnis penambangan dan pengelolaan aspal. Merupakan satu hal yang sangat wajar, dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerahnya, jajaran pemerintah daerah setempat sangat menanti pihak Investor segera mewujudkan/merealisasikan rencana investasinya. Walaupun saat ini sudah terdapat dua perusahaan lain yang memiliki lahan KP di daerah cadangan aspal Lawele Buton “PT SAKA dan PT OBE” tetap saja kehadiran investor lain masih diharapkan.

Investor sebagai sebuah perusahaan yang ingin berinvestasi tentunya memiliki beberapa opsi Investasi yang akan dilakukan, bisa saja dilakukan dengan investasi penuh(sendiri),Join venture, atapun kerjasama operasi dengan cara membangun dari awal atapun akuisisi perusahaan yang sudah ada. Tentunya hal hal seperti itu harus diperhitungkan dengan seksama oleh sebuah perusahaan yang akan mengembangkan bisnis melalui investasi lain.

Saat ini pola yang dilakaukan bermacam macam salah satunya adalah melakukan kerjasama operasi dengan perusahaan yang telah melakukan kegiatan penambangan dan pengolahan aspal yaitu PT. SAKA. Keuntungan dengan melakukan KSO antara lain: Disamping menghasilkan keuntungan, sebagai pemain baru dibidang penambangan dan produksi aspal, KSO merupakan media belajar yang sangat efektif untuk mengetahui proses pengolahan aspal sejak penambangan hingga eksport aspal. Walaupun teknologi penambangannya tidak lebih sulit bila di bandingkan dengan penambangan bijih mineral tambang lain namun setiap industri yang berbeda pastilah memiliki karakteristik bisnis yang tersendiri dan unik, termasuk dalam detail proses didalamnya.


“Sekali Layar Terkembang Surut Kita Berpantang”

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Halo numpang coment dan salam kenal...
1. Pendapat yang menyatakan aspal buton adalah mutiara hitam dari timur adalah hal yang sangat benar,merupakan sumber daya yang dimiliki bangsa ini yang belum dimanfaatkan secara optimal.
2.Kalau menyamakan kondisi PT SAKA dengan PT Timah pada awal 90 an, adalah sesuatu hal yang berseberangan, PT Timah mampu bangkit selain adanya SDM yang handaljuga harga timah ditentukan oleh pasar dunia,yg setelah krismon harganya melambung.sedangkan aspal buton harganya ditentukan oleh Dep PU dan pasar dalam negeri belum mengapresiasi dengan baik produk ini.
3.Kesulitan yg dihadapi ada banyak faktor baik internal maupun eksternal, perlu diketauhi plant pengolah aspalbuton sampai saat ini belum diketemukan(maksudnya bisa produksi secara mekanisasi dalam jumlah banyak). Termasuk KSO dengan PT Timah selama proses kerjasama dari tahun 2002-2005 hanya mampu menghasilkan asbuton olahan sebesar 900 ton(bayangkan...!)dari kebutuhan kontrak 20.000 ton. Kendala ekternal adanya kebijakan daerah tentang penerbitan KP,sekarang ini telah diterbitkan kurang lebih 32 KP, dan yg hanya berproduksi hanya beberapa saja termasuk PT SAKA tentunya.
4.Terlepas dari semua hal diatas kendala utama adalah segi SDM perusahaan (PT.SAKA) dan mahalnya ongkos angkut (Tongkang) yang melebihi harga aspal.

terimah kasih :kucingmobobo@.blogspot.com
pecintah aspalbuton

judi bola mengatakan...

selamat gan. semoga sukses selalu

judi bola mengatakan...

wah boleh juga nih buat koleksi komik di rmh. thanks gan