Selasa, 30 Agustus 2011

Iedul Fitri 1432 H Pangkalpinang 30 Agustus 2011


تقبل الله مناومنكم صيمنا وصيمكم

اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ


Selasa 30 Agustus 2011 bertepatan dengan 1 Syawal 1432 H Warga Muhammadiyah memenuhi halaman komplek perguruan Muhammadiyah di Jalan Kenangan guna menunaikan ibadah Sholat Iedul Fitri setelah sebulan penuh melaksanakan Ibadah Puasaa guna menggapai cita cita setiap muslim yang menjalankan ibadah puasaa yaitu menjadi orang yang Mutaqien yaitu ahli dalam bertaqwa.

Dalam khotbahnya Ust. H. Karim Syamsuri Menyampaikan setidak tidaknya dalam iedul Fitri ini umat islam yang telah menjalankan Ibadah Puasaa selama satu bulan dapat Menjadi umat yang gemar menjalankan Ibadah yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Sebetulnya itu lah tanda bahwa seseoreang telah menjalankan ibasdah puasaa dalam Ramadhan yang baru dilalui.

Hal kedua, umat islam dalam iedul fitri dan hari hari sesudahnya dapat menjadi umat yang mampu menahan diri. Hal ini penting untuk membangun kehidupan yang di inginkan dan di ridhoi oleh allah SWT. Yaitu kehidupan sebuah negeri yang Baldatun tayibatun warobun ghofur.

Guna mencapai Kehidupan yang di ridhoi Allah SWT maka umat islam harus meningkatkan KEIMANAN dan KETAQWAANNYA. Sesungguhnya orang orang yang mengaku beriman kepadaKU dan mereka menjalankan kehidupannya dengan lurus maka Allwah SWT akan melindungi kehidupan mereka di muka Bumi, sekalipun kita dalam kesempitan.

Kesombongan meruntuhkan Keimanan
Keimanan seseorang yang kuat bukan tidak mungkin tergoyahkan, semakin kuat Keimanan seseorang maka semakin kuat pula godaan yang di alaminya.

Godaan yang paling gampang masuk
adalah rasa ujub dunia atau sombong
terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya. Hal hal seperti inilah yang
kemudian akan menjatuhkan keimanan
dan kletaqwaan seseorang sehingga dapat mencapai kehidupan yang di ridhoi oleh ALLAH SWT.

Kedua untuk mencapai kehidupan yang di Ridhoi Allah harus meningkatkan Ibadah dalam kehidupannya.

Ketiga, Menegakkan keadilan Allah memerintahkan kepasda kita untuk berbuat adil dalam menjalankan kehidupan sehari hari. Sepanjang keadilan tidak ditegakkan maka akan sulit kita mencapai kehidupan yang Baldatun Warerobun ghofur.

Keempat, pendidikan harus di tingkatkan. Umat muslim diwajibkan meninggalkan
anak anaknya sebagai generasi yang kuat, kuat keimanannya, kuat ekonomi, agar kuat dalam hadapi kehidupan.

Demikian disampaikan dan disaerikan dalam khotbah iedul fitrri 1432 H di halaman peerguruan Muhammadiyah Jalan Kenangan Pangkalpinang Bangka.

Sholat Iedul fitri hari senin tanggal 30 Agustus 2011 dihadiri umat muslim dari berbagai penjuru kota Pangkalpinang sehingga halaman perguruan mihammadiyah tampak tidak cukup menampung jamaah yang hadir sehingga ibadah sholat ied, terutama ibu ibu, harus menggunakan jalan raya didepan perguruan tersebut.

Ta'arofu seusai Ibadah sholat Iedul Fitri

Sholat iedul fitri di perguruan Muhammadiyah sekaligus menjadi tempat shilaturahmi bagi umat muslim baik yang datang dari seputaran pangkalpinang maupun bagi perantauan yang mudik ke Pangkalpinang.

Acara ramah tamah tampak penuh kegembiraan dan rasa haru, ustadz hasan Rumata sekretaris Pengurus Wilayah Muhammadiyah tampak berkaca kaca menahan rasa gembira dan haru menyambut hari kemenangan bersaama sama handaitaulan di sela sela pertemuan dengan saudara saudara muslimin dan muslimat seusai menunaikan ibadah Sholat Iesdul fitri 1432 H.

Pertemuan sejawat waktu menunaikan pendidikan, pertemuan guru dan murid, semua melebur hati dalam suasana ibadah yang khusuk. Semoga kehidupan yang dridhoi Allah Swt Seperti yang disampaikan dalam khotbah iedul fitri dapat tercapai "Baldatun Tayyibatun Warrobun Ghofur"

Pangkalpinang, 30 Agustus 2011
Kontributor Media
Kriopanting


Selasa, 30/08/2011 04:14 WIB
Laporan dari Den Haag
Prof. Sofjan: Jangan Sakralkan Rukyah
Eddi Santosa : detikNews
detikcom - Den Haag, Hadits tentang rukyah tidak secara eksplisit melarang metode lain untuk menentukan bulan baru. Rukyah bukan ritual, oleh karena itu hendaknya rukyah tidak disakralkan.

Hal itu disampaikan Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA dari De Nederlandse Raad
voor Ifta (Dewan Fatwa Negeri Belanda, red), dalam perbincangan melalui telepon dengan detikcom Den Haag, Senin malam atau Selasa (30/8/2011) WIB.

Penentuan bulan baru dalam Islam dapat ditempuh berdasarkan atas observasi hilal pada hari ke- 29. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW:

"Berpuasalah kalian karena melihatnya dan akhiri puasa karena melihatnya.Sesungguhnya kami ini masyarakat buta huruf, tidak dapat menulis dan menghitung (ilmu perbintangan), jumlah hari- hari dalam
sebulan adalah begini dan begini (sambil memberi isyarat dengan kedua
tangannya), yakni kadang 29 dan kadang 30 hari. (HR. Bukhari III/25 dan Muslim III/124).

Pengamatan hilal merupakan satu-satunya metode di masa Nabi SAW untuk menentukan kapan orang seyogyanya memulai puasa atau Idul Fitri. Hadits ini tidak secara eksplisit melarang metode lain untuk menentukan bulan baru.

Pada bagian akhir hadits tersebut Nabi SAW mengaitkan observasi hilal dengan buta huruf masyarakat di masa itu. Adalah sangat esensial untuk mengetahui bahwa rukyah adalah metode atau alat untuk menentukan kapan puasa dimulai dan diakhiri, namun tidak memiliki karakter ritual.

"Oleh sebab itu pelaksanaan rukyah tidak boleh diritualkan, apalagi disakralkan," tegas Sofjan.

Dijelaskan, Nabi SAW telah menetapkan illat atau alasan penggunaan metode rukyah hanya untuk masyarakatnya, sebab mereka saat itu buta huruf.

Sesuai kaidah fiqh Al hukmu yaduru maal illah wujudan wa adaman (keberlakuan suatu aturan atau hukum terkait dengan ada atau tidaknya alasan). Dalam hal tidak ada alasan, maka status yuridis aturan yang bersangkutan otomatis gugur.

Di masa Nabi SAW hilal hanya bisa
ditentukan melalui rukyah. Sedangkan di masa kini dimungkinkan untuk menetapkan kapan bulan baru dengan akurasi tinggi.

"Memperhatikan ketelitian perhitungan astronomi saat ini, kita dapat mengetahui dengan eksak mengenai kapan konjungsi geosentris terjadi dan kapan eksistensi hilal," terang Sofjan.

Konjungsi ini, Senin (29 Ramadan 1432 H) atau 29/8/2011 terjadi di pagi hari. Jadi ada peluang besar untuk melihat hilal pada tempat-tempat berbeda di seluruh dunia. Misalnya di Indonesia, ketinggian hilal kira-kira 2 derajat di atas ufuk (horizon). Itu berarti bahwa di negara-negara sebelah Barat Indonesia posisi hilallebih besar.

"Kalaupun hilal tidak terlihat, berdasarkan perhitungan itu kita meyakini bahwa hilal bulan Syawal telah muncul dan valid secara hukum. Artinya bahwa 1 Syawal bertepatan dengan 30 Agustus 2011," demikian Sofjan.

Tidak ada komentar: