Kamis, 17 Januari 2008

NAPOLEON, ALEXANDER DAN MC ARTHUR

JAnuari 2008 disana ada hari hari yang orang orang sibuk sering bilang "Loong Week End" karena di sana ada "HOLY DAY" umat muslim yang bertepatan dengan hari kamis tanggal 10 Januari 2007, itulah 1 Muharram 1429 H. Mungkin karena besoknya hari Jum'at dan sabtu orang orang kebanyakan libur kerja maka pemerintah memutuskan hari tersebut sebagai hari untuk cuti bersama, kalau kami sering bilang Harpitnas "HAri Kejepit Nasional" jadi dari pada para karyawan meliburkan diri masing masing lebih baik diliburkan saja sekalian oleh pemerintah, mungkin sederhananya begitu.



Empat hari libur, aku harus buat skedul kegiatan kalau tidak mau mati berdiri karena kebingungan. Untungnya hari minggu sudah harus disibukkan dengan gawean sebagai ketua panitia sedekahan(walimahan/perayaan) sunatan dan akikah anak laki lakinya Pak Syahidil Ketua Yayasan Green Babel itu, terus sabtu mendingan ke Kebun saja, masih ada sisa dua hari. Keputusan akhir adalah nonton film, MC Arthur, Alexander dan Napoleon menjadi film pilihan.

Ahhh.... ternyata tepat pilihanku melihat film film tersebut, bukan kah saat ini hari libur karena memperingati the greatest man in the world yang juga the holly man "Muhammad SAW" yang karena satu sebab harus hijrah ke kota MAdinah untuk melakukan dakwah, menyusun strategy, menggalang pengikut serta menyusun kekuatan. Untuk kemudian memulai perjalanan panjang penaklukan JAzirah Arab.


Ketiga tokoh yang terdapat pada film tersebut tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan seorang "Muhammad SAW" karena mereka adalah manusia biasa yang berfikir, berbicara dan bertindak atas kemauan sendiri dan paling tidak setelah mendapat pertimbangan dari rekan rekan seperjuangannya. Lain halnya dengan Sang Holly Man yang setiap pemikiran, kata dan perbuatannya selalu dijaga oleh sang Halik Allah SWT pencipta alam semesta. NAmun untuk bahan perbandingan bolehkan kalau saya memabndingkan ketiga orang itu saja, karena tentu saja saya harus aple to aple kalau ingin membanding bandingkan sesuatu.



Persamaan Karakter

MEnghabiskan tiga buah piringan video compact disc dengan film yang seru tentu pekerjaan yang menyenangkan, lupa makan, minum, lupa rumah sampai sampai isteri pun harus teriak teriak kalau mau suruh makan apalagi bersihkan halaman belakang rumah yang memang selalu kotor oleh sisa sisa produksi rumah tangga itu. Tapi tidak sia sia perjuangan ku kali ini menghabiskan tiga film itu, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembelajaran, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin/penguasa/komandan seorang harus memiliki kelebihan kelebihan.

Dari ketiga lakon tersebut memiliki persamaan karakter yaitu cerdas, berani, tauladan, mau berkorban untuk orang banyak, tegas, Cepat mengambil keputusan, negosiator ulung dan sedikit kelicikan kalau tidak mau disebut taktis. Tentu saja faktor keberuntungan kenyataannya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari keberhasilan orang orang tersebut.

NApoleon, Jenderal yang saat itu tak punya kerja alias bangku panjang itu sangat cerdas membaca situasi yang kebetulan tak kan mungkin datang dua kali yaitu saat kerajaan ingin menumpas kaum demokrat proletar yang tidak puas dengan kerjaannya si LOUIS penguasa perancis waktu itu. Saat jenderal lain bingung untuk ambil keputusan akhirnya napoleon dengan cepat mengusulkan strategy penumpasan, namun para jenderal kembali bingung siapa yang akan melaksanakan akhirnya pihak kerajaan meminta Napoleon untuk melakukannya. Dengan dengan penuh ketegasan dan keberanian Jenderal BAngku Panjang tersebut menerima pekerjaan tersebut namun tanpa ada kesan untuk mengambil alih kekuasaan di ketentaraaan Perancis Sang Napoleon Bernegosiasi.

NApoleon hanya mengatakan sambil lalu dan sedikit kata, karena mungkin dia tahu berada di posisi yang menguntungkan, "Saya tidak dapat melaksanakan ini walaupun saya jenderal karena saya tidak memiliki wewenang terhadap tentara kerajaan". Dalam hitungan detik pihak kerjaan memberikan jabatan strategis dan tinggi kepada Napoleon, yah mungkin kalau sekarang dinegeri BBM ini adalah Kepala Staf Angkatan Darat (mungkin). Dengan kepercayaan penuh yang di perolehnya Napoleon dengan Berani, cerdik, tegas langsung beraksi menumpas para musuh kerajaan tersebut.

HAl yang sama juga dilakukan oleh Alexander diawal karier militernya, walaupun untuk menjadi seorang kaisar Alexander Agung memiliki faktor keturunan dan dalam usia sangat muda telah menjadi kaisar sesaat setelah orang tuanya di bunuh oleh musuh musuhnya. Lalu Mc Arthur yang menjadi Panglima tertinggi di Asia PAcific dan akhirnya memperoleh penghargaan Bintang Lima dari negerinya tersebut juga memiliki persamaan karakter tersebut.

Bersambung.......

JEJAK PERISTIWA

EMISION FREE TRANSPORTATION

BUMI SEMAKIN PANAS


THANKSFULLY YA ALLAH

NOW IS GOOD HOW ABOUT NEXT?


GREEN YOUNG GENERATION

WITH PKS PRESIDENT



THE THREE MUSKETEER





CHIKAL BAKAL




ARMANDO DINNER INVITATION AT LUPA LELAH CAFE 2500M DPL





GRABION GROUNDSEAL DISCUSSION






GREEN GUARD ON THE TOP OF JAYA WIJAYA HIGH LAND





SAFETY TALK IN THE MORNING AT TEMBAGAPURA



BERSAMA ALUMNI SMA NEGERI I PANGKALPINANG



SIAP LAKSANAKAN TUGAS





UCAPAN SELAMAT PEMBINA








BINTANG TAMU BALI ROAD MAPS




PENYERAHAN BIBIT KEPADA FKUB





BERTEDUH DI PULAU NANGKA





SIAP MENANAM BARENG PEMBINA




LAPORAN GREEN BABEL SIAP TAKE OFF





SOSIALISASI DISETIAP KESEMPATAN



Selasa, 15 Januari 2008

CERITA DI BALIK GREEN BABEL UNTUK BANG EKO MAULANA ALI SUROSO



Pertengahan tahun 2007 Pemerintah Provinsi Bangka Belitung bersama sama dengan PT Timah Tbk (terlihat dari pesan sponsor di topi dan Baju) melakukan aksi kepedulian sosial melalui sebuah mega proyek penghijauan lahan kritis di Provinsi Bangka Belitung. Kegiatan ini cukup memiliki gaung bahwa di daerah ini ada sebuah perusahaan tambang yang begitu peduli dengan lingkungan sehingga rela menyiapkan dana sampai dengan 50 milyar rupiah untuk mendanainya.
Biasanya sumbangan perusahaan berupa dana bantuan atau sembako kepada korban bencana alam, panti asuhan, dan lain-lain. Kali ini melalui program Corporat Social Responsibility PT Timah mencoba mensinergikannya dengan kegiatan reklamasi perusahaan melalui program Green babel. Kegiatan ini pun dipublikasikan tentu saja dengan harapan kegiatan tersebut dapat menyentuh akar masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat karena seringkali bantuan perusahaan kepada masyarakat hanya berguna sesaat saja. Selanjutnya masyarakat kembali pada kondisi semula dan semakin termarjinalkan.


Pembangunan industri sebenarnya memiliki dampak positif dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan produktifitas ekonomi, dan dapat menjadi aset pembangunan nasional maupun daerah. Namun kenyataan Masyarakat yang sejak awal telah miskin, kenyataannya semakin termarginalkan dengan kehadiran berbagai jenis korporasi. Korporasi tidak melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) secara baik terhadap masyarakat. Alih-alih melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar dengan melakukan community development, korporasi cenderung membuat jarak dengan masyarakat sekitar. Jika pun ada program yang dilakukan oleh korporasi, biasanya bersifat charity, seperti memberi sumbangan, santunan, sembako, dan lain-lain. Program charity ini menjadi dalih bahwa mereka juga memiliki kepedulian sosial. Dengan konsep charity, kapasitas dan akses masyarakat tidak beranjak dari kondisi semula, tetap marginal. Charity menjadi program yang tidak tepat sasaran karena tidak bisa memutus rantai kemiskinan dan benang kusut pendidikan.


Pentingnya keterlibatan masyarakat telah ditegaskan oleh undang-undang. Pasal (5), (6), (7) UU Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 1997 menerangkan mengenai hak, kewajiban dan peran masyarakat atas lingkungan hidup. Pasal ini kemudian dipertegas dengan Pasal (33) dan (34) PP RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, tentang keterbukaan informasi dan peran masyarakat.


Pelibatan masyarakat sekitar dalam perencanaan, pembangunan dan jalannya kegiatan korporasi menjadi krusial. Pelibatan dengan cara-cara yang baik, dapat memunculkan pengertian masyarakat akan maksud dan tujuan projek. Selain itu, pelibatan juga merupakan mekanisme check & balances antara pihak masyarakat dengan pihak korporasi.


Pertemuan antarkorporat dunia di Trinidad pada ISO/COPOLCO (ISO Committee on Consumer Policy) workshop 2002 di Port of Spain dalam pokok bahasan 'Corporate Social Responsibility-Concepts and Solutions', menegaskan kewajiban korporat yang tergabung dalam ISO untuk menyejahterakan komunitas di sekitar wilayah usaha.


CSR atau Kewajiban Mereklamasi

Memang sampai saat ini belum ada pengertian tunggal mengenai Corporate Social Respinsibility (CSR). Tapi jika ditarik benang merahnya, CSR merupakan bagian stategi bisnis korporasi yang berkaitan dengan kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Di Indonesia sendiri, definisi dan praktik CSR masih terus di gulirkan dengan trademark tanggungjawab social perusahaan.
Sedangkan untuk reklamasi sudah jelas, ada atau tidak ada CSR perusahaan apa saja yang bergerak di penambangan tetap harus melakukan kegiatan reklamasi terhadap lahan yang telah di eksploitasi. Untuk hal ini rasanya kita perlu keterbukaan yang lebih dari setiap pengusaha YANG TERKAIT DENGAN PENAMBANGAN untuk mensukseskan green Babel sebagai wujud tanggungjawab social perusahaan atau memang itu adalah dana yang wajib di keluarkan untuk reklamasi.


Hal ini menjadi penting untuk di ungkapkan, karena Ketidakterbukaan sebuah korporasi dengan cara memberikan informasi yang tidak lengkap mencerminkan dan mengindikasikan korporasi tersebut masih menggunakan paradigma lama, yaitu mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya tanpa mempedulikan kondisi masyarakat sekitar. Hal sepert ini suatu saat akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan karena suatu saat masyarakat akan tahu bahwa sebetulnya itu bukan tanggung jawab social perusahaan yang di amanahkan dalam CSR tapi KEWAJIBAN REKLAMASI.


GOD LUCK Semoga dengan semangat, kejujuran dan keikhlasan dari pelaku bisnis penambangan di negeri ini Bangka Belitung menghijau dimasa masa yang akan datang melalui proyek GREEN BABEL yang telah dicanangkan oleh Gubernur kita Eko Maulana Ali. Sehingga anak cucu kita tidak perlu khawatir akan kesulitan bernafas kekurangan oksigen karena sumberdaya oksigennya tetap terjaga melalui GREEN BABEL.


Terakhir atas nama anak cucu saya ucapkan terimakasih Pak Gubernur Eko Maulana Ali Suroso (EMAS)

LASKAR PELANGI DAN ANDREI HIRATA


Pertama kali ku mendengar buku tersebut dari seorang teman yang kebetulan Sekretaris Muhammadiyah Babel Bung Hasan Rumata bukan Hasan Hirata, WAKTU ITU kira kira bulan November 2007.

Di pagi yang cerah saat panas terik matahari tak seberapa panas mencium permukaan bumi, kami berbincang bincang disela sela acara penanaman pohon, maklum hampir disetiap daerah sekarang sedang ganjen ganjen nya tanam pohon, sangking ganjennya menanam mereka lupa pelihara. Akhirnya yang ditanam mati semua.!!! Dalam perbincangan tersebut tiba tiba bung Hasan berujar

Hasan : Kemarin kami membahas tentang Ibu guru yang ada dalam cerita Laskar Pelangi
Saya : LAskar Apa itu ?
Hasan : HAhaha payah kamu ini, katanya aktivis berat tapi malah belum tahu tentang Laskar Pelangi
Saya : (Merasa serba salah juga bingung) Oke deh tolong jelaskan sebenarnya laskar itu ada dimana dan berjuang untuk apa.


Itulah sekelumit pembicaraan ku dengan Hasan Rumata yang setengah menelanjangi ketidak tahuan dan kesempitanku tentang perkembangan dunia satra di negeri ini, harap maklum karena sampai dengan sekarang yang ada dibenak ku kalau dunia sastra adalah Ko Ping Ho dari mulai Bu Kek Siansu, Suling Emas, Cinta bernoda Darah hingga pendekar PulauES...


Singkat cerita setelah dua bulan dari pembicaraan tersebut saya baru beli buku tersebut di Gramedia Pangkalpinang, ups................ Lucu, Bangga, Sedih, Gembira, terbuai ke alam khayalan, terbawa ke masa lalu kaum borjuis, Luaaaaaaaaarrr biasa buku ini saya fikir wajib di baca oleh seluruh kalangan, dari masyarakat petani, nelayan, siswa, guru, pejabat, pengusaha, teman teman ku karyawan PT Timah.

Sedih, bagaimana tak sedih bila kita melihat sebuah sekolah yang membawa pesan moral keagamaan tersebut, saat itu harus terancam kolaps untunglah ada seorang calon murid yang mereka anggap memang tak pantas diterima disekolah lain karena bisa dipastikan sekolah lain akan menolak karena bebalnya si calon murid tersebut. Dengan menerima murid itulah akhirnya SD Muhammadiyah para laskar pelangi bisa bertahan.

Bangga dan Heroik, jelas membersit kebanggaan di alam bawah sadarku manakala seorang bocah nelayan yang merupakan anggota laskar pelangi tersebut harus mengayuh sejauh 40 km untuk pergi sekolah dan 40 km lagi untuk pulang dan seringkali dalam perjalana tersebut dia harus berpapasan dengan Buaya yang tidur melintang badan jalan. Lintang seorang anak Super Genius yang akhirnya harus putus di tengah jalan karena ditinggal mati oleh Bapaknya yang membawa pergi harapan lintang untuk menempuh pendidikan lebih tinggi.

Bingung, bagaimana saya tak bingung jika dalam buku tersebut banyak sekali kosa kata yang aneh aneh di telinga ku, sehingga aku harus bolak balik ke halaman belakang untuk sekedar mencari tahu apa arti kata demi kata yang dimaksud oleh Hirata..... dan di akhir cerita aku baru tau ikal itu Hirata.....

Masa Lalu, kebetulan aku beberapa kali ke manggar dan melihat akhirnya ikut andil juga dalam proses perobohan sebuah monumen listrik terbesar di Asia Tenggara. Nah saat membaca Laskar pelangi walaupun ku tidak pernah tinggal di manggar tapi rasanya raga ku mampu melihat situasi waktu itu di Istana istana Borjuis yang di maksud Bung Hirata. Ada sesal di hati ku mengapa aku tak mampu berbuat apa apa saat tahu dan emlihat monumen tersebut akhirnya rata dengan tanah.

SUKSES
"SEBUAH KARYA SPEKTAKULER SASTRA INDONESIA"

Senin, 14 Januari 2008

INDONESIAKU TIMAHKU



INDONESIAKU


NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SEJAK MASA KRISIS 1997 TERUS MENERUS DALAM KONDISI LABIL, SATU DAERAH YANG MERUPAKAN WILAYAH KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TELAH LEPAS DENGAN INTERVENSI PIHAK ASING, POTENSI PERPECAHAN JUGA MASIH TERJADI DI ACEH, MALUKU DAN IRIAN JAYA. POTENSI PERPECAHAN TERSEBUT DARI HARI KE HARI TIDAK KUNJUNG SELESAI.

PEREKONOMIAN NEGERI INI SEMAKIN TERPEROSOK KE JURANG HUTANG YANG SEMAKIN DALAM, HUTANG 75,4 MILIAR DOLAR AMERIKA BUKAN KABAR MENGGEMBIRAKAN BAGI RAKYAT NEGERI INI. KETIDAK ADILAN MUNCUL, BETAPA TIDAK, SEORANG BAYI YANG LAHIR DALAM KONDISI SUCI BERSIH TANPA DOSA LANGSUNG TERBEBANI HUTANG YANG CUKUP BESAR. PARA PENGUSAHA YANG MENANAMKAN INVESTASI SATU PERSATU ANGKAT KAKI. KENAPA? KARENA NEGERI INI SECARA EKONOMI TIDAK LAGI MEMILIKI KEUNGGULAN ABSOLUT MAUPUN KOMPARATIVE. PADA AKHIRNYA PENDAPATAN NEGERI INI MELULU DIPRIORITASKAN PADA PAJAK YANG ARTINYA MEMBEBANI LANGSUNG KEPADA RAKYAT NEGERI INI.

PENDAPATAN PERKAPITA NEGARA INI YANG BERADA PADA LEVEL US$500 MASIH MENEMPATKAN KITA PADA KELOMPOK NEGARA MISKIN WALAUPUN BARU BARU INI ADA KABAR STATUSNYA MENINGKAT LEBIH BAIK SATU TINGKAT TAPI TETAP MASIH DI KATAGORIKAN MISKIN. KESALAHAN PENGURUSAN KETATANEGARAAN, KEDUNIAUSAHAAN ATAUKAH POLITIK. SEHINGGA KITA HARUS TERPURUK, JATUH, LALU TERSEOK SEOK HINGGA SAMPAI DETIK INI PUN UNTUK BANGUN DARI KETERPURUKAN TADI SANGAT SULIT.

DUNIA POLITIK MERUPAKAN PENYUMBANG DANA KORUPSI YANG PALING BESAR, PALING TIDAK TERMASUK DALAM LIMA BESAR URUTAN TERATAS. MENDIRIKAN PARTAI, MENJADI ANGGOTA LEGISLATIF, DAN MENJADI EKSEKUTIF TERTINGGI DI SATU DAERAH PEMERINTAHAN MEMERLUKAN DANA YANG SANGAT BESAR. SATU KESALAHAN PALING MENDASAR ADALAH SAAT MENDIRIKAN PARTAI PARA PENDIRI ITU MASIH BERPIKIRAN SEPERTI MENDIRIKAN LSM YANG MENGHARAPKAN DAPAT KUCURAN DANA SANA SINI, KEMUDIAN UNTUK MENJADI ANGGOTA LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF YANG DI BOYONG ADALAH WACANA DUNIA USAHA.
SEHARUSNYA, SAAT MENDIRIKAN PARTAI CITA CITANYA ADALAH UNTUK BERKOMPETISI MENJADI PENGUASA YANG BAIK DI NEGERI INI. ARTINYA UNTUK MENJADI SEPERTI ITU TERLEBIH DAHULU SESEORANG ATAUPUN SEKELOMPOK ORANG HARUS DIDUKUNG DENGAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KEMAMPUAN EMOSIONAL, KEMAMPUAN SPRITIUAL, KEMAMPUAN EKONOMI, DISAMPING HARUS MEMILIKI VISI MISI YANG JELAS.


CARUT MARUT HUKUM SEAKAN TIDAK PERNAH ADA HABIS HABISNYA, SEORANG PENCURI AYAM BISA TERKENA HUKUMAN ENAM BULAN SEMENTARA BIANG KORUPTOR BERKAT DANA HASIL USAHANYA DI GUNAKAN UNTUK MENAMBAL SULAM PARA APARAT(OKNUM) NEGERI INI, DIA MASIH BISA TERSENYUM SANA SNINI. AROGANSI HUKUM TERTATA HANYA KARENA SEJUMLAH DANA.

TIMAHKU

INDONESIAKU DALAM SEKALA KECIL ”TIMAHKU” SEJAK 1997 TERUS KEHILANGAN WILAYAHNYA, SATU PERSATU WILAYAH YANG BISA DI EKSPLOITASI LEPAS DENGAN CARA DILEPAS ATAU TERLEPAS. POTENSI PENCIUTAN WILAYAH PUN MASIH TERUS TERJADI ENTAH KARENA KITA LALAI ATAU KARENA ARENA PERMAINAN DENGAN ”RULE” YANG MERUGIKAN KITA ALIAS ”NOT IN THE SAME GAME RULE LEVEL ” SEHINGGA KITA HARUS BERJUANG EKSTRA KERAS UNTUK TERUS BERTAHAN.

PEREKONOMIAN TIMAHKU, KITAPUN TAHU, ORANGPUN TAHU, DIA PUN TAHU, AKU PUN TAHU. ANALISA DEMI ANALISA DALAM BENTUK BERBAGAI MACAM RASIO HARUS DIKELUARKAN AGAR DAPAT MEMBERIKAN INFORMASI YANG AKURAT KEPADA PIMPINAN PERUSAHAAN SEBAGAI BAHAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TEPAT AGAR SECARA BISNIS KEEKONOMIAN TIMAHKU DAPAT BERADA DALAM TREND POSITIF.. PERLAHAN DAN ITU PASTI.
PALING TIDAK TIMAHKU TAK IKUT IKUT MEMBERI SUMBANGSIH HUTANG KEPADA NEGERIKU DAN GENERASI ANAK CUCUKU.

BERBEDA DI NEGERI INDONESIAKU, DINEGERI TIMAHKU PENDAPATAN PERKAPITA LUMAYAN TINGGI SETIDAK TIDAKNYA BISA MENCAPAI US$3000. MUDAH MUDAHAN KITA TERMASUK ORANG ORANG YANG PANDAI MENSYUKURI NIKMAT.

DUNIA POLITIK DI TIMAHKU SEPERTINYA TIDAK ADA YANG ADA HANYA JABATAN POLITIS DAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN BISNIS.
ADA BAIKNYA JUGA SUPAYA TIMAHKU TIDAK TERTULAR PENYAKIT DUNIA POLITIK YANG KATANYA MENJADI PENYUMBANG KORUPSI CUKUP BESAR.
JADI DISINI NDAK PERLU KITA BERCITA CITA JADI LEGISLATIF MAUPUN EKSEKUTIF CUKUP TUNJUKAN KINERJA BAIK BERSAING SEHAT TIDAK PERLU SIKUT KIRI SIKUT KANAN, PADA DASARNYA MANUSIA TIMAH BERSAUDARA DENGAN PEDOMAN ”K3PTPRS” NYA YANG MUDAH MUDAHAN BELUM HILANG.
MUDAH MUDAHAN AKAN TERCIPTA MANUSIA MANUSIA TIMAH YANG UNGGUL SEPERTI KITA HARAPKAN BEBERAPA TAHUN YANG LALU.

CARUT MARUT HUKUM DI DUNIA LUAR TERKADANG JUGA BERIMBAS DI NEGERI TIMAHKU. NAMUN DENGAN SEBUAH KEYAKINAN DAN KETEGARAN SERTA KEBERSAMAAN MANUSIA TIMAH, CARUT MARUT ITU NDAK PERLU DITAKUTI. YANG PALING PENTING BAGAIMANA KITA BISA BERMAIN DI ARENA PERMAINAN YANG SAMA, ATURAN MAIN YANG SAMA SEHINGGA BISNIS PUN TUMBUH DALAM PERSAINGAN YANG SEHAT.



JAYA PT TIMAH TBK

DI USIAMU YANG KE 30

TERANG MEMANDANG
JELAS MENDENGAR
MATANG BERPIKIR
JERNIHKAN HATI

BY KRIOPANTING

MENGUNJUNGI STAND GREEN BABEL EXPO DI BALI

* UN Climate Change Conference 2007

Laporan Wartawan Bangka Pos, M Ismunadi


NUSA DUA -- Sedikitnya 200 peserta Konferensi Internasional Perubahan Iklim 2007 (UNCCC) mengunjungi stand Green Babel Ekspo di Nusa Dua, Bali. Dalam kunjungannya, para peserta tertarik dengan gambaran lingkungan Babel yang diwarnai aktifitas penambangan timah. Diantaranya, ada juga yang bertanya soal kontribusi perusahaan tambang yang ada di Babel terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat."Ada pengunjung yang menanyakan semacam share atau bagi hasil antara perusahaan tambang dengan masyarakat. Menurut dia, perusahaan tambang tidak cukup hanya memberikan royalti atau pajak, tapi perlu ada semacam share seperti misalnya bagi bagi saham," ungkap Wirtsa Firdaus, sekretaris Yayasan Babel Hijau (YBH), saat dihubungi Bangka Pos Group, Minggu (9/12).


Wirtsa mengatakan stand Green Babel Ekspo merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan YBH dalam keikutsertaannya di UNCCC 2007. Sejak dibuka pada 7 Desember lalu, stand tersebut cukup menarik perhatian peserta UNCCC baik dari dalam maupun luar negeri.


Berdasarkan catatan YBH, sedikitnya 200 peserta telah mengunjungi stand Green Babel Ekspo.Mengenai masukan-masukan yang dilontarkan para pengunjung, Wirtsa meyebutkan YBH akan menampungnya sebagai bentuk saran. Pasalnya, dalam UNCCC 2007, YBH hanya ingin memperlihatkan kepada dunia tentang kondisi lingkungan Babel saat ini. Hal itu pun telah disampaikan YBH saat bertemu dengan perwakilan United Nations Development Programme (UNDP) yang ditemui di sela-sela acara UNCCC 2007."Kita bilang ke UNDP bahwa kita tidak membutuhkan uang mereka. Yang kita mau adalah UNDP datang langsung ke Babel untuk melihat kondisi lingkungan di sana. Soal uang, itu urusan yang kesekian lah," ujarnya seraya menambahkan ada beberapa agenda lain yang belum bisa dilaksanakan YBH yaitu bertemu dengan aktifis lingkungan Green Peace serta pertemuan dengan investor Austria yang sekaligus diikuti penandatanganan MoU untuk penanaman jatropha dan pembuatan pabrik.Seminar InternasionalDi sela-sela pelaksanaan UNCCC, kegembiraan begitu terasa ketika usulan YBH untuk menyelenggarakan seminar internasional, yang bertajuk International Seminar from Bangka Tailing, ditanggapi secara antusias oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).Melalui salah seorang staf ahli KLH, Rasio Ridho Sani, KLH akan mendukung penuh kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan Babel itu. Roy, sapaan akrab Rasio, juga menyatakan dukungannya dalam masalah teknis hingga lobi pihak luar negeri untuk mensukseskan kegiatan tersebut."Kita dari YBH juga berupaya agar kegiatan itu bisa terlaksana," tegas Wirtsa yang didampingi Ketua YBH Syahidil.Sementara itu, Pengawas YBH,


Tunggul Pakpahan mengatakan keikutsertaan YBH dalam UNCCC 2007 merupakan langkah yang tepat. Sebab, UNCCC diselenggarakan untuk membahas kepedulian dunia akan global warming (pemanasan global) yang sedang terjadi sebagai akibat dari pengelolaan lingkungan yang tidak tepat."Disini green babel foundation harus mampu menyerap apa yang menjadi konsep dunia tentang pengelolaan lingkungan yang benar," begitu dikatakan Tunggul seperti ditirukan Wirtsa.Tunggul menambahkan salah tujuan lain YBH mengikuti UNCCC berkaitan dengan rencana penyelenggaran seminar seperti yang telah dikatakan Wirtsa. Menurutnya, UNCCC 2007 adalah tempat yang tepat untuk mensosialisasikan kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan di atas lahan bekas galian timah pada tahun 2008."Kita jadikan moment Bali ini untuk mensosialisasikan kegiatan di Bangka nanti," pungkasnya. (*)
Diposting oleh Didit di 14:31:00

TIGA KEBERUNTUNGAN PT TIMAH 20 TAHUN TERAKHIR


APA KABAR....LUAR BIASA, yel yel seperti ini tidak lagi sering terdengar seperti beberapa tahun yang lalu di PT Timah Tbk dan perusahaan anak, hebatnya walaupun musim yel yel tersebut sudah berlalu tetapi GHIROH atau semangat dari yel yel tersebut tampaknya pada saat ini telah membuahkan hasil. Harga saham yang merupakan salah satu indikator kinerja manajemen semakin meningkat yang sempat beberapa tahun berkutat pada angka Rp.1000,- an saat ini mencapai harga tertinggi dalam sejarah harga saham Timah yaitu sampai dengan Rp.22.000 per lembar saham. Sementara harga logam timah dunia juga semakin membaik hingga menembus US$.16.000/ton seiring dengan kesadaran pemerintah untuk menertibkan industri pertimahan di negeri ini.

Belum lagi kedepan harga minyak yang di perkirakan mencapai US$ 100 per barel sementara pemerintah tetap akan memberikan subsidi, hal yang terjadi adalah semakin banyaknya kebutuhan negeri ini terhadap US $. Semakin beratlah Bank Indonesia melaksanakan tugasnya untuk menggiring Rupiah ke angka di bawah Rp. 9.000 per US$. Tentu saja perusahaan sejenis PT Timah yang memperdagangkan produksinya mayoritas ke luar negeri akan sangat diuntungkan.

WOW funtastic. . .mungkin sebuah kata yang patut kita ucapkan saat mendengar harga logam timah dunia seperti itu dengan jumlah karyawan yang mungkin hanya 4.500 an orang, BAYANGKAN awal 90an saat harga timah bergerak dibawah US$5000/ton dengan karyawan hampir mencapai 25 .000 orang.

KPK I : KEBERUNTUNGAN PASKA KUNTORO

Bijih timah sebuah mineral yang tak dapat di perbaharui sebuah kata sepakat yang tidak terbantahkan, lalu kapan bijih timah segera habis. Masih belum lepas dari ingatan, saat itu mungkin pertengahan tahun 90an dalam setiap pertemuan dengan karyawan, rapat dengan pemegang saham, dengar pendapat dengan DPRD dan lain lain pihak yang berkepentingan (stake holder) Dirut PT Timah selalu mengatakan bahwa bijih timah tinggal 25 tahun. Artinya umur perusahaan saat ini tidak sampai lagi 10 tahun.

Sebuah statement yang seperti bermata dua, mata pertama, menjadi alasan kuat saat itu bagi manajemen PT Timah untuk mensuport kebijakannya guna melakukan pengurangan karyawan perusahaan, sehingga kapal besar tersebut selamat mengarungi bahtera bisnisnya walaupun harus dengan mengorbankan crew atau awak kapal yang tidak kurang dari 18 ribuan orang.

Mata kedua berfungsi menjadi tameng perusahaan, terbukti saat kapal tersebut mampu mengarungi bisnisnya dengan sukses lalu mendapat celaan terhadap kebijakan pertamanya, manajemen tinggal mengatakan bahwa saat itu perusahaan sedang menghadapi masalah harga yang merupakan faktor eksternal yang tak dapat dikendalikan. Karena harga terbentuk dari mekanisme pasar (suply dan demand) komoditi logam.

Soal cadangan yang hampir habis, ternyata bukan habis dalam arti sebenarnya tapi habis dalam pemahaman kajian bisnis. Jelasnya kalau harga tidak bergerak kearah yang baik kandungan bijih timah dapat dikatakan habis karena tidak ekonomis untuk di eksploitasi. Dengan harga seperti saat ini tentu saja cadangan cadangan yang terdapat pada daerah tambang dengan katagori "Tambang berbiaya tinggi" dan telah dikatagorikan habis, kembali muncul kandungan bijih timahnya karena menjadi ekonomis untuk di tambang.

Dan PT Timah Tbk harus merasa beruntung karena memperoleh seorang Direktur Utama Brilliyan yang berhati halus walaupun kepala selalu panas, sehingga kebijakan pedang bermata dua tersebut dapat berjalan dengan baik dan perusahaan selamat. Dialah Dr. Ir Kuntoro Mangkusubroto MSc yang mampu memotori kebijakan itu dengan dingin, sehingga 18 ribu karyawan dalam sekejap telah mendekam dirumah(dirumahkan) tanpa ada gejolak berarti, bandingkan di negara2 lain Korea misalnya, hanya merumahkan 600an karyawan gaung ributnya sampai dipuncak himalaya.


Kejadian demi kejadian tersebut ternyata juga direkam oleh seorang Andrera Hirata Pengarang Best Seller "Laskar Pelangi" Paling tidak terdapat empat Bab pada bukunya yang mengulas tentang keberadaan PT Tambang Timah di Pulau Belitung dari masa jaya yang di gambarkan sebagai golongan Borjuis, sampai dengan masa masa keambrukannya yang digambarkan dengan sangat ironis bagaimana kaum Proletar menghakimi kaum Borjuis dengan cara merambah dan mencacah kompleks Gedong yaitu sebuah komplek perumahan kaum Borjuis. Saya fikir buku ini wajib di baca oleh seluruh karyawan PT Timah saat ini sebagai sebuah pembelajaran yang sangat berharga.

Hebatnya untuk suksesi kepemimpinan sehingga kebijakan tersebut dapat terselamatkan, sang Brilyan (Kuntoro) telah menyiapkan seorang putera mahkota yaitu satu satunya Dirut Timah yang selebritis Erry Riyana Hardjapamekas. Tahapan ini dapat di sebut "Keberuntungan Perdana Kuntoro"(KPK I)


KPK II : KEBERUNTUNGAN PASAR KAGET



Patutlah jika seandainya tahun 1997 Soros datang di Indonesia khususnya di Pulau Bangka dan lebih khusus lagi di PT Timah, kemudian dia berteriak kepada manejemen perusahaan "Apa Kabar" maka dewan manajemen perusahaan ini wajib membalas salam tersebut dengan selantang lantangnya "Luar Biasa".

Mengapa demikian?

Soros, seorang fund manager handal baik di money market maupun stock market, telah mengguncang Asia Tenggara melalui mekanisme pasar uang. Indonesia yang memang secara fundamental sangat lemah karena hutang luar negeri menumpuk dan berbasis US$ tanpa hedging yang jatuh tempo pada akhir tahun serta Neraca perdagangan yang defisit. Negeri ini dan masyarakatnya kembali harus menerima nasib menjadi sasaran empuk Soros. karena menganut kebijakan floating rate yang katanya memang produk kaum borjuis kapitalis. Alhasil terpuruklah Indonesia.

Memang tak baik berdiri diatas penderitaan orang lain apalagi orang lain tersebut adalah saudara satu bangsa dan setanah air. Namun demikianlah kenyataannya PT Timah yang 95% produknya menjadi komoditas eksport kembali mengambil keuntungan dari melemahnya rupiah terhadap dollar, keuntungan ratusan milyar rupiah. Walaupun pada saat bersamaan PT Timah mengalami kerugian sangat besar dari transaksi valasnya namun dapat diantisipasi dengan melakukan resceduling disamping tertolong dengan penjualan yang 95% eksport tersebut.

Fase ini dapat dikatakan sebagai fase "Keberuntungan Pasar Kaget"(KPK II), dinyatakan dalam satu fase karena akibat dari permainan soros dipasar uang ini dapat dirasakan sampai beberapa tahun dimuka.

KPK III : KEBERUNTUNGAN PASKA KERUSUHAN

Periode pasca reses merupakan periode yang sangat berat buat PT Timah beserta anak perusahaan, seluruh jajaran manajemen bekerja keras memeras keringat memeras otak mencari jalan keluar. Beberapa hal yang patut menjadi catatan manajemen antara lain :
1. PETI atau Timah Inkonvensional atau TI entah istilah mana yang benar yang jelas dilapangan Rakyat kian marak menambang.
2. Regulasi lokal pada tatanan kabupaten dan kota sama sekali tidak berlaku adil, sehingga PT Timah mesti teriak teriak minta diperhatikan agar pemerintah memberikan aturan main yang sama.
3. Akibat regulasi yang tidak jelas muncul pengusaha pengusaha yang sebetulnya tidak dapat dikatakan berinvestasi tapi lebih tepat disebut mencari peruntungan nasib dipulau Bangka
4. Muncul pengusaha eksportir bijih
5. Eksport bijih di larang muncul pengusaha smelter
6. Pengembangan Usaha belum menunjukkan hasil yang baik kecuali batu bara melalui PT Tanjung Alam Jaya dan PT Timah Investasi Mineral,
7. Cash cow tetap pada industri timah.
8. Fakta bahwa keberadaan smelter dalam jumlah banyak telah merugikan negara terus di wacanakan.
9. Konstilasi politik di Bangka Belitung terus memanas berkaitan dengan Pilkada Gubernur Babel 2007
10. Pemerintah pusat mempertegas regulasi pertimahan
11. Penangkapan terhadap pengusaha nakal dan penutupan sementara kegiatan peleburanl sebagai wujud keseriusan pemerintah pusat terus berjalan.
12. Kerusuhan Oktober yang melibatkan masyarakat penambang

Rentetan kejadian tersebut akhirnya mempengaruhi suply komoditi logam timah di pasar komoditi dunia, harga terus bergerak naik sampai melewati US$10,000,- per ton FANTASTIS harga yang tak pernah terjadi sejak tahun 1990. Jelas harga tersebut sangat menguntungkan buat PT Timah Tbk

Kinerja manajemen kembali teruji di Pasar Modal, entah memang fundamental PT Timah yang baik, prospek yang bagus karena regulasi yang semakin tegas atau karena sentimen pasar saja. Sebuah realita, kembali perusahaan diuntungkan dengan kejadian kejadian eksternal yang menurut teorinya adalah sebuah faktor yang uncontrollable atau teorinya yang salah?

Yang jelas tahun 2006 dapat disebut sebagai tahun KPK III saya masih bingung memberi nama panjangnya tapi tak elok lah karena dua kejadian di atas ada nama, bolehlah kalau kejadian periode ini kita sebut "Keberuntungan Paska Kerusuhan". Mudah mudahan tidak ada para pihak yang merasa dirugikan dengan penyebutan KPK ini. Karena kesamaan nama atau istilah hanya kebetulan belaka.

REGENERASI KEPEMIMPINAN



Tantangan kedepan sangat berat isue lingkungan yang mendunia itu telah semakin santer ke seluruh pelosok penjuru mata angin hingga ke ujung gang sempit sebuah desa yang berakhir di jalan tikus menuju hutan yang masih tinggal tak seberapa. Bali Road Maps yang merupakan puncak dari keberhasilan Protokol Kyoto telah di terima seluruh negara.


Sebagai sebuah perusahaan penambangan yang telah mendunia tentu saja Para Pemuncaknya menyadari bahwa tambang identik dengan pengrusakan lingkungan sehingga suka tak suka, mau tak mau PT Timah harus melakukan penambangan yang berwawasan lingkungan tentu saja hal ini berlaku untuk seluruh perusahaan tambang.


Deforestasi harus di ikuti dengan forestasi, pemanfaatan kekayaan alam haruslah di akhiri dengan menumbuhkan dengan jenis pemanfaatan yang lain ini lah sustainable mining. Berat memang, hight cost memang, tapi mau bilang apa. Dunia telah semakin Tua dan semakin panas, tentu perusahaan sebesar PT Timah tak ingin dikatakan sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang tidak berfihak kepada lingkungan.

Dilain sisi lain dari beratnya isue lingkungan tersebut tidak ada satupun kajian bisnis yang berani memasukan unsur keberuntungan dalam setiap kajian prospek bisnis, walaupun pada kenyataannya dalam kasus PT Timah seolah olah terjadi perulangan keberuntungan dalam menjalankan bisnisnya. Kecuali kalau kajian bisnis itu bukan dibuat oleh seorang ekonom tapi oleh seorang ahli supranatural yang selalu mengandalkan daya terawangnya.
PT Timah adalah perusahaan yang memiliki ahli ahli yang cukup berkompeten Strategy maupun teknis, belum 1 (satu) tahun berselang telah terjadi regenerasi kepemimpinan. Tentu saja pemimpin pemimpin sekarang dan yang akan datang seyogyanya adalah pemimpin yang tidak selalu bersandar kepada keberuntungan walaupun ada ujar ujar orang tua yang selalu mengatakan CARILAH PERUNTUNGAN pada saat anaknya mau merantau. Dengan demikian perusahaan ini tidak menjual keberuntungan tetapi menjual prospek kepada para stake holder di tengah tengah BERATNYA ISUE LINGKUNGAN.



Green Greeting

CATATAN THE GREENERS DARI PUNCAK JAYA WIJAYA




Perjalanan para anggota Yayasan Babel Hijau yang dikenal dengan sebutan The Greenrs Ke puncaj Pegunungan Jayawijaya berlatar belakang kunjungan The Greeners ke Kementerian Lingkungan Hidup.

Pada pertengahan September 2007 dalam pertemuan Pengurus yayasan Babel Hijau (melaporkan dan mensosialisasikan keberadaan yayasan) dengan beberapa staff Kementerian Lingkungan Hidup telah terjadi diskusi.
Diskusi berkisar tentang lingkunagn dari kondisi Babel yang kritis, perusahaan tembang di Babel yang tak becus dalam melakukan penambangan, maraknya semelter yang tak bertanggungjawab terhadap lingkungan bahkan asmpai kepad pimimpin darah yang ikut ikutan memberi su,bangan terhadap kerusakan lingkungan tersebut.

Akhir dialog tersebut tanpa memiliki titik temu, masing-masing bertahan dengan argument dan pemikiran masing-masing, akhirnya staff kementerian Lingkungan Hidup menawarkan kepada The Greeners untuk melihat bentuk penambangan yang secara teknis penambangan dapat dikatakan layak dan memenuhi kreteria pengelolaan lingkungan yang pasti rusak sebagai akibat pengelolaan kegiatan penambangan.

PT Preeport Indonesia (PTFI) sebuah perusahaan tambang yang beroperasi di ketinggian 4200 meter dari permukaan laut di daerah Timika Irianjaya akhirnya menjadi pilihan dan pihak Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Fasilitator kunjungan The Greeners ke perusahaan tersebut.

PT Feeport Indonesia
Perusahaan tambang tembaga dan emas yang telah beroperasi sejak akhir tahun 1960an di kawasan pegunungan Jayawijaya yaitu Erstberg dan Grasberg di ketinggian 4.200 meter.Kontrak kerja baru yang telah ditandatangani mensyaratkan PT Feeport Indonesia untuk terus menambang hingga akhir 2020 dan tambahan perpanjangan hingga 2 kali 10 tahun.

Saat ini PTFI adalah perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia bahkan dunia dengan mengantongi izin 300.000 ton pemindahan tanah atau konsentrat per hari berarti mereka telah mampu melakukan penggalian sebesar 225.000 ton perhari berarti meekan dalam setahun pemindahan tanahnya sebesar 81 Juta ton dengan kosentrat emas tembaga 3% mereka menghasilkan lebih dari 2,43 juta ton kosentrat per tahun.Bisa dibayangkan, dengan demikian tedapat tailing yang harus dikelola sebanyak 78 Juta ton per tahun.

Pengelolaan tailing PTFI dengan jumlah yang demikian besar tentunya memerlukan penanganan khusus.Oleh PTFI tailing dialirkan ke dataran rendah melalui aliran sungai Ajkwa dan dikumpulkan dalam satu lokasi yang luasnya sebesar 230 km2. Wow tentu bukan pekerjaan main-main karena luasnya lebih sari separuh luas DKI Jakarta.
Manajemen Tailing PTFI
PTFI telah mengelola pasir sisa tambangnya (sirsat) dengan sangat baik di areal ModADA.Pemisahan tailing dari sumber air masyarakat melalui pembuatan tanggul (Levee) sepanjang 54 km disisi timur dan barat sangat efektif.

Pembuatan levee ini sangat penting, ketersediaan air yang merupakan sumber kehidupan masyarakat timika menjadi bertambah baik karena sungai Aijkwa yang tadinya begabung menjadi satu dengan sungai Otomona di ModADA telah dipisahkan sehingga menjadi lebih jernih karena tak lagi tercemar.

Dalam penampungan srsat itu sendiri diatur sedemikian rupa dengan pemasangan Grabion Groundsil (bronjong) yaitu dam penahan sirsat yang membentang dari sisi levee barat samapai levee timur di hulu ModADA sehingga dapat meminimalisasi sirsat yang hanyut ke laut.Groin dan Crib (sodetan) pun di buat untuk mengatur penumpukan tailing di sepanjang daerah aliran ModADA seluas 230km2 tersebut.

Sekilas Babel dan Timika
Jika membandingkan penambangan emas dan tembaga di timika dengan penambangan Timah di Babel ibarat bumi dan langit.Hutan dan bukit dibabel tidak selebat dan setinggi hutan dan gunung di Papua.
Kondisi ini menyebabkan terjadi perbedaan penambangan untuk mendapatkan bijih mineral.Dibabel untuk mendapatkan bijih timah masyarakat cukup menggunakan cangkul bahkan dengan menggunakan dulang.Sedangkan para pengusaha dengan modal yang kuat menggunakan eskavator lalu timah yang didapat diolah itupun masih dengan teknologi yang sederhana, pasir yang didapat kemudian diolah dan timah siap dijual.Cara ini cukup sederhana dan mudah dikerjakan.Terlebih lagi ada peraturan yang ketat dari pemerintah.
Akibatnya bisa ditebak bermunculan para pengusaha (smelter) menambah jumlah perusahaan timah setelah PT Timah milik pemerintah dan PT Koba (patungan pemerintah, swasta dan asing).Keempat unsure inilah yang saat ini mengeruk timah di Babel.Hasilnya sungguh ‘manakjubkan’.Lingkungan di Babel jadi hancur berantakan.Empat unsur di atas saling lempar tanggungjawab terhadap kerusakan lingkungan.lalu siapa yang harus bertanggung jawab kemana harus mengadu.
The Greeners sempat terdiam ketika Presiden Direktur PTFI Armando Muhler, bertanya tentang kondisi alam di Babel dan bagaimana penambangannya pasca penambangan.”Kalau dilihat dari udara bumi Bangka itu bopeng kayak orang jerawatan”kata Armando dalam kesempatan makan malam di Lupa Lelah Club, Kota Tembagapura, Kamis (15/11) malam.
Armando yang berasal dari palembang tahu benar dengan kondisi alam di babel karena sudah pernah mengelilingi Pulau Bangka.
Setelah mendengar pernyataan tersebut akhirnya The Greeners memaparkan kondisi alam di Bangka yang justru memperkuat pernyataan Armando.

Sedangkan PTFI adalah satu satunya perusahaan asing yang mendapatkan kontrak karya menambang di Provinsi Papua tepatnya di Kabupaten Mimika.Tidak ada perusahaan lain jika ada warag yang menambang dilakuakn dengan cara sederhana.Warga hanya dapat menambang dipinggir Sungai Ajkwa dan dengan alat sederhana yaitu kuali yang terbuat dari kayu.Hasilnyapun sedikit sekali karena mereka melimbang dari tailing PTFI.
Untuk mendapatkan emas dan tembaga diperlukan modal yang besar serta teknogi canggih.Kondisi alam serta hutan perawan Papua menjadi tantangan tersendiri.Daerah penambangan setinggi 4.200 meter dari permukaan laut dengan kadar oksigen yang hanya 14 persen dari suhu 5 derajat Celcius bukan hal mudah untuk ditaklukan.Dengan kondisi yang demikian The Greneers sempat mendapatkan pengarahan untuk tidak melakukan kegiatan fisik yang berlebihan karena akan mudah kelelahan dan pingsan karena kekurangan ogsigen.
Memang terdapat perbedaan mendasar antara penambangan Timah di Babel dengan penambangan emas dan tembaga di PTFI.Jika di Babel terdapat banyak unsur yang mengolah bijih timah maka di Papua hanya PTFI yang mengolah emas dan tembaga.Sehingga di Papua hanya PTFI bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi.Tetapi PTFI serius menggarap ini banyangkan saja hingga Desember 2006 PTFI mengeluarkan dana sebesar Rp.1,4 Triliun hanya untuk reklamasi saja.Anggaran untuk reklamasi ini dipastikan meningkat pada tahun 2007.bandingkan dengan PT Timah yang dari tahun 1998 kingga 2006 hanya menganggarkan dana Rp.50 Miliar untuk reklamasi.Memang sekali lagi tidak adil jika harus membandingkan PTFI dengan PT Timah KARENA TIDAK APLE TO APLE. Tetapi paling tidak PTFI menpunyai kemauan untuk melakukan penambangan dan bertanggung jawab lingkungan sekitarnya.
Tanks…..

HITUNG KOMPENSASI KERUSAKAN




Laporan Wartawan Bangka Pos, M Ismunadi
MANFAAT lain dari perencanaan strategis, selain untuk mengembangkan wilayah pesisir dan pulau kecil, juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Setidaknya perencanaan itu bisa memperkirakan besarnya kompensasi, sehubungan penambangan timah yang dilakukan di wilayah pesisir yang dimaksud.Menurut Wirtsa, perencanaan strategis, meliputi pemetaan kekayaan alam yang ada di wilayah pesisir, termasuk terumbu dan lainnya. Dengan demikian, apabila ada produsen timah yang ingin menambang di daerah itu, maka pemerintah bisa memperkirakan kompensasi yang harus dibayar akibat rusaknya kekayaan alam yang ada di sana."Kalau ada kapal hisap beraktiftas di daerah pesisir itu kan pasti mengakibat kerusakan pada terumbu karang. Jadi kalau mereka ingin menambang di sana, pemerintah sudah bisa memperkirakan jumlah kompensasi yang harus dibayar akibat kerusakan itu," ujar Wirtsa yang menambahkan kompensasi juga bisa dihitung terkait kekayaan alam lain yang ada di wilayah pesisir.
"Yang penting terlebih dahulu ada pemetaan yang dilakukan instansi terkait. Pemetaan ini termasuk langkah awal dalam perencanaan strategis seperti yang saya uraikan tadi," imbuhnya.Sebelumnya seperti dilansir harian ini edisi Kamis (15/11) lalu disebutkan, dipastikan 30 persen terumbu karang di Perairan Babel, rusak parah. Padahal terumbu karang merupakan bagian dari habitat atau ekosistem laut yang patut dijaga kelestariannya.Salah satu cara menciptakan terumbu karang buatan, yaitu memasukan barang rongsokan seperti besi dan ban mobil bekas ke dalam laut. "Ratarata kerusakan terumbu karang di Babel sekitar 30 persen. Penyebab aktivitas pencarian bijih timah melalui kapal keruk, tambang inkovensional apung (TI apung), penggunaan alat peledak serta bahan kimia atau putas saat menangkap ikan," kata Yulistyo, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) ketika ditemui Bangka Pos Group bulan lalu, Rabu (14/11).Kerusakan terumbu karang yang paling parah kata Yulistyo, antara lain terdapat di Leparpongok (Basel), Tanjung ular (Babar) dan Selat Nasik (Belitung). Padahal kata Yulistyo, sosialisasi mengenai upaya melestarikan terumbu karang sudah sering dilakukan.Hal senada dikatakan oleh Tunggul Pakpahan, Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkingan Daerah (Bapedalda) Babel ketika ditemui beberapa waktu sebelumnya, Rabu (14/11). "Karena terumbu karang dapat menciptakan sistem kehidupan di laut. Terumbu karang saling berkaitan dengan kehidupan di sekelilingnya. Kehidupan terumbu karang sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar. Terumbu karang merupakan hewan bukan tumbuhan. Banyak orang yang salah tafsir," kata Tunggul.Lain halnya jika terumbu karang yang sudah mati, menurut Tunggul dinamakan karang. "Sedangkan terumbu karang yang sudah mati disebut karang. Terumbu karang juga dapat membentuk sistem ekologi kehidupan dan sifatnya sensitif mudah mati kalau terkena kotoran." paparnya. (*)

Rabu, 09 Januari 2008

ALAM DAN LINGKUNGAN, TANGGUNG JAWAB SIAPA?


M. Ikhsan Ghozali
M. Wirtsa Firdaus

Alam dan Lingkungan di antara Keterbatasan dan Kebutuhan
Dari judul di atas, setidaknya ada dua hal yang hendak ditegaskan di sini, yaitu: (1) lingkungan hidup perlu ditangani secara serius, dan (2) keterlibatan masyarakat dalam permasalahan lingkungan masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Lalu muncul pertanyaan “siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan hidup? bagaimana posisi dan peran masyarakat atas masalah tersebut ? Dan apa saja yang bisa dan harus dilakukan?”
Pertanyaan di atas bisa jadi membuat kita limbung. Mengapa? Sebab, kalau mau jujur, sebenarnya kita saat ini belum memiliki pemahaman yang cukup, apalagi sikap dan rencana atas alam dan lingkungan ini. Kalau pun ada, barangkali hanya kebetulan semata, karena apa yang kita lakukan biasanya cenderung responsif, kurang terencana, sporadis, dan temporal alias tidak berkelanjutan.
Disadari atau tidak, pemahaman manusia atas alam dan lingkungan selalu berubah dalam ruang dan waktu akibat pengaruh tingkat “kemampuan” olah pikir dan “kebutuhan” hidup manusia. Di awal peradabannya, manusia mampu hidup secara harmonis sebagai bagian dari alam tersebut. Berbagai kebutuhan hidup manusia tercukupi karena alam memang dicadangkan sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia, walaupun tanpa dikelola. Namun seiring perkembangan waktu, alam kemudian diubah, disesuaikan dengan keinginan manusia untuk mencukupi kebutuhannya, yakni dengan melakukan eksploitasi. Sayangnya, dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut asas keserasian dan keseimbangan seringkali diabaikan. Sumber-sumber alam dikuras habis akibat perilaku yang tidak ramah alam dan lingkungan, yang lebih mengedepankan keinginan bukannya kebutuhan.
Ironisnya, kebijakan yang menyisakan sedikit harapan ternyata tidak bisa dijadikan sandaran. Akibat tuntutan kebutuhan yang terus meningkat, para pengambil kebijakan di negeri ini seringkali tidak mampu mempertahankan asas keseimbangan tersebut. Bahkan proses degradasi lingkungan dan eksploitasi terhadap sumber daya alam terus berlanjut dan sepertinya semakin menjadi. Hasilnya, langsung atau tidak langsung, telah menjadi fenomena menyedihkan yang menimpa alam dan lingkungan negeri ini. Ironisnya, kita cenderung tidak merasa rugi atau kehilangan atas kerusakan lingkungan itu, dan kesadaran kita baru muncul ketika berbagai bencana hadir di hadapan kita.
Kebakaran berkepanjangan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera jelas bukan karena El-Nino yang ke sana ke mari menyulutkan korek api. Atau tenggelamnya banyak kampung di berbagai daerah akibat banjir dan longsor juga bukan semata-mata karena hujan berlebihan. Demikian pula banyaknya penduduk yang mati terlantar (misalnya di Yakohimo) pun tentunya bukanlah akibat kekeringan dan gagal panen semata. Tapi semuanya karena memang kita yang menginginkan dan melakukannya, secara sadar maupun tidak.
Coba bayangkan, seandainya lingkungan itu adalah rumah kita, maka alam itu ibarat halaman rumah. Sebagai penikmat sekaligus pengguna halaman rumah, tentunya kita tidak akan tinggal diam ketika halaman rumah itu kotor. Yang kita lakukan adalah mengambil sapu, membersihkan sampah yang mengotori halaman rumah kita. Sayangnya, kita tidak tahu persis, sebenarnya sampah yang tersebar di halaman rumah itu mau dikemanakan dan mau diapakan. Bahkan lebih-lebih (mungkin) kita pun tidak pernah punya pikiran (apalagi keinginan dan kemauan) untuk memanfaatkan halaman rumah itu menjadi misalnya kebun tanaman obat atau persemaian tanaman langka. Jadi jangan coba menanyakan tentang hal-hal yang lebih ruwet lagi, misalnya bagaimana jika ada yang memporak-porandakan halam itu dengan lobang-lobang galian yang lebar dan dalam atau membuang limbah bahan berbahaya dan beracun.
Lantas, apakah kita bertanggungjawab atas halaman rumah kita? Apa sikap dan rencana yang akan kita lakukan atas rumah dan halaman rumah kita itu? Sepertinya ada ketakutan (baca: keengganan) ketika kita berniat dan menggebu-gebu ingin berperan, atau sedikitnya bersikap, dalam mengelola rumah dan halaman rumah itu. Kita mungkin terlambat dan kehilangan halaman yang selama ini kita nikmati sebagai tempat bermain. Namun kita jangan sampai menjadi lebih konyol karena kehilangan rumah, baik akibat tidak (bisa) memeliharanya atau karena ketidakpedulian kita.

Idealisme yang Tertinggal
Siapakah kita? Apakah kita tergolong dalam kelompok makhluk hedonis, yang hanya mementingkan keinginan sendiri, meskipun harus mengorbankan kelestarian alam dan lingkungan? Atau kita sekelompok manusia yang hanya jalan-jalan ke luar rumah untuk menikmati pemandangan alam sembari menghirup udara segar, tanpa pernah peduli mengapa itu semua bisa terus-terusan kita nikmati sampai sekarang?
Anggaplah kita tidak hedonis, tapi pernahkah kita memiliki niat untuk “berbakti” pada alam yang selalu kita nikmati itu. Kalaupun ada, (mungkin) sifatnya tak lebih dari formalitas belaka, sekedar memenuhi aturan hukum dan tuntutan sopan santun. Jadi, jika kita tidak hedonis, tentunya kita mempunyai idealisme (yang kuat) untuk tetap melestarikan alam dan lingkungan tempat kita hidup dan bermain ini. Namun idealisme tersebut tidak hanya sekedar idealisme hati, namun perlu dinyatakan dalam buah pikiran jernih untuk selanjutnya diwujudkan dalam tindakan-tindakan nyata yang terencana dan teroganisir.
Jadi, apa yang sudah kita lakukan? Jika kita belum melakukan apa-apa, tentunya kita punya andil dalam kekeliruan ini, walaupun tidak seluruhnya. Kita pun sepertinya masih merasa nyaman-nyaman saja atas berbagai permasalahan alam dan lingkungan karena dampaknya tidak kita rasakan langsung. Padahal, jika kita sadari, sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan, sendiri atau bersama-sama, untuk menyikapi dan menyelesaikan permasalahan alam dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Dan yakinlah bahwa kita tidak akan pernah kekurangan permasalahan itu, baik dengan pendekatan personal maupun komunal, atau sektoral/lokal, regional, maupun nasional.
Baru-baru ini, ada sedikit angin segar yang berhembus. “Bak gerimis di musim kemarau” berdirinya Yayasan Babel Hijau (The Green Babel Fondation) sedikit banyaknya menawarkan harapan baru, yakni hidup yang lebih berarti. Keberadaannya diharapkan menjadi pintu masuk menuju kesadaran dan kepedulian kita. Permasalahannya adalah apakah Green Babel akan tetap konsisten dengan idiologi dan visi yang diusungnya, dan kita mau berperan aktif. Sebab jika tidak, maka selesailah sudah. Biarlah halaman rumah kita diurus dan dimanfaatkan orang lain. Namun jangan pernah merasa terganggu dan mencoba menggugat seandainya kita tidak bisa bermain dan hidup di halaman itu lagi.
Mengingat permasalahan alam dan lingkungan sudah sedemikian kompleks dan luas cakupan wilayahnya, maka kita semua perlu merapatkan barisan dalam memerangi aktivitas perusakan alam dan lingkungan. Green Babel sendiri diharapkan mampu menjadi motivator, fasilitator, inovator, dan motor penggerak dalam gerakan pelestarian alam dan lingkungan. Untuk itu, masing-masing pihak perlu membiasakan untuk berpikir global dan bertindak lokal. Artinya, sebagai sebuah gerakan, kita harus terus-terusan memantau perkembangan isu-isu global terkait dengan permasalahan alam dan lingkungan agar tidak ketinggalan. Meskipun demikian kita pun harus tetap realistis, tidak abstrak ataupun muluk-muluk, terbebas dari kepentingan politik manapun, dan membumi (sesuai dengan karakter budaya lokal) sehingga benar-benar membawa hasil yang nyata bagi keberlanjutan hidup bersama. Memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti menjadi mustahil. Jadi, semuanya dikembalikan ke diri kita masing-masing, apakah kita mau, kapan kita memulai, dan bagaimana kita memulainya. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Mari singsingkan lengan baju dan tinggalkan atribut masing-masing untuk keberlanjutan hidup. Bagaimana?

BANGKA BELITUNG BILA RESESI TAHAP II TERJADI


Pada tahun 1998 pasca resesi ekonomi penulis dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan, hati hati tahun 2007 sampai dengan 2009, bila ingin berkebun sahang berkebunlah mulai tahun 2005. Statement tersebut sering terungkap karena penulis memprediksikan bahwa pada kisaran tahun 2007 sampai dengan 2008 akan terjadi perulangan sejarah terpuruknya perekonomian negeri ini sampai dengan titik nadir.

Waktu itu setiap pernyataan tidak di dasarkan pada prediksi fundamentalis, hanya berdasarkan pada trend ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun di mulai tahun 1960an saat terjadi senering, 1970an akhir pergerakan rupiah sampai Rp 1000 perdolar lalu 1986 saat Rupiah melemah dari Rp 1000 mejadi 2000an, kemudian 1997 - 1998 yang masih lekat dibenak kita bagaimana fundamental yang lemah dihajar badai pasar uang melalui permainan seorang Soros saja.

Pernyataan apapun dapat dibuat selama berdasarkan asumsi yang jelas sehingga setiap statement tidak terkesan ngawur. Kembali kepada persoalan perulangan resesi (trend) apakah saat ini kita dalam masa masa tersebut.

Mungkin sedikit analisa fundamental bisa kita gunakan, saat ini bila kita melihat fakta, perekonomian Indonesia secara keseluruhan tidak menunjukan perbaikan disektor riil. Dengan kata lain ada satu hal yang kontradiktif antara fundamental perekonomian dengan produk turunan tersebut, yang seharusnya berbanding lurus.

Dalam produk turunan seperti saham terjadi kenaikan yang cukup berarti, Indek saham gabungan terus meroket yang katanya akan menembus angka 2250an. Kemudian Capital Inflow dari luar negeri terus masuk dalam bentuk pinjaman obligasi, baik itu obligasi melalu BI maupun corporate bond / obligasi perusahaan (seperti dinyatakan oleh Indonesia bangkit beberapa waktu yang lalu).

Artinya situasi saat ini persis sama dengan situasi tahun 1997 dimana hutang luar negeri banyak yang jatuh tempo sehingga pada saat bersamaan banyak sekali dibutuhkan dollar sedangkan cadangan devisa yang di peroleh dari sektor ekonomi riil menunjukan neraca negative dari tahun ke tahun.

Think Global Do Local

Orang bijak selalu katakan berpikirlah dengan seluas luasnya wawasan yang kita punyai tapi bertindaklah sesuai dengan yang terjadi di sekeliling kita. Dalam kasus ini, bila memang terjadi krisis seperti yang di prediksikan hampir sepuluh tahun yang lalu, maka apa yang akan terjadi di Negeri Serumpun Sebalai.

Penyimpangan pola ekonomi terjadi di Negeri Serumpun Sebalai (NSS), saat krisis moneter sepuluh tahun yang lalu yang kemudian di ikuti dengan jatuhnya perekonomian Indonesia sampai nadir, Negeri Serumpun Sebalai bagaikan kejatuhan durian runtuh, lada yang merupakan sektor petanian unggulan memberikan kontribusi yang cukup berarti. Mungkin hanya ada di NSS untuk pembelian kendaraan bermotor baik roda empat maupun dua, mereka tak perlu modal karena para petani yang dapat durian runtuh tersebut tak segan segan menitipkan 100% dana pembelian kendaraan yang harus inden saat itu.

Sekarang bisa jadi NSS kejatuhan durian runtuh seperti sepuluh tahun yang lalu, sayangnya isi durian tak lagi utuh bahkan sebagian besar busuk di dalam dan yang bagus pun berbagi dengan langkeluit/kelaber/kelelawar. Bagaimana tidak bila nelayan sudah beralih profesi menjadi operator dongpeng di lubang camui, petani tak lagi memiliki lahan pertanian yang layak untuk perkebunan lada karena sana sini sudah menjadi lautan bekas lubang camui, sementara penambangan timah rakyat pun sudah ditertibkan di samping lahan cadangan timah di darat yang memang semakin sulit dicari.

Harus dilakukan dalam jangka Panjang

Ketiga jenis durian itu padahal merupakan sektor sektor penghasil devisa bagi NSS, pertama Timah, sebagai kekayaan NSS komoditas tambang yang non renewable ini (walaupun kate sebagaian urang Bangka pacak beranak pinak) saat ini masih terus dalam pembenahan aturan mainnya baik dari mulai penambangan hingga produk yang harus di ekspor. Pemerintah seolah sedang diuji kemampuannya dalam menerjemahkan UU yang mengatur soal industri dan penambangan timah. Uji materi (judicial review) saat ini tanpa terasa sedang berlangsung di tingkat pengadilan tinggi seiring dengan berbagai kasus pertimahan baik dalam penambangan yang merambah kawasan hutan produksi dan hutan lindung, industri pemurnian logam timah maupun izin ekpor timah itu sendiri.

Harapan nya kedepan tentu saja pemerintah dapat menetapkan peraturan baik dalam bentuk perda, Peraturan Pemerintah, Kepres Kepmen dan undang undang yang bepihak kepada seluruh stake holder pertimahan. Bila perlu lakukan judicial review pada tataran hukum yang lebih tinggi. Bahkan untuk uji materi undang undang yang bertentangan dengan UUD 45 pun saat ini dapat dilakukan pada Mahkamah Konstitusi yang di motori oleh Jimli Assidiqi dkk.

Kedua Perkebunan, lada yang merupakan primadona sepertinya lambat laun akan menghilang dari bumi serumpun sebalai, kalau boleh meminjam istilah lahan cadangan timah maka lahan perkebunan lada sebagian besar merupakan lahan cadangan terancam. Terancam oleh kegiatan penambangan, kegiatan perkebunan sawit yang tidak berpihak kepada rakyat alias menguntungkan pengusaha tertentu, dan lahan tersisa adalah lahan konservasi hutan lindung. Buktinya pada tahun 2002 eksport lada sebesar 28.986 ton dengan perolehan devisa US$ 45,7 juta sedangkan tahun 2006 jumlah eksport hanya 9.977 ton senilai US$28,1 juta. Penurunan yang sangat signifikan

Apakah komoditas lada harus ditinggalkan? Tentu saja tidak bijak bila sektor ini di lupakan, lalu bagaimana? Sudah saatnya pola perkebunan lada yang berpindah pindah di lupakan, sosialisasi teknologi perkebunan merupakan jawaban, Eksekutif dan legislatif jangan hanya melakukan studi banding ke negeri Rumpun Bambu untuk melihat industri tapi silahkan datang ke Thailand pelajari dengan seksama teknologi pertanian dan perkebunan di sana. Penelitian dan pengembangan sektor perkebunan dan pertanianpun (khususnya lada) harus di galakkan di Bumi NSS. Sehingga ke depan dengan lahan yang terbatas NSS tetap dapat menjadikan kembali lada sebagai sektor unggulan.

Terakhir sektor perikanan, tanggal 2 Mei 2007 kami duduk di warung kopi Angew, warung yang berisikan macam macam bentuk manusia ada di situ, mulai pengamat lingkungan, LSM, pengamat ekonomi, ustadz, analis pertimahan, perikanan sampai dengan analis sorga neraka pun ada. Saat salah seorang mengatakan :

A : Perekonomian kite ancok berancok, TI dak pacak, sahang dak pacak dan ikan pun di paling urang Thailand. Tiba tiba rekan yang lain angkat bicara.

B : Macem mane dak di paling, asak lah di tangkep dilepas pulik. Ni lah aparat ne, hukum lah ade, sebener a keben die orang tu tinggal negakken bai.

C : Ki salah jok, mesege aparat tu dak de dasar kuat nangkep urang thailand ya. Keben die orang Thailand tu dak ngerase maling ikan.

B : Dek pacak beh men nya lah masok zone ekonomi ekslusif kite, hukom a wajib tangkep asak ngelawan timbak tempet.

C : Hahaha (jok ne ketawak ngakak) cemana nek nangkep, asak di tangkep urang tu mada "kami ne dak maling ikan ikak, kami cuma ngejer ikan kami yang lari ke laut ikak"

B : hehe ancok jok

Dari percakapan tersebut menunjukan bahwa undang undang tentang kelautan jelas sudah ada, masyarakat tidak buta hukum, adanya keraguan masyarakat terhadap aparat untuk mengakkan ketentuan yang berlaku.

Disamping maraknya perambahan ikan oleh nelayan asing yang bagaikan dian nan tak kunjung padam. Memang soal perikanan di Babel berbeda dengan ikan di daerah sulawesi, ikan ikan cakalang adalah ikan khas daerah sulawesi sehingga sepanjang tahun bisa di ekspoitasi. Bangka tidak memiliki ikan yang has dalam jumlah yang signifikan dan bisa di eksploitasi sepanjang tahun, karena jenis jenis ikan laut yang ada di perairan Bangka Belitung adalah jenis ikan Palagis yang memiliki tingkat migrasi sangat tinggi.

Dengan demikian untuk membuka pabrik ikan kaleng (misalnya) dalam sekala industri besar maka perlu pengkajian yang lebih mendalam, paling pas terhadap kondisi ini adalah peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Tentu saja pemberdayaannya diarahkan pada sektor industri kelautan.

Bagaimana Dalam Jangka Pendek

Masalahnya perbaikan ketiga sektor unggulan tersebut butuh waktu sehingga boleh dikatakan itu adalah second line strategy, logikanya bila orang akan mati karena kelaparan di tak akan berpikir bagaimana 7 hari kedepan tapi bagaimana hari ini dia dapat makan.

Dalam kaitannya dengan prediksi resesi tahap II maka ada beberapa tips yang bisa dilakukan :
1. Pebisnis jangan matikan uangnya dengan deposito apa lagi deposito rupiah lalu bagaimana dengan deposito US$ memang secara individu akan menguntungkan tetapi secara nasional berarti kita telah ikut berperan dalam meresesikan ekonomi Indonesia, kembali Nasionalisme kita teruji. Jadi lebih baik melakukan usaha dengan tingkat turn over yang tinggi.
2. Orang berduit yang punya Uang lebih dan selalu afkir di rekening tabungan, sudah saatnya di investasikan dalam bentuk barang/aset.
3. Orang tak berduit, jalankan saja hidup ini seperti air mengalir, Sesungguhnya orang kaya itu adalah orang yang selalu merasa cukup dan lagi pandai bersyukur.

Khoiron Kasiron

JATROPHA PADA LAHAN KRITIS EKS TAMBANG


Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat menyadari bahwa era Timah yang saat ini memang menjadi lokomotif pembangunan lambat laun tapi bisa di pastikan akan berakhir, hal ini terlihat dari skala prioritas pembangunan daerah yang menekankan pada empat sektor yaitu : Kelautan perikanan, pertanian dan perkebunan, industri dan perdagangan yang terakhir pariwisata.

Program Mining closure pun telah di lakukan oleh pelaku pelaku timah besar, lahan lahan tambang yang telah di kelola dikenal sebagai lahan kritis akan di manfaatkan kembali. Menyangkut pemanfaatan lahan kritis ini perusahaan timah terbesar di Bangka Belitung, PT Tambang Timah akan melakukan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon Jarak.

Seiring dengan kondisi dunia yang kian hari selalu dihadapkan kepada krisis bahan bakar (bukan krisis energi), pohon jarak menjadi salah satu pilihan untuk di budidayakan melalui penghijauan lahan. Disamping dapat hidup di lahan kritis atau tidak kaya humus perawatannya pun relative mudah. Sehingga dalam waktu beberapa tahun saja melalui siklus yang alami dapat membentuk kembali humus yang hilang. Selain itu bijih jarak merupakan bahan baku utama dalam pembuatan BIO FUEL dari minya jarak / Jatropha Oil sehingga tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Sinergi Pembangunan Melalui Green Babel Sebuah Kekuatan Baru

Pembangunan dalam bentuk rehabilitasi lahan kritis memang butuh biaya sangat besar oleh karenanya dalam membangun Bangka Belitung kedepan, terutama penghijauan kembali lahan lahan kritis yang telah di tinggalkan pelaku penambangan haruslah dilakukan dengan mensinergikan setiap potensi yang ada di daerah.

Pemerintah, pelaku penambangan dan masyarakat harus memiliki komitmen bersama dalam membangun kembali provinsi Bangka Belitung kedepan. Sehingga biaya pembangunan yang memang tidak bisa tidak harus dikeluarkan sedapat mungkin diminimalisasikan. Bahkan melalui konsep ”For Profit For People and For Planet” Proyek Green Babel ini dapat memberikan tambahan PAD yang signifikan bagi daerah.

Peluang dari Nilai Ekonomis

Pohon jarak menurut Prof. Dr. Ir R MAnurung secara teknis mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan yang berlebihan dengan demikian biaya perawatan ataupun biaya produksi sampai dengan masa panen tidak lah besar, misalnya di bandingkan dengan Lada.

Dengan jarak tanam 2 X 2,5 M maka untuk satu hektar dapat di tanam 2000 pohon jarak jika menggunakan bibit yang bagus dan perawatan yang memadai maka satu batang pohon mampu menghasilkan 5 kg bijih per tahun atau ekuivalen dengan 10 ton biji jarak.

Dengan perbandingan 3,5 : 1 maka dalam satu tahun akan dihasilkan Jatropha Oil sebanyak 2,86 ton per tahun per hektar. Dengan asumsi Jetropha Oil harganya sama dengan harga solar dan harga biji jarak sebagai bahan baku jetropha adalah 75% dari harga jual maka per hektar seorang petani akan menghasilkan Rp.10,71 juta pertahun.

Bandingkan dengan petani karet lateks yang per hektarnya hanya mampu memperoleh pend apatan Rp.750.000 per bulan atau Rp. 9 juta per tahun, dengan perawatan yang mudah dan umur pohon bisa mencapai puluhan tahun (bisa sampai 50 tahun). Maka Jatropha Oil dengan resources pohon jarak di lahan kritis ini, kiranya layak untuk dilirik petani di Bangka Belitung.

Jatropha dan Proyek Green Babel Wujud Sinergisme

Bila di Bangka Belitung terdapat 30 an ribu lahan kritis kemudian oleh pelaku penambang dilakukan penghijauan yang juga merupakan program Green Babel dari pemerintah Daerah. Kemudian dalam pengelolaannya menggunakan sistem inti plasma, anggap saja inti 20% sisanya plasma maka dengan asumsi per kepala keluarga memperoleh 2,5 ha berarti akan terdapat 9600 kepala keluarga yang dapat hidup dari jarak dengan penghasilan Rp.26,76 juta per tahun.

Sinergisme memalui pola inti plasma menjadi mutlak harus dilakukan karena selain merupakan wujud kepedulian perusahaan inti sebagai lokomotif hal ini juga merupakan sebuah wujud penguatan ekonomi kerakyatan. Dengan ekonomi kerakyatan yang telah terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Diharapkan Perekonomian Bangka Belitung memiliki fundamental yang kuat jika ekonomi rakyat menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian Bangka Belitung dimasa masa yang akan datang.

Luar Biasa Sinergi Green Babel melalui Jatropha Oil, perusahaan inti sebagai pengelola akan memperoleh keuntungan dari industri pengolahan Jatropha Oil(For Profit), Masyarakat dari pemasok bahan baku(For People), Pemerintah daerah memperoleh tambahan PAD dan multiplyer efek dari perputaran uang yang hampir mencapai setengah trilyun per tahun dan terakhir lahan lahan yang tadinya kritis akan kembali menghijau dengan jarak (For Planet).

Hambatan Karakter dan Solusi Aplikatif

Pola kehidupan masyarakat Bangka Belitung yang sepuluh tahun lalu mayoritas adalah petani dan berkebun saat ini telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, cangkul telah berganti dongpeng, lobang tegalan menjadi lobang camui, pupuk menjadi telah papan sakan. Perubahan perilaku kehidupan ekonomi masyarakat yang tadinya selalu berdasarkan kesinambungan ekonomi saat ini menjadi perilaku ekonomi yang serba instan, jelas sangat mempengaruhi karakter sebagian besar masyarakat Bangka Belitung.

Karakter masyarakat yang tadinya santai menjadi ingin serba cepat, yang penyabar menjadi emosional, yang berpola pikir jangka panjang menjadi Short term minded , yang lemah lembut menjadi berperangai keras. Karakter karakter seperti ini tentu saja kurang pas jika ditempatkan pada usaha perkebunan. Merubah masyarakat yang setiap pagi pergi ke tambang dan sore pulang bawa uang menjadi masyarakat yang harus sabar menunggu panen berbulan bulan bukan satu hal yang mudah.

Menghadirkan kembali sesuatu yang baru( sebetulnya bukan hal baru tetapi sempat menghilang) yaitu menjadikan masyarakat penambang kembali menjadi masyarakat petani atau berkebun, butuh komitmen baik dari pemerintah, perusahaan maupun masyarakat itu sendiri. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan program pendampingan bagi masyarakat saat proyek Green Jatropha Babel dijalankan.

Sebuah Kesimpulan
1. Penghijauan Babel merupakan sebuah keharusan untuk menyelamatkan alam dan menjadi kewajiban perusahaan penambang, masyarakat penambang dan Pemerintah untuk melaksanakannya.
2. Jatropha Oil atau minyak jarak merupakan sebuah komoditi yang memiliki nilai ekonomis bila di usahakan sedangkan pohonnya mudah hidup di lahan kritis sehingga sangat mudahuntuk proses penghijauan.
3. Menjalankan usaha dengan konsep For Profit, For People and For Planet dapat dijalankan melalui sinergisme “Green Jatropha Babel” sehingga efektifitas dan efisiensi kerja menjadi baik
4. Perubahan Karakter masyarakat yang menjadi hambatan harus dirubah dengan melakukan program pendampingan bagi masyarakat tempatan.
5. Insya Allah jika semua ini dijalankan dengan penuh komitmen dan kesungguhan Ekonomi kerakyatan yang tangguh dapat tercipta di Bumi Serumpun Sebalai.

PENULIS





Muhammad Wirtsa Firdaus

TAK ADA KALAH HEDGING YANG ADA SALAH HEDGING


CERITA BANGKRUTNYA SI AGEN BATUBARA

Awal tahun 2000an Aliong(bukan nama sebenarnya) yang tadinya berbisnis dagang kelontong melihat peluang bisnis sebagai trader batu bara, waktu terus berjalan usahanyapun merambat naik walaupun lambat tapi menunjukan trend yang positif.

Naluri bisnisnya mengatakan bahwa gerakan yang lambat ini dikarenakan dalam usahanya banyak bermain di biaya variabel sebagai komponen bahan baku utama yang dibeli kemudian dijualnya dengan spread (selisih) 1 dolar saja per ton.

Dalam pemikiran si Aliong bila ingin memperoleh pertumbuhan usaha yang lebih pesat maka dia harus mampu memastikan tingkat pendapatan untuk satu tahun kemuka (kepastian harga). Setelah ada kepastian harga jual, dalam benak Aliong, dia akan memainkan harga belinya.

Setelah mencari tahu bagaimana agar usaha tersebut dijalankan sesuai dengan pemikirannya, kesimpulan Aliong, dia harus melakukan hedging harga jual komoditi yang dibisniskannya. "XXX INSURANCE CO"(juga bukan nama sebenarnya) yang berbau luar negeri itu pun menjadi pilihan.

Tahun 2003 Aliong menerima tawaran instrumen hedging sebagai berikut :

1. Pihak I "XXX INSURANCE CO" akan menjamin harga jual batu bara di harga 25 dolar per ton apabila harga berkisar antara 21 sampai dengan 25 dolar

2. Jika harga dibawah 21 dollar maka kontrak batal dan Aliong menjual dengan harga pasar spot

3. Jika harga melambung di atas 25 dollar maka Aliong punya kewajiban menjual di harga 25 dolar sebanyak dua kali lipat dari janji jual yang telah dilakukan.

Aliong tertarik karena harga spot saat itu 21 dollar per ton maka di tandatanganilah perjanjian selama 1 tahun ke depan. Bayangkan untuk tahun 2004 Aliong telah memperoleh kepastian harga jual di 25 dollar jika harga berkisar 21 sd 25.

Berdasarkan kepastian harga tersebut Aliong melakukan beberapa transaksi penjualan dengan cara Sell forward (janji jual untuk tanggal jatuh tempo beberapa waktu kedepan) selama transaksi 1 tahun tersebut. Total transaksi sesuai batas modal yang dimiliki sebanyak 5 juta ton. Dengan spread 4 dollar per ton melalui iming iming hedging tanpa premi dari pemberi jasa instrumen hedging tersebut maka sudah terbayang keuntungan US$ 20 juta di tahun 2004.

Alih alih mendapat keuntungan pertengahan tahun 2004 harga bergerak melebihi range yang di janjikan yaitu US$ 31 per ton. Alhasil ALIONG memiliki kewajiban menjual Batubara diharga US$ 25 dolar per ton sebanyak 8 juta ton sedangkan biaya produksi saja waktu itu sudah US$ 27.

Tanpa kenal lelah Aliong melobi perusahaan pemberi jasa hedging agar diberikan keringan dengan mereskedul kewajiban penjualan kepada pihak "XXX INSURANCE CO". Namun pihak perusahaan pemberi jasa selalu menghindar dan tetap bertahan sesuai kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya

KEPUTUSAN HEDGING ALIONG SALAH ?

Keputusan untuk melakukan hedging oleh Aliong sudah tepat namun keputusannya mendapatkan instrumen hedging yang kurang tepat, mengapa sampai terjadi demikian ? Untuk memahami hal tersebut tidak ada salahnya bila kita lihat sekilas tentang Hedging yang sebetulnya sempat menjadi buah bibir sejak terjadi krisis ekonomi tahun 1998.

SEKALI LAGI TENTANG HEDGING

Secara umum hedging adalah sebuah instrumen keuangan yang memberikan perlindungan terhadap risiko Pasar atas komoditi yang kita jual atau kita beli. Yang kita pahami dari risiko pasar adalah terjadinya fluktuasi harga komoditi yang di perjualbelikan sehingga tidak memberikan kepastian atas harga itu sendiri.

PRINSIP HEDGING

Dalam melaksanakan hedging maka ada sebuah prinsip yang harus dipegang bahwa hedging tersebut membatasi risiko pasar yang kita miliki sebesar biaya yang kita keluarkan untuk melakukan hedging (misal premi) dan memberikan keuntungan yang tak terbatas terhadap komoditi yang kita jual atau beli.

KOMODITAS HEDGING

Setiap komoditas/barang yang memiliki harga tergantung kepada harga pasar (market price) untuk barang atau harga mengambang (floating rate) untuk perubahan nilai mata uang maka komoditas yang dikatagorikan seperti itu perlu dilakukan perlindungan terhadap risiko perubahan harga pasar tersebut.

Seperti halnya setiap perusahaan penghasil Timah di Pulau Bangka, ada dua hal yang perlu dilakukan perlindungan terhadap transaksinya :

1. Transaksi Penjualan Logam Timah
Setiap Perusahaan Penghasil Timah memiliki risiko terhadap pergerakan / fluktuasi harga logam timah dunia yang tecermin di pasar pasar komoditas seperti KLTM dan LME. Sehingga untuk menjamin kepastian bahwa harga jual sesuai yang di tetapkan maka perlu dilakukan perlindungan nilai harga jual.

Soal instrumen hedging yang tepat sebetulnya tergantung dengan kebutuhan dan yang paling konvensional adalah melalui SWAP, dan saat ini sudah berkembang instrumen instrumen yang lain. Seperti yang di alami oleh Aliong pada cerita diatas.

2. Transaksi Mata Uang Asing/Valas
Khusus untuk risiko valuta asing bagi perusahaan perusahaan sejenis Penghasil Timah tidaklah begitu berisiko. Perusahaan sejenis ini memiliki kewajiban membayar dalam bentuk Foreign Exchange(mata uang asing) tidak lebih dari 10% dan selebihnya adalah kewajiban membayar dalam IDR(Indonesian Rupiah).

Sedangkan pendapatan yang di peroleh hampir 90% dalam betuk FX karena sebagian besar produknya menjadi konsumsi luar negeri alias menjadi komoditi eksport. Sehingga naik turunnya FX rate tidak akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Terdapat satu kesimpulan di kalangan praktisi bahwa Pendapatan dalam bentuk valuta asing(komoditi eksport) adalah hedging terbaik bagi kewajiban pembayaran dalam valuta asing (The best hedge for FX payment is FX Income).

Lho bagaimana kalau yang menguat IDR nya? Bukankah akan lebih berbahaya karena semua kewajiban dalam IDR, hal ini berarti akan terjadi penurunan pendapatan dalam IDR sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk menjawab hal ini, perlu kiranya kita melenceng sedikit lebih jauh secara sekilas kepada mekanisme terbentuknya FX rate.

Bahwa perekonomian Indonesia tingkat kestabilannya berada jauh di bawah tingkat kestabilan negara negara Eropa dan Amerika(goyahnya Amerika Akibat kredit Property belum bisa menempatkan tingkat kestabilan Indonesia berada diatas mereka), sehingga ketidak stabilan ini lebih jauh mengakibatkan nilai tukar yang tidak stabil karena neraca perdagangan yang selalu minus, kemudian beban hutang yang semakin bertambah. Kondisi umum seperti tersebut diatas mengakibatkan mata uang kita di posisikan sebagai weak currency bila dibandingkan dengan banyak negara lain di dunia. Sedangkan mata uang mereka adalah Strong Currency bagi kita.

Konsekuensinya adalah pada saat kita akan melakukan penjualan mata uang IDR dengan setlement date/due date/jatuh tempo bukan today(hari saat transaksi) maka sipemilik IDR harus membayar sejumlah premi(selisih harga hari ini dengan harga akan datang yang lebih tinggi) terhadap FX yang kita beli.

Artinya setiap Perusahaan Penghasil Timah Tidak perlu melakukan hedging nilai FX yang dimilikinya terhadap kewajiban membayar dalam rupiah. KEY WORD: "STRONG CURRENCY AGAINST WEAK CURRENCY". Karena baik secara fundamental analisis maupun chartis analisis posisi rupiah sebagai weak currency dalam beberapa tahun kedepan tidak akan ada penguatan yang signifikan terhadap FX curency terutama US $.

SYARAT HEDGING

Kembali kepersolan hedging, agar hedging dapat terlaksana maka syarat syarat yang harus di penuhi adalah :
1. Ada komoditi yang di jual atau di beli yg harganya kita hedge
2. Ada fluktuasi harga yang menyebabkan ketidak pastian
3. Ada pihak memerlukan hedging
4. Ada pihak penjamin yang memberikan jasa hedging
5. Management perusahaan telah memiliki prencanaan
pembayaran yang jelas dan baik

INSTRUMEN TERUS BERKEMBANG

Jika dulu hedging lebih dikenal melalui instrumen instrumen sederhana seperti swap, option dll maka saat ini instrumen yang ditawarkan oleh pihak pemberi jasa beraneka ragam. Misalnya ada pihak yg berani menawarkan pola hedging yang tidak ada biayanya(ZERO COST).

Masalahnya tidak mungkin seorang atau sebuah badan yang memberikan jasa hedging terhadap risiko orang lain tanpa mereka memperoleh pendapatan atas jasa yang telah mereka berikan.

Lho lalu kenyataannya mereka mampu memberikan pelayanan seperti itu. Nonsen ... jika mereka tidak memperoleh penerimaan dari perusahaan yang menerima jasa berarti bisa dipastikan mereka pasti mengambil manfaat dari ikatan kontrak kerja hedging tersebut.

BAGAIMANA KITA BERSIKAP

Disinilah key point nya kita harus jeli dan waspada, bukan tidak mungkin prinsip Hedging di atas malah menjadi terbalik kondisinya. Yaitu membatasi jumlah keuntungan yang kita peroleh dengan dalih mengeleminir ketidakpastian dan sebaliknya membuat kemungkinan rugi kita menjadi tidak terbatas. Sekali lagi hati hati dan waspada.

Terkadang buaian penjual produk tidaklah lebih manis dari produk yang ditawarkan, bahkan kadang produknya terasa sedikit pahit dan sepet. Namun teknis menjual yg dilakukan mampu membungkus itu sehingga kelihatan seperti produk unggulan.

Lebih ekstreem lagi sebetulnya bukan hedging yang ditawarkan tapi tidak lebih dari sebuah transaksi dengan spekulasi tinggi. Inilah yang dimaksud memberikan tingkat kepastian yang terbatas namun memberikan risiko yang tak terbatas(Terbalik dari prinsip hedging).

Jadi dalam menyikapi banyaknya produk yang ditawarkan kita harus berpegang pada prinsip awal yang kita gunakan untuk menilai kelayakan banyaknya produk hedging yang ditawarkan yaitu membatasi kerugian (cut loss) dan menciptakan peluang memperoleh keuntungan yang besar.

KEMBALI KE LAPTOP

Singkat cerita Aliong jatuh miskin karena kerugian sebesar US$ 2 di kalikan 8 juta ton atau sebesar US$ 16 juta. Sementara niat baik untuk mereskedule kewajibanpun tidak mendapat respon dari pihak penjamin.

Masih di pertengahan tahun 2004 di media lokal sebuah daerah penghasil batu bara, tersiar berita menggemparkan seorang businesman muda tewas menggenaskan jatuh dari lantai 5 sebuah hotel terkemuka. Ternyata Aliong memilih jalur singkat karena sudah tak sanggup memikul beban hutang sebanyak itu. Setelah satu minggu kematiannya muncul headline di media "KALAH HEDGING ALIONG BUNUH DIRI"

ADA ADA SAJA

Entah wartawan yang salah kasih judul atau memang instrumennya yang salah. Tapi yang jelas tidak benar jika dengan hedging yang kita lakukan malah membuat risiko yang kita terima menjadi tak terbatas. Jadi Tidak Ada Istilah Kalah Hedging, istilah seperti ini terkesan mengada ada dan terlalu dipaksakan.

KARENA Hedging bukan trading sehingga menyebabkan untung rugi (loss and gain) tapi adalah sebuah instrumen yang mampu menjamin kepastian pengeluaran dan pendapatan bagi para pengusaha dengan mengeliminasi fluktuasi harga (market risk) komoditas yang berhubungan dengan kegiatan usahanya

PENTINGNYA TREASURY HANDAL

Semakin banyak dan beragamnya produk keuangan turunan menginspirasikan para finance manager untuk berkreasi menciptakan pola hedging yang beragam pula. Karena hedging dalam perdagangan memiliki keterkaitan yang erat dengan produk produk keuangan tersebut.

Fungsi Treasury sebagai pengelola risiko pasar mutlak harus di miliki oleh perusahaan apalagi dengan predikat perusaah multinasional. Fungsi ini bisa melekat pada satuan kerja terkait maupun berdiri sendiri.

Selama ini kita beranggapan Keuangan identik dengan unit kerja treasury, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Treasury tidak hanya bicara soal pembayaran, penerimaan, penempatan. Tapi lebih luas dari yang kita bayangkan.

Treasury Management harus mampu mengoptimalkan sumber keuangan perusahaan secara maksimal. Artinya Pertama, paling tidak dalam satu tahun anggaran tersebut harus mampu membuat rencana penerimaan dan pembayaran yang tingkat keakuratannya tinggi bila terdapat penyimpangan maka penyimpangan dari rencana tersebut harus mampu di jelaskan oleh seorang manager treasury.

Kedua, mampu menganalisa situasi pasar baik secara fundamental dan historikal sehingga dapat merekomendasi kan dengan benar kepada CEO atau Finance Director Instrumen atau produk keuangan apa yang layak dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memaksimalkan sumber keuangan perusahaan tentunya berdasarkan pertimbangan poin pertama diatas.

Ketiga, Memiliki job desc, batasan otoritas, aturan main yang tegas dan jelas sehingga tercipta internal kontrol yang memadai. Hal ini menjadi sangat penting mengingat aset yang dikelola adalah aset yang paling liquid di perusahaan.

Keempat, mengingat luasnya fungsi treasury disamping untuk kepentingan fungsi internal controll yang memadai maka pemisahan antara Akuntansi dan Treasury menjadi mutlak harus dilakukan. Artinya dalam struktur organisasi perusahaanpun seharusnya kedua organisasi ini memiliki kedudukan yang berimbang.

Terakhir, capabilitas SDM di lingkungan treasury harus selalu ditingkatkan atau di up to date kan. Karena produk produk keuangan yang harus dikelola oleh treasury ini terus saja berkembang dari tahun ke tahun.

Dengan treasury management yang handal diharapkan risiko harga dan risiko keuangan dapat dimanajemeni dengan baik. Karena seperti dikatakan sebelumnya bahwa Hedging memiliki keterkaitan yang erat dengan produk produk keuangan


Akhir Cerita : "Apapun SPEKULASI nya bukan HEDGING namanya"
Pangkalpinang, 1 September 2007