Rabu, 20 Maret 2013

Dirut PT Timah:Bila Target 100 Ribu Ton,70 Ribu Ton-nya Darimana?

Jakarta, Seruu.com – Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk, Sukrisno,  mengaku tidak tahu menahu seputar pentargetan produksi timah nasional tahun ini yaitu sebesar 100 ribu ton yang pernah dilontarkan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu. Ia memperjelas bahwa korporasinya tahun ini hanya mematok target 30 ribu ton saja, dia justru kembali mempertanyakan darimana kekurangan 70 ribu ton dari target tersebut bisa dipenuhi.




“Terus terang ya, saya nggak tau target itu darimana, tetapi dari PT Timah hanya 30 ribu ton. Artinya 70 ribu-nya itu saya nggak tahu dapat dari mana perhitungannya?” kata Sukrisno ketika ditemui di Komisi VII seusai RDP beberapa saat lalu, Senin (18/3/13).

Sukrisno menyadari jika kinerja perusahaan pelat merah tersebut menurun pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 dengan dalih turunnya harga timah, bahkan penurunan tersebut hingga 6 ribu ton. Maka dengan dengan kondisi ini, sekalipun jumlah penjualan logam bertambah tapi tidak bisa mengkompensir penurunan harga.

“Turunnya itu kan cukup besar, sampe rata-ratanya sekitar 6 ribu-lah turun. Jadi meskipun jumlah penjualan logam itu bertambah, tapi tidak bisa mengkompensir penurunan harga, sehingga pendapatannya juga turun,” terangnya.

Ia menambahkan, dengan turunnya pendapatan bisa dipastikan laba usaha dan laba bersih PT Timah anjlok hingga hanya tercapai sekitar 49 persen. “Mudah-mudahan di tahun berikutnya itu akan lebih bagus dengan harga yang sudah mulai naik. Sekarang harga sudah mulai naik diatas R 23 ribu. Nah itulah yang diharapkan,” pungkasnya.


Pernyataan berbeda justru dilontarkan Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral KESDM, Dede Ida Suhendra ketika dihubungi Seruu.com pada Jumat (15/3/13), ia berkata mungkin saja pemerintah mentargetkan 100 ribu ton. Mengingat ada sekitar 20 perusahaan smelter swasta di Bangka, apalagi seumpama masa kontrak perusahaan KK PT Koba Tin tidak diperpanjang masih bisa berproduksi.

“Mungkin segitu targetnya, banyak smelter-smelter kita ada 20-an, Koba Tin juga nggak langsung mati masih berproduksi. Tentu kalau tidak tercapai ada alasan teknis, tapi kalau kalau DPR tidak setuju dengan perpanjangan kontrak Koba Tin tentu akan terkendala dalam produksi, ada stagnasi”, tuturnya kepada Seruu.com di Jakarta, Jumat (15/3/13).

Berdasarkan laporan produksi PT timah di tahun lalu, penurunan produksi bijih timah memang 14% lebih rendah dibanding tahun 2011 yaitu 28.156 ton, menjadi 24.357 ton pada tahun 2012 karena membanjirnya bijih timah ilegal di pasaran. Tak ayal jika banyak yang menilai target 100 ribu ton dari Jero wacik sangat mustahil untuk dipenuhi. Wirsta Firdaus sebagai Ketua IKT (Ikatan Karyawan Timah) tak segan menyebut menteri ESDM itu ngelindur lantaran sudah mengetahui kondisi sebenarnya pertimahan Babel namun mematok angka 100 ribu ton.






Ia menangkap adanya indikasi 70 ribu ton targetnya akan didapat dari perusahaan lain yang notabene jauh lebih kecil produksinya bahkan dipastikan banyak tambang illegal yang meramaikan, dalam arti lain Jero Wacik membuat massive pergerakan ilegal mining Babel untuk tahun ini




.

“Bagaimana mungkin gabungan perusahaan swasta dan PT Koba Tin bisa menghasilkan timah melebihi produksi PT Timah sendiri jika bukan dari praktik ilegal mining. Jangan-jangan Jero Wacik saat ini, sudah merestui timah ilegal, ini yang membingungkan, masa seorang menteri ESDM tidak mengetahui persoalan timah yang ada di Bangka Belitung. Padahal jelas sudah dilaporkan ke Minerba. Ngelindur sepertinya Pak Wacik ini,"tegas Wirsta. [Ain]

Tidak ada komentar: