Senin, 08 September 2008

GUBERNUR MENGGUGAT PT TIMAH

Apa Betul Gubernur Menggugat PT Timah (Persero) Tbk

Miris, menakutkan sekaligus menyedihkan bila Headline Bangka Pos Minggu 3 Agustus 2008 benar benar terjadi. Sebuah badan usaha milik negara digugat oleh kepala daerah yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mau jadi apa negeri ini bila hal itu terjadi.

Seorang kepala daerah, penguasa, yang bijak akan melindungi seluruh rakyat maupun institusi yang berada dibawahnya, apalagi mereka yang mampu memberikan kontribusi kepada negara termasuk daerah di mana mereka berada. Apalagi seperti PT Timah, saya yakin dan sangat percaya sebuah perusahaan Milik Negara alias PLAT MERAH yang satu satunya memiliki kantor pusat di Bangka Belitung ini adalah pemberi kontribusi yang sangat besar bagi daerah, baik langsung maupun tak langsung(multiplier efek). Pada tahun ini saja, tidak kurang dari angka 712 miliar rupiah telah di setorkan kepada negara.

Berdasarkan pemikiran sederhana diatas maka saya berpendapat Gubernur tentu tidak akan pernah menggugat BUMN yang sampai dengan saat ini telah berumur 32 tahun kecuali perusahaan ini telah merubah kapalnya menjadi kapal Bajak Laut maka wajib lah dia di perangi. Ini adalah sebuah keyakinan saya sebagai ketua Ikatan Karyawan Timah yang selalu menginginkan situasi bisnis dan kondisi sosial kondusif sehingga para anggota kami yang lebih dari 4.500 orang ini dapat bekerja dengan tenang, tanpa harus ada rasa khawatir akan melakukan perbuatan melawan hukum karena ketidak pastian hukum itu sendiri.

Judul berita yang Mengusik ketenangan
Terus terang pemberitaan ini sangat mengganggu ketentraman karyawan dan berikut keluarganya. Kami khawatir bila situasi seperti ini terus berkembang sehingga membuat perusahaan tempat kami bekerja yang tadinya prospek dan menguntungkan menjadi perusahaan yang merugikan sehingga berakibat buruk bagi putra putri negeri serumpun sebalai yang menjadi anggota "Serikat Pekerja Timah".

Menggugat sebuah kata yang berimplikasikan hukum dimana ada penggugat berarti ada yang tergugat dan biasanya penyelesaiannya melalui proses yang panjang berbelit belit dan melibatkan banyak pihak yang bertemu di "Pasar Keadilan" berupa sebuah lembaga hukum yang namanya PENGADILAN. Saya SECARA PRIBADI sampai dengan saat ini masih tidak percaya hal ini terjadi pada sebuah perusahaan seperti timah, sebuah perusahaan yang jelas-jelas menghasilkan devisa bagi negara dan tidak dapat dipungkiri telah terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negeri serumpun sebalai bahkan sejak dari jaman sebelum kemerdekaan. Walaupun spuluh tahun belakangan selalu di opinikan PT TImah tidak maksimal kontribusinya bagi daerah ini.

Jika terjadi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Menggugat PT TImah (Persero) Tbk yang merupakan tempat kami bekerja untuk menghidupi sanak keluarga maka tentu banyak hal yang menjadi penyebabnya. Faktor politis yang dikait kaitkan dengan ekonomi, faktor hubungan yang kurang harmonis, pemerintah daerah yang masih merasa kurang menerima kontribusi dari PT Timah, Internal perusahaan, oknum yaitu orang yang memiliki wewenang dan kuasa cukup besar tapi menyalahgunakan wewenangnya tersebut dan lain lain.

Satu lagi peran media, apapun isi pembicaraan baik itu seminar, pidato, kata sambutan, dialog akan menjadi tidak berarti apa apa bila tidak dikomuniksikan dengan baik melalui media, malah yang terjadi justru sebaliknya. Memang sepertinya kalau mau membangun negeri ini kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan dunia media masa. karena suka tidak suka kawan kawan inilah yang mampu memberikan pencitraan yang baik bagi negeri ini termasuk perusahaan sekelas PT Timah Tbk. kalau boleh saya ingin sampaikan " hai kawan2 bung media yoo same same bangun negeri ini bangun citra positif walau kadang memang tidak komersil untuk jadi bahan berita... Karena untuk membangun negeri ini kita memang butuh kerja sama semua pihak dengan menyingkirkan kepentingan pribadi"



Tahun 1977 SBY mendarat di Bangka
Ingatan saya mundur tiga puluh tahun kebelakang, saat itu di suatu sore terdengar raungan pesawat hercules milik AURI yang menerjunkan ratusan tentara ke Pulau Bangka dan kemarin dalam kunjungannya ke BAngka Belitung, di Parai Pak SBY mengatakan bahwa beliau termasuk salah satu penerjun pada waktu itu.Sehari setelah penerjunan itu tersiar kabar bahwa banyak penyelundup timah yang tertangkap baik hidup dan mati.

Dulu penyelundup tidak dikemas dengan rapi, sekarang penyelundup rapi berbungkus diri. Membuat perusahaan dengan spesifikasi penambangan sangatlah mudah. Undang undang yang dibuat setengah mati itu tidak lagi menjadi acuan karena begitu banyak orang yang sekolah hukum sampai setinggi langit dan hebatnya pekerjaan mereka sehari hari adalah membolak balikan fakta untuk mencari celah hukum agar dapat memberikan keuntungan bagi pribadi maupun kelompok yang dibelanya. Inilah sebuah indikasi penyelundup terkini yang telah berbungkus intelektual dan modal.


Bicara soal sakit yang paling menyakitkan adalah saat mendengar timah kita di tangkap 1 ton yang jumlahnya 1400 ton berarti ekuivalen dengan angka 100 lebih miliar bila harga belinya 72 jt per ton. Bukan hal yang main main, dunia memang selalu berubah, bibit pohon, anak hewan, anak manusia menjadi besar, tinggi, dewasa kemudian mati. Hukum yang di cerminkan melalui Pancasila, undang undang dasar, undang undang, peraturan pemerintah, juga terus berubah sehingga yang dulu pahlawan bisa saja tiba tiba bisa saja jadi bandit besar begitu pula sebaliknya.


Bijih timah juga memiliki perilaku yang berubah ubah, ingat dulu tahun 1975an saat masyarakat bangka sedang dilanda demam berkebun cengkeh, orang tua saya pun yang PNS Depag itu ikut ikutan berkebun cengkeh di sebuah daerah perbukitan dengan latar belakang di sebelah timur hamparan laut yang biru. Tanjung Gunung lebih kurang 18 kilometer dari Pangkalpinang kearah tenggara hampir tiap hari kemi tempuh dengan bersepeda, sekarang tepatnya adalah di belakang markas Brimob Polda Bangka itu…. Seingat saya di lokasi brimob itu sekarang dulunya adalah lahan cengkeh milik Pak Imron salah satu tokoh Muhammadiyah Pangkalpinang.

Orang tua ku tercinta yang waktu masih cukup muda mengayuh sepeda dengan penuh semangat namun di beberapa tempat kami harus memperlambat laju sepeda karena akan melawati sebuah bangunan yang didepannya teronggok sebuah senjata pemusnah yang memiliki sandaran kaki tiga seperti tripot kamera. Setelah menginjak usia SMP saya baru mengerti bangunan itu adalah tempat para tentara bumi pertiwi yang turut serta berperan aktif mengamankan bijih timah dari jarahan tangan tangan yang tak bertanggungjawab.

Kebun cengkeh itu berada di atas sebuah bukit yang dari puncaknya bisa melihat ke laut china selatan dan di kejauhan tampak beberapa mesin mesin pencari timah ditengah laut, kebun itu menuruni lembah dan naik lagi ke atas bukit sebelah. Dilembah itulah saya yang waktu itu masih 6 tahun bermain main bendungan bila hujan turun, pengetahuan pertama tentang timah kudapat ditempat itu,
“wirtsa hayo jangan buat yang macam macam” suara ayah terdengar nyaring
“ku dak macam macam hanya main air” jawabku
“ia air tapi nanti bisa ditangkap tentara yang tadi kita lihat di jalan tadi”
Jiwa kecilku ingin berontak kok kebebasan bermain seorang anak bisa demikian terpasung di negeri yang katanya Gemah ripah loh jinawi ini tapi ku tak mampu berkata apa apa saat tiba tiba terdengar suara derap langkah kaki yang berjalan cepat setengah berlari di tingkahi suara hujan dan gemericik aliran air.

Itulah gambaran timah di masa lalu yang selalu identitik dengan pengamanan super ketat jangankan bawa bawa timah hilir mudik seperti saat ini, bermain air sambil pegang tangguk(alat tangkap ikan) sudah di curigai mau nangguk(nagkap) timah yang hanyut bersama air hujan.

Timah memang tak lagi strategis secara nasional karena memang status itu telah sepuluh tahun yang lalu dicabut, yang jelas gara gara pengaturan timah yang morad marid ini Gubernur kita pun belum berani mendatangkan para turis mancanegara. Kalau saya sebagai gubernur sama saja keputusan yang saya ambil karena sangat tidak mungkin mengedepankan sektor pariwisata yang menurut Pak SBY dulu sangat indah dilihat dari atas waktu terjun payung namun sekarang telah hilang tergadaikan dengan biji timah.

Mungkin inilah pentingnya bijih timah harus dianggap sebagai bahan galian strategis. Sekali lagi melalui media ini tolong sampaikan kepada seluruh anggota saya di Serikat Pekerja Timah dan ribuan keluarga besarnya. Mari kita bekerja dengan tenang dan jangan mudah terprovokasi dengan pemberitaan yang simpang siur dan tak masuk akal. Sehingga kita tetap fokus dan lokus bekerja untuk memberikan kontribusi maksimal kepada BABEL KU BERGEMA

M. Wirtsa Firdaus
Ketua Serikat Pekerja PT Timah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

reta',kmaren ade kabar nek di terusken agik,oleh mitra pt timah.
pas pulang k pemali kmaren,sempet ikut ndenger utk ganti"rugi" tanam tumbuh.mengacu perda no 6/1995....
ni th2009.jauh jln taun e.rencanae 110 hektar,rupe e dari 350 hektar.
tebayang men tebuka nian 110 atau 350 hektar jadi tambang terbuka.............
kulong biru nek di kering ai' e.di bueng kamne ai' e?kampung mane yang kena?
kabar e 4 negara yang ngelola.ntah aok ape kan.
waktu dalam temu warga antara pt timah kek warga(petani)yg di mediasi pak camat kek pak kades,ku sempet nanya ke pak camat di saat istirahat,
''sape pak yang jadi matra pt timah to?''.
''dak sape mitra e''kate pak camat.
???????????
waddaw pak camat ge dak tau rupe e...
kek rubo pemali to..men rubo,sape kek ngerase e?????
men mitra pt timah to dr negara laen,urang to tinggel pulang ke kampung e.atau pulau bangka imang utk di rubo??
dak llaut dak darat..kerok terussss...
di saat negara-negara laen giat mnjage alam e,alam kite jadi target empuk.
imang pada teori e,tanah e akan di kembalikan sprti sedia kala...kate e.....
hmmmm kampung ku..sabar ok....janganlah tenggelem.........