Selasa, 16 September 2008

Angkat Bendera Perang Terhadap Pengrusakan Lingkungan

Hari lingkungan dunia yang jatuh pada tanggal 5 juni 2008 bukan untuk diperingati dengan gembira. Sebaliknya kita harus banyak merenung karena kita telah kalah perang melawan pengrusakan lingkungan, pengrusakan telah dimulai berabad-abad yang lalu tapi kita baru giat memikirkan lingkungan menjelang akhir abad 20.

Perang tidak harus dengan senjata api atau senjata pemusnah lainnya, apalagi saat kita bicara tentang perang terhadap pengrusakan lingkungan yang terus-menerus, dari hari ke hari, tidak terkendali. Kerusakan yang mengakibatkan pemanasan global karena suhu dunia yang terus meningkat, gas emisi karbon, deforestasi baik untuk pemanfaatan kayu maupun dibuka sebagai daerah penghasil mineral tambang.

Seharusnya perang terhadap aktivitas pengrusakan lingkungan dimulai bersamaan dengan kegiatan pengrusakan itu sendiri yang dilakukan secara massal. Adalah revolusi industri di eropa pada abad 17 yang menandai pengrusakan tersebut. Eforia penemuan peralatan industri sangat luar biasa karena dianggap bisa meningkatkan efisiensi usaha dan pengakuan sebagai manusia yang hidup di abad modern bila menguasai atau menggunakan teknologi terkini. Sangat disayangkan hal ini telah melalaikan para pendahulu kita terhadap dampak yang diakibatkan dari revolusi industri.

Pada masa revolusi industri lahirlah para ekonom ekonom yang memunculkan berbagai teori ekonomi. Diantaranya Adam Smith dengan semangat kapitalismenya dan ekonom brilian lainnya. Sementara itu tidak ada nama yang cukup terkenal yang muncul dari kalangan penggiat lingkungan. Untung saja, pada waktu itu di tiap-tiap daerah di dunia ini hampir dipastikan memiliki menu-menu lingkungan yang sering kita sebut muatan lokal. Misalnya di negeri Chiko Mendez, seorang penggiat lingkungan yang memperjuangkan lingkungan di Brazil sampai mengorbankan nyawa dan hidup pada dekade 1900-an. Di sana, panen karet diberi batas kuota dan saat memanen pun harus dengan cara tertentu yang sangat memperhatikan kesehatan tanaman itu sendiri. Dengan demikian keberlangsungan lingkungan yang asri dapat tetap terjaga.

David versus Golliath

Melihat kondisi diatas saya ingin mengatakan bahwa para kaum borju dengan semangat kapitalisnya adalah pemusnah bernama Golliath. Kaum ini terus melakukan investasi secara besar-besaran. Sementara penggiat lingkungan dianggap sebagai batu krikil yang dapat disingkirkan ke kiri dan kanan serta sangat disepelekan.
Meski demikian, kaum Borju lupa bahwa sejarah telah mencatat kalau kerikil yang menjadi senjata David mampu menaklukan si pemusnah Golliath. Akan samakah keberuntungan para penggiat lingkungan dengan David?

Saat ini kemenangan David semakin menunjukkan tanda tandanya, isue global tentang lingkungan semakin marak ditandai dengan munculnya berbagai istilah lingkungan sebagai senjata perang. Mulai dari lubang hitam di ozon, efek rumah kaca, friday blue sky, bike to work, pemanasan global, save the earth, go green, say no to mining say yes to planting. Boleh dikatakan saat-saat ini seharusnya para kaum kapitalis yang semata-mata selalu mengejar keuntungan itu merasa malu kalau mereka mengaku sebagai kapitalis. Apalagi aturan-aturan tentang lingkungan sudah begitu banyak dikeluarkan. Jangan-jangan Bapaknya Kapitais pun "ADAM SMITH" malu mengaku dirinya sebagai seorang Dewanya kaum Borju Kapitalis itu.

Bangka Belitung Tidak Tanggap

Walau genderang perang terhadap pengrusak lingkungan semakin kencang ditabuh, apalagi ditandai bergulirnya Protokol Kyoto hingga ke Bali roadmap, Bangka Belitung tetap adem ayem. Mesin dongpeng terus menderu seperti naik turunnya iman seseorang. Manakala situasi tidak mungkin, mereka lenyap. Di saat lain bila aman mereka kembali berdatangan entah dari mana.

Apakah salah? tidak.....!!! Mereka adalah rakyat yang memang berhak menikmati manfaat yang terkandung didalam bumi seperti yang diamanahkan oleh Undang Undang dasar 45. Yang salah adalah orang-orang borju pengikut Mr Adam yang tidak tahu bahwa guru mereka akan sangat malu melihat tingkah mereka. Karakter masyarakat Bangka yang penuh toleransi mungkin harus dideskripsikan ulang khusus untuk menata persoalan lingkungan.
Sudah saatnya kita tidak memberikan toleransi kepada para perusak lingkungan yang hanya mengambil kepintingan pribadi dari kegiatan yang mereka lakukan.

Demikian juga dengan aparatur pemerintahan, penegak hukum maupun legislatif, mari kita buka hati nurani dan sama sama berkaca apa yang telah kita berikan kepada negeri Serumpun Sebalai. Mungkin ada baiknya jika kita mendaftarkan diri kepada Andrea Hirata sebagai anggota Laskar Pelangi untuk menyelamatkan negeri tercinta. Kita butuh keberanian, semangat, kebersamaan, kecerdikan dan kejujuran seperti Sepuluh Anak Biliton Dalam buku Tetralogi Laskar pelangi untuk melakukannya.

Lingkungan dan Perekonomian

Berbicara sedikit soal lingkungan dan perekonomian di bumi serumpun sebalai ini, salah seorang pelaku ekonomi mengaku bakal kerepotan kalau seandainya dilarang menambang timah. Menurutnya, satu-satunya sumber yang paling menarik saat ini adalah bijih timah yang telah di keruk oleh penjajah sejak ratusan tahun yg lalu. "Urusan lingkungan kan ada yang memikirkan," begitu katanya diujung perbincangan.

"Bung bukan seperti itu," sergah salah satu laskar pelangi. Mari kita sikapi eforia di Bangka Belitung ini dengan Bijak. Mari kita jadikan Timah sebagai sumber kekuatan ekonomi kita sekarang dan kedepan. Kita minta kepada pemerintah untuk menegakkan aturan dengan benar, tindak oknum yang bermain mata dengan pelaku kejahatan lingkungan lewat aktivitas penambangan.

"Hanya seperti itu?" tanyanya. Ya tidak. Dana yang diperoleh dari mengeksploitasi kekayaan mineral timah ini pemerintah harus menjadikanya sebagai modal untuk pembangunan infra struktur bisnis yang ramah lingkungan.

"Bukan urusan kita itu biarkan saja pemerintah yang memikirkan" timpal si Borju

Karena sudah letih memberi penjelasan akhirnya anggota Laskar Pelangi bilang, "Hei Borju singkatnya begini, silahkan mengeksploitasi bijih tapi harus seusai peraturan dan perundangan termasuk peraturan tentang lingkungan kalau ndak hati hati tangan dua bisa jadi satu(diborgol),"

"Mane kenek lah(Terserahlah) yang penting duit masuk, jangankan kita, yang di DPR pun mikirnya duit seperti lagu slank itu," ujar Borju sambil ngeloyor pergi.

OKNUM LINGKUNGAN

Namanya juga oknum, terjemahan bebas nya adalah seseoran atau sekelompok orang yang memanfaatkan kekuasaan yang diamanahkan negara kepadanya hanya untuk kepentingan pribadi semata tanpa menghiraukan dampak/akibat yang timbul baik secara langsung maupun dimasa yang akan datang.

Nah.. Oknum lingkungan adalah oknum yang memperoleh manfaat dari air, udara, tanah dan kekayaan yang terkandung didalamnya tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang terjadi. Mereka dapat berasal dari kalangan pengusaha yang borju kapitalis, penguasa beserta jajaran yang tidak amanah, penegak hukum yang tergoda hati nuraninya, legislatif yang membuat peraturan berdasarkan kepentingan fihak tertentu.

Jangan berikan toleransi kepada oknum, bukankah yang namanya oknum memiliki kecendrungan untuk melakukan perbuatan korupsi yang jelas akan merugikan rakyat dan negara. Mengambil manfaat dari alam tanpa peduli lingkungan adalah perbuatan ilegal, sungguh memalukan bila terjadi pada NEGERI LASKAR PELANGI DI BUMI SERUMPUN SEBALAI. Padahal kita sempat menghasilkan beberapa penegak hukum yang tak lagi diragukan integritasnya pertama Erry Riyana Harja Pamekas, mantan anggota KPK dan yang terakhir Antasari Azhar putra daerah yang Ketua KPK saat ini.

Tampaknya negeri ini perlu diaudit khusus lingkungan secara terintegrasi dan sistemik yang dilakukan oleh KPK sehingga oknum yang terlibat dapat segera di eksekusi dengan hukuman yang setimpal. Shock theraphy seperti ini perlu dilakukan sehingga seluruh masyarakat negeri ini dapat lebih menghargai pentingnya lingkungan hidup yang tiap kali membicarakannya tidak dapat lepas dari persoalan biostik, anbiostik dan cultur

Persoalan lingkungan telah menjadi masalah yang cukup kompleks perlu keseriusan untuk dapat menarik benang merahnya agar peraturan dapat ditegakkan dan dapat memberikan kepuasaan kepda semua pihak. Tapi apakah kebenaran harus di gugurkan untuk memuaskan hawa nafsu. Tentu saja TIDAK lalu bagai mana? MARI KITA BERTANYA PADA RUMPUT YANG BERGOYANG

Tidak ada komentar: