Jumat, 06 Maret 2009

INI CERITA TENTANG SEPUTAR TIN CHEMICAL

Tin Chemical di Cilegon Kontradiktif
Babel Syndicate Adukan ke SBY-JK
edisi: 21/Feb/2009 wib
JAKARTA, POS BELITUNG -- Pembangunan pabrik Tin Chemical di kawasan Krakatau Industri Estate Cilegon (KIEC) menuai protes keras. Walikota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim menilai bahwa langkah PT Timah kontrakdiktif dengan seruan Presiden Susilo Bambang Yudhono (SBY) terhadap seluruh kepala daerah di Indonesia.
Di saat SBY meminta para kepala daerah untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran, menghilangkan angka kemiskinan, dan meningkatkan investasi, PT Timah malah menaruh investasinya jauh dari tempat dimana dia mengeruk barang tambang yang menjadi bahan dasar untuk pabrik Tin Chemical.“Saya menyebutnya GUPI (growth, unemployment, poverty, investment).
Pada UU juga sudah dijelaskan bahwa bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Apabila sebesar-besarnya kemakmuran rakyat itu tidak tercapai untuk seluruh nusantara ini, ya minimalnya untuk yang dekat-dekat situlah,” ungkap Zulkarnain yang mengaku mewakili aspirasi masyarakat Babel saat menggelar konperensi pers di restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Jumat (20/2).“Untuk Bangka Belitung, karena timahnya dia (PT Timah) ambil di Bangka Belitung, mengapa tidak di sekitar situ. Kok jauh-jauhan? Sepertinya ini melawan arus. Orang lagi keras mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, meningkatkan investasi, kok larinya ke lain” tambahnya.Zulkarnain mengatakan awalnya PT Timah berencana membangun pabrik Tin Chemical di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Babel.


Rencana itu sudah disosialisasikan sejak Februari tahun lalu Akan tetapi, PT Timah mengaku terkendala masalah pembebasan lahan, dan tiba-tiba pembangunan dialihkan ke Cilegon, Banten.“PT Timah jelas mengada-ada. Untuk Tin Chemical saja butuh 200 hektar. Tin Chemical, 20 hektar aja udah bukan main hebatnya. Pemda (pemerintah daerah) Babar (Bangka Barat) juga sudah diberikan izin lokasi sekitar 98 hektar lebih. Itu sudah luar biasa. Untuk tin Chemical sebenarnya 20 hektar aja udah cukup kok,” kata Zulkarnain.“Kalau tidak bisa di Bangka Barat, yang katanya susah izinnya, bisa di Pangkalpinang. Saya sebagai walikota siap. Ada kawasan ekonomi khusus yang memang sudah dipersiapkan untuk itu. Mau berapa puluh hektar? Saya siapkan,” lanjutnya di acara konperensi pers yang dihadiri sejumlah wartawan media nasional dan televisi.Lebih lanjut, seperti telah diberitakan sejumlah media, pembangunan pabrik Tin Chemical sudah dilakukan PT Timah dengan ditandai peletakan batu pertama oleh Menneg BUMN Sofyan Djalil pada 17 Januari silam di KIEC.
Disinggung tentang pembangunan tersebut, Zulkarnain tetap menginginkan pembangunan serupa dilakukan di Babel.“Kami cuma tahunya harus dibangun di Babel. Kalau belum dibangun (di Cilegon), pindahin aja. Kita mau terima di Babel. Kami tidak tahu yang PT Timah investasikan apa nanti gantinya. Kita cari investor negeri China tapi kok tiba-tiba dia yang sudah keruk kekayaan bumi kita pindah begitu saja,” tegas Zulkarnain.
Menghadap SBYEmron Pangkapi yang juga tergabung dalam Babel Syndicate, mengatakan pihaknya tengah menyusun beberapa langkah dalam menghadapi problematika pembangunan Tin Chemical. Selain meminta peninjauan dari Komisi VII DPR RI dan Menneg BUMN Sofyan Djalil, Babel Syndicate juga siap mengadukan permasalahannya ke Wakil Presiden Jusuf Kalla dan bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).“Apabila jalur-jalur ini tidak mendapat hasil maksimal maka rakyat Babel sedang berfikir untuk mencari cara lain agar pemerintah pusat dan PT Timah tahu atas jerit aspirasi rakyat Babel,” ungkap Emron di restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Jumat (20/2).Emron hadir di acara konperensi pers di restoran Pulau Dua bersama dengan sejumlah tokoh masyarakat Babel lainnya. Tampak di acara tersebut antara lain Husnie Effendi, Sjahrildi Hormein, Kafin M Azis, Edwin Bur, Roland, dan Husaini Hazir. Sebelum mulai angkat bicara, Emron memastikan tidak adanya keterwakilan partai politik di antara mereka yang hadir.Menurut Emron, sungguh sangat ironis ketika mendengar PT Timah mendirikan pabrik Tin Chemical di Cilegon, Banten. Hal ini mengingat perusahan timah terbesar di Indonesia itu mendapatkan 99 persen dari penghasilannya di Propinsi Babel.Terkait langkah-langkah yang bakal dilakukan masyarakat Babel, Walikota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim mengungkapkan harapan serupa dengan Emron. Walau kecewa, Zulkarnain masih menaruh kepercayaan untuk penyelesaian yang terbaik. Syaratnya, PT Timah kembali pada kata-kata dan janji-janji rencana seperti yang sudah diungkapkannya sejak Februari tahun lalu.

Karyawan Prihatin Polemik berkepanjangan tentang pembangunan Tin Chemical di kawasan Krakatau Industri Estate Cilegon (KIEC) ikut menarik perhatian para karyawan PT Timah Tbk. Ribuan karyawan turut merasa prihatin, baik itu tentang masa depan perusahaan mau pun masyarakat Babel.Demikian diungkapkan Ketua Ikatan Karyawan Timah (IKT), M Wirtsa Firdaus kepada Grup Bangka Pos, Jumat (20/2) petang. Keprihatinan itu dilontarkan karyawan yang bertanya-tanya tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Wirtsa khawatir polemik Tin Chemical bakal memunculkan suasana kerja yang tidak kondusif bagi karyawan.“Untuk itu kami merasa perlu bersilahturahmi dengan tokoh masyarakat Babel, yang juga adalah para orangtua kami. Dan itu pula yang sedang kami lakukan,” ungkap Wirtsa saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/2).
Kemarin, Wirtsa mengaku telah bertemu dengan Walikota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim, anggota DPD RI, Rusli Rahman, dan berkomunikasi dengan Emron Pangkapi melalui telpon. Dari ketiganya, Wirtsa mendapat kesimpulan bahwa telah terjadi kesenjangan informasi antara PT Timah dengan stakeholder timah, yang terdiri dari masyarakat, pemerintah daerah, dan lain sebagainya. “Sehingga menyebabkan kesalahpahaman dengan masyarakat Babel,” katanya.Wirtsa sendiri berkeyakinan bahwa manajemen PT Timah tetap memiliki keinginan dan niat baik untuk membangun Babel. Karena pada dasarnya PT Timah adalah bagian dari BUMN yang punya kewajiban sebagai agent of development (agen dari pembangunan) di daerah dimana mereka berada. Di samping itu, lanjut Wirtsa, karyawan PT Timah setuju apabila pabrik Tin Chemical dibangun di Babel. Karenanya, IKT berharap tokoh masyarakat dan manajemen perusahaan bisa duduk bersama untuk menghasilkan solusi yang terbaik. (mun)

Tidak ada komentar: