Jumat, 17 Oktober 2008

Renungan Untuk Kami Kaum Buruh


SIKAP, INTEGRITAS DAN MENTALITAS
Muhammad Wirtsa Firdaus
Ketua Umum Ikatan Karyawan Timah

Ditengah berita krisis yang begitu gencar kemarin terselip sebuah sms pembaca di harian local Bangka Pos…rasanya kok sampai sekarang saya masih tidak percaya hal seperti itu terjadi dan mudah mudahan itu memang tidak terjadi… tentang hal hal seperti ini kiranya perlu kita renungkan ulang untuk kebaikan kita semua….selamat menikmati renungan ini .

“Apakah Benar KaryawanWasprod?
Yth. Ka. Wasprod Belinyu, ada orang yang mengaku karyawan yang mengatasnamakan kepala bagian yang sering pungli ke TI TIilegal dank e parit parit minta jatah dengan gaya pakai mobil hi-lux silver, kadang kepala bagian k2 kadang dia bilang asisten wasprod. Jika tidak di kasi duit bensin dia marah. Kami HArap ka wasprod belinyu bertindak.
085273576****

Demikianlah komentar masyarakat yang disampaikan kepada seluruh masyrakat Bangka Belitung melalui media SMS di harian loKal Bangka Pos tanggal 09 Oktober 2008. Harapannya trentu saja hal ini tidak terjadi di perusahaan kita. Sebuah perusahaan yang memiliki Budaya dan sikap kerja yang luar biasa sejak belasan tahun yang lalu, K3 PTPRS.

Seandainya berita itu benar, pertanyaannya mengapa hal ini dapat terjadi? Apakah budaya kerja Kebersihan, Keterbukaan dan Kebersamaan serta sikap kerja Percaya Terbuka Positif, Rasionil dan Sadar Biaya itu telah luntur dihati para pejuang timah saat ini?

Ada beberapa referensi yang bercerita tentang perilaku bangsa kita pada umumnya seperti kata Mochtar Lubis, budayawan dan wartaawan kondang era 70 an, “Salah satu ciri manusia Indonesia (dari enam ciri yang disebutkan) adalah HIPOKRIT alias munafik, suka berpura pura , lain di muka lain di belakang. Sikap munafik ini memungkinkan korupsi berlangsung begitu hebatdan terus menerus”

Kemudian Koentjaraningratseorang antropolog UI yang mengupas tentang mentalitas bangsa ini secara lebih sistematis dengan argument lebih akademis. Menurutnya “ perilaku malas dan korup yang mewabah dikalangan masyarakat kita ternyata memiliki akar sejak masa Kolonial yaitu MENTAL BURUK PRIYAI.

Dalam memaknai hubungan manusia, mental priyayi berpandangan bahwa segala tindakan harus diarahkan untuk pelayanandan penghoramatan kepada atasan, senior, dan pimpinan. Seorang bawahan akan merasa mulia bila mampu memberikan pelayanan terbaik kepada atasan, adalah sebuah kebanggaan bila bawahan memberi cindera mata bingkisan kepada atasan.

Mentalitas ini mendorong praktek korupsi, mula mula orang hanya menjalankan tradisi lama bahwa bawahan harus memberikan bingkisan kepada atasan untuk menjaga hubungan baik. Saat ini praktik demikian tentu tidak bisa dibenarkan dan masuk dalam katagori suap karena dalam system administrasi modern hak dan kewajiban atasn dan bawahan telah dirumuskan dengan jelas.

Perlukah Panutan?
Kalau sudah ada kesan setreotype yang buruk secara umum tentang sebuah komunitas seperti yang di gambarakan oleh dua orang diatas lalu bagaimana kita harus berprilaku?
Sepertinya untuk menjawab ini kita harus membaca Buku Laskar Pelangi, yang jelas kita tidak boleh menerima begitu saja dan pasrah terhadap kesan negative yang dilekatkan pada diri kita selama bertahun tahun entah oleh siapa. JAngan kita pasrah dan larut dalam urusan yang tidak konstruktif.

Panutan ? Ahhhhh sepertinya kita sudah kehilangan panutan… banyak opini bermunculan agar bangsa ini tidak usah menggantungkan pada figure tapi percayalah pada system. Penganut paham ini bilang sebaik baiknya(sesaleh salehnya) orang bila hidup di lingkungan system yang rusak maka mereka bisa jadi korup(Nurcholis Madjid).

Apakah benar demikian, bahwa kita tak perlu figure… yang jelas kita hidup dalam masyarakat yang komunal bukan individualistic sehingga tetap saja tokoh panutan tetap diperlukan. Idealnya Sistem yang baik dibentuk dan untuk menjalankan system tersebut kita butuh figure yang baik pula…. Agar kesan streotyp yang buruk tersebut dapat kita hilangkan.

Korupsi jelas bukan karena seseorang itu miskin tapi perkara mental, sikap dan integritas. BAnyak orang kaya jadi miskin, banyak yang kaya makin kaya yang miskin tambah miskin, ada pula yang miskin jadi kaya tapi yang paling mengerikan adalah ORANG KAYA YANG BERWAWASAN MISKIN. Sehingga mental korup itu terus menjamur….

Menrut Andre Hirata si IKAL pengarang Laskar Pelangi “Hubungan kaya miskin dan sukses adalah semata persolan “INTEGRITAS, SIKAP DAN MENTALITAS”
Sebagai manusia timah sudah jelas bahwa mental kita adalah mental, sikap dan integritas dalam K3PTPRS

Salam

1 komentar:

Unknown mengatakan...

"Dan sungguh, Kami telah meneguhkan kedudukan mereka (dengan kemakmuran dan kekuatan) yang belum pernah Kami berikan kepada kamu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi tidak berguna sedikitpun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah"